6

700 68 7
                                    

Seperti biasa, malam ini Mix duduk di balkon kamar dengan laptop di pangkuannya, tentu saja dengan kopi yang selalu menemaninya juga. Ah apa kalian belum tau? Mix hobi menulis. Entah itu menulis puisi ataupun Novel, Mix menyukai keduanya. Jadi, dia selalu menggunakan waktu senggang nya dengan menulis. Seperti saat ini, dia sedang melanjutkan Novel yang sedang di kerjakan nya. Tapi tidak tahu kenapa, malam ini ia tidak bisa fokus. Pikirannya terbagi pada Pria yang dia tahu bernama Bumi. Mengingat Pria itu membuatnya tersenyum geli. Dia baru kali ini bertemu pria seunik dan setidak tau malu Bumi. Dia sebenarnya tahu, bahwa pria yang mengaku sebagai Bumi itu bernama asli Earth. Tidak! Kalian jangan salah paham, Mix tidak mencari tau tentang Bumi. Hanya saja, waktu itu Tay sepupunya memberi tau bahwa temannya yang bernama Earth menanyakan tentang nya pada Tay. Entah dari mana Bumi tau bahwa dia adalah sepupu Tay, dia tidak perduli dan tak mau ambil pusing. Hingga tiba-tiba Dring ponsel membuyarkan lamunan nya.

Dia mengertutkan dahinya melihat nomor tak di kenal yang terpampang di layar ponselnya.

"Hallo?" Sapa nya setelah mengangkat panggilan.

"Selamat malam semesta." Ucap orang di seberang telpon.

Ah orang ini rupanya, ucap Mix dalam hati.

"Kamu memiliki nomor ponsel saya?" Tanya Mix tanpa basa-basi.

"Tidak bisakah kamu sedikit lebih ramah pada Pria tua ini?"

"Saya ramah pada semua orang tua, tapi kamu pengecualian."

"Jahat sekali."

"Kamu belum menjawab pertanyaan saya."

"Saya memintanya pada Tay." Jawab Earth kemudian.

Mