"Anjir! Punya temen gini amat. Tolong kuatkan hamba menjalani hubungan pertemanan ini ya Allah, Amiiin." Ricky tidak peduli lagi dengan Fajri yang terus berdiam diri. Ricky pun memutuskan untuk pergi dari sana sebelum ia mulai kehilangan kewarasannya.
"Beliin gue nasi padang, gue laper soalnya," Ujar Fajri dengan entengnya dan masih duduk memandangi danau yang ada di hadapannya. Beruntung Ricky dekat dan masih bisa mendengar Fajri.
"Yeuy lo galau-galau gini banyak maunya! Yodah gue beliin dulu, jangan kemana-mana okei" Ujar Ricky dan terus berjalan menuju moge kesayangannya.
"Makasih yaa SAYANG!" Sembari mengedipkan kedua matanya, Fajri berusaha untuk menggoda Ricky dengan gaya khas ala waria. Ricky yang merasa jijay dengan kelakuan sohibnya itu langsung pergi dari tempat itu. Ia semakin takut akan kehilangan kewarasannya jika ia terus meladeni Fajri.
"Anjir! Gua cuma becanda, garang banget, kenapa si Silpi betah banget ya sama tu bocah? Apa jangan-jangan si Silpi di pelet! Astagfirullah!" Monolog Fajri pada dirinya sendiri sembari terus melempar batu-batu kecil yang ada di dekatnya.
♡♡♡
Mengupas, memotong, mengiris, mencuci dan menggoreng, itulah yang sejak tadi dilakukan oleh Adelia, Gilang dan Vera. Jujur saja Gilang terlihat sangat bersemangat walaupun dia terkadang selalu membuat kesalahan. Adelia dan Vera sangat suka melihat Gilang yang terkadang melucu di tengah-tengah kesibukan mereka mengolah ubi kayu menjadi keripik garing nan enak.
"Hm, tante tau gak? Aku dulu pernah dong makan ubi sampe kentut-kentut. Tapi zuzursly tu ubi enakk banget! Tante tau gak namanya apa? Gue lupa soalnya hehee," Sontak Vera dan Adelia langsung tertawa terpingkal-pingkal mendengar kisah Gilang.
"Itu namanya ubi cilembu. Kamu ini yah, kenapa di ceritain bagian kentut-kentut nya! Apa kamu gak malu?" Tanya Vera yang masih tertawa sembari memperhatikan keripiknya supaya tidak gosong.
"Hehe ya maap, kan tujuannya biar lucu aja. Betewe besok-besok gua minta bikin ginian ah di rumah. Biar my momy ga keluar mulu, ga cape apa keluar mulu!" Gilang bercerita sembari menumpahkan segala kekesalannya terhadap kedua orangtuanya terhadap ubi kayu yang sedang ia iris tipis."
"Ekhem! curhat nih ceritanya? Hati-hati jari lu kepotong tuh!" Gilang hanya terdiam tak mau menjawab Adelia. Vera tak segan-segan mencubit lengan Adelia yang memang terkadang mulutnya tidak disaring dulu ketika berbicara. Sementara Gilang, jangan ditanya ia lebih memilih menumpahkan kekesalannya kepada sebuah ubi yang sedang ia pegang.
Adelia tau hubungan Gilang dengan keluarga tidak terlalu baik. Ia tidak ingin Gilang sedih dan berlarut dalam kesedihan ketika ia sedang bersamanya. Ia merasa bersalah saat itu dan akan mencari cara untuk membuat Gilang berhubungan baik dengan kedua orangtuanya secara perlahan.
"Gilang keluar sebentar ya tan, mau beli minuman dingin," izin Gilang dan langsung beranjak keluar tanpa mencuci tangan terlebih dahulu.
"Mah, Adel-"
"Udah susulin sana! Gara-gara kamu tuh!" Belum sempat Adelia menyelesaikan ucapannya, Vera langsung menyuruh Adelia untuk menghiburnya. Adelia sendiri hanya mengangguk dan langsung berlari kecil mengikuti langkah Gilang.
"Gil, gua ikut yaa!" Buru-buru Adelia memakai sendal jepit menyusul Gilang yang sudah stand by di atas motor.
"Udah? Bisa kita berangkat?" Tanya Gilang sebelum mereka berangkat dan langsung mendapat anggukan dari Adelia.
