[This is life, we never know what will happens]
Ternyata benar perjalanan hidup tidaklah semulus apa yang diinginkan. Cinta, perbedaan, dan keegoisan adalah 3 hal yang selalu menghalangi kisah indah itu.
Dan perpisahan, jangan pernah melupakannya...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Konser terahkir Day6 di bulan Januari telah berakhir dengan cukup meriah. Meninggalkan kesan yang tak akan pernah terlupakan bagi seluruh personil Day6, dan juga tentu saja para fans mereka yang telah datang pada malam hari ini.
Sehabis menyelesaikan urusan di venue mereka pun langsung kembali menuju hotel untuk beristirahat.
Seperti biasa bukan anak Day6 namanya jika sehabis konser mereka tidak bermain game bersama.
Itu adalah ritual sakral yang tidak boleh terlupakan sama sekali.
Jevan, Sandi dan Daffa kini berkumpul di kamar Willy sang empunya play station.
Play station adalah sebuah barang terpenting bagi Willy, yang sama sekali tidak boleh tertinggal selama mereka mengadakan konser di luar kota maupun di luar negeri.
Willy sangat tidak apa-apa jika barang sepenting dompet atau baju-bajunya tak ada bersamanya. Asalkan tetap ada play station kesayangannya di sampingnya.
Hanya ada mereka berempat di kamar itu. Brian? Kemana Brian?
Untuk orang yang satu itu jangan ditanya.
Dia memiliki kegiatan khusus yang berbeda dengan 4 orang lainnya, yang harus ia lakukan untuk menghilangkan "penatnya".
Willy mengomel karena Daffa tidak mau mengganti gamenya, "Daf maen fifa aja udah, apaan ini main tembak-tembakan kagak jelas"
"Bentar Bang dikit lagi, abis itu ganti fifa. Nanggung ini." kelit Daffa yang masih berkonsentrasi dengan game Call of Duty-nya.
Lalu di tempat tidur terdapat Jevan yang tengah asyik bermain among us dengan teman-teman lintas benuanya di ipadnya.
"I'm not the impostor dude, really! I swear!"
Sementara Sandi, ia berbaring di atas sofa yang menghadap langsung ke arah Marina Bay Sands sambil mengecek keadaan anak-anaknya melalui sambungan telepon dengan Bi Darmi.
"Mila sama Gian rewel gak Bi?"
"Gak mau makan? Kalo gitu coba deh ini saya pesankan makanan kesukaan mereka sekarang. Biar bisa langsung dianter besok pagi. Kalo masih gamau makan dikasih full susu aja dulu Bi. Besok sore saya udah pulang kok"
Setelah mendengar kabar tersebut Sandi menjadi kepikiran dengan keadaan Mila dan Gian.
Rasanya jika bisa ia akan pulang sekarang juga agar bisa memeluk mereka dengan erat.
Ya, ayah mana yang tidak khawatir jika mengetahui anak-anaknya tidak dalam kondisi yang begitu baik.
Namun setidaknya saat ini perasaan Sandi yang tak karuan itu bisa menjadi sedikit lebih tenang karena indahnya gemerlap hamparan lampu kota Singapura yang mampu menyejukan matanya.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Tiba-tiba terdengar suara bel kamar mereka berbunyi.
"Sapa tuh? Ada yang pesen makan? Kok jahat gue gak di tawarin?" gerutu Jevan.
Daffa yang masih bergelut dengan Willy dalam game-nya menyahut, "Ga ada yang pesen makan. Mas Doni kali, mau join nge-game."
Sandi lalu beranjak dari tidurnya untuk membukakan pintu.
Ternyata yang muncul dari balik pintu bukanlah Mas Doni melainkan adalah Brian.
Sosok yang sama sekali tidak akan pernah terfikir oleh mereka berempat untuk muncul di kamar ini.
Seketika semua mata yang ada di kamar itu tertuju padanya. Tanpa sepatah kata apa pun Brian masuk dan langsung merebahkan tubuhnya di tempat tidur.
"Wih, kesambet apa lo Bang? Emang kurang cakep? Buat gue aja Bang" celetuk Daffa.
"Hmmm omongan lo" sahut Jevan
"Nyebut lo Daf nyebut" Willy lalu menghadiahi Daffa dengan sebuah jitakan di kepalanya.
"Lagi males aja. Pada mau delivery gak? gue laper banget." tanya Brian berusaha mengalihkan topik pembicaraan.
"Ada masalah apa lo?" gertak Sandi to the point, "Gak biasa-biasanya lo nolak gini." tambahnya.
Sebagai seorang leader Sandi tentu saja paham betul dengan gelagat-gelagat aneh para membernya. Walaupun terlihat dingin seperti acuk tak acuh namun jika ada penghargaan orang terperhatian di dunia ini mungkin saja Sandi akan menduduki posisi puncak.
Bahkan perubahan sekecil apa pun yang tak kasat mata bagi orang lain akan menjadi sebesar gajah di matanya.
Jevan yang menyadari betul jika ia tak segera menghentikan hal tersebut maka keadaan akan bisa semakin menegang. Terlebih lagi dengan melihat kondisi Sandi dan Brian saat ini.
Jevan menyetujui saran Brian, "Ayok lah gue juga laper"
Ya malam ini memang terasa sangat berbeda karena menydari fakta bahwa Brian saat ini tengah berada di antara mereka.
Padahal pada malam-malam setelah konser sebelumnya Brian akan lebih memilih menetap di kamarnya untuk menghilangkan "rasa lelahnya" dengan seorang perempuan.
Jangan kaget. Hal tersebut bukan rahasia lagi diantara mereka berlima dan beberapa staff.