Sebenarnya Gilang tak marah sama sekali dengan Adelia, ia hanya merindukan mama dan papanya yang selalu sibuk dengan urusan pribadinya. Jujur ia merasa iri dengan kehidupan Adelia. Gilang merasa bahwa mereka yang memiliki kedua orangtua yang sangat peduli terhadap anak-anaknya, seperti keluarga Adelia adalah orang yang sangat beruntung.
Gilang sangat ingin keluarga kecilnya berkumpul lagi di ruang tamu, menonton TV sambil berbincang-bincang hangat seperti dulu lagi. Bahkan Gilang tak ingat kapan mereka bertiga pernah liburan bersama, ahh pastinya itu sudah lamaa sekali.
"Gilang! Minimarket nya udah lewat! Kok ga berentii?" Pertanyaan Adelia memecahkan lamunan Gilang. Untung saja jalanan sedang sepi, kalau tidak mungkin saja mereka akan menabrak karena Gilang sedang melamun.
Tanpa menjawab pertanyaan Adelia, Gilang langsung berbalik arah menuju minimarket tersebut.
"Gilang, lo marah ya sama gue? Gua minta maaf yaa!" Ujar Adelia sembari menunduk dan seketika membuat Gilang tersenyum.
"Lo boleh kok nganggep nyokap bokap gue kayak orangtua lo sendiri, selagi lo seneng gua gapapa kok,"
Adelia yang heran karena tak dijawab oleh Gilang perlahan mulai mendongakkan kepalanya. Entah kenapa melihat Gilang yang tersenyum tenang seperti itu sudah membuat jantung Adelia berdegup lebih cepat.
'Amjink! Woi jantung lo kenapa sii? Jedag-jedug melulu. Gua belom ada duit untuk periksa ke dokter sekarang!' Batin Adelia yang kembali menunduk ketika Gilang terus tersenyum sembari menatap dirinya.
"Iya gue maafin, yuk jajan!" Tanpa ragu-ragu Gilang langsung menarik lembut tangan Adelia untuk masuk ke dalam minimarket tersebut, dan Adelia mencoba bersikap netral supaya jantungnya bisa kembali normal.
"Lo ambil aja, gue traktir!" Seru Gilang sembari memasukkan beberapa botol susu, beberapa bungkus eskrim, dua plastik jelly, dan tanpa ragu memasukkan beberapa jenis snack lainnya sampai keranjang belanjanya penuh.
"Heh, banyak banget! Laper lu?" Adelia yang baru mengambil tiga botol minuman hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Gilang yang sangat-sangat boros.
"Gua tau lo ga bakal beli banyak, gua aja langsung yang ngambil buat lo. Nih mbak berapa semuanya?" Tanya Gilang kepada embak kasir yang sedang sibuk makeup nya.
Dengan ligat sang embak kasir langsung memproses belanjaan mereka, dan Gilang tentu saja membayar semua barang belanjaan tersebut.
"Ihh, ini beneran semua buat gue?" Adelia yang tak percaya kembali bertanya hanya sekedar memastikan Gilang berubah pikiran atau tidak.
"Heum.... Buat nyokap, bokap, sama adek lo juga lah,"
"Ihh, Gilang! Ini kebanyakan!"
"Udah ambil! Ayo pulang! Kasian mama sendirian di rumah," Ucap Gilang tanpa sadar dan membuat Adelia tertawa.
"Acieee, Gilang punya dua mama ciee...."
"Bodo! Kan tadi lu yang bilang! Yaudah ga salah kan gue manggil mama wleee!" Ujar Gilang sembari memelet-meletkan lidahnya ke arah Adelia.
'Tapi, kalo beneran jadi mama lucu juga kali ya, jadi mama mertua aww kiwkiw!' Batin Gilang sembari tersenyum kecil sembari melajukan motornya di jalanan.
♡♡♡
hayoo nungguin ya...
sori dori mori gais kelamaan digantung ceritanya
jadi, sebagai permintaan maaf, aks bakalan up 2 part hari ini^^
gas part 9 gais😡
YOU ARE READING
Dengan Caraku (On Going^^)
Teen FictionAnak nakal, manja dan selalu pindah-pindah sekolah karena sikapnya yang urakan, siapa lagi kalau bukan Gilang Dika. Sudah banyak laporan dari guru-guru yang sudah tak tahan sehingga membuatnya harus terus pindah-pindah sekolah. Dan tibalah Gilang d...
Part 8 - SUKA??
Start from the beginning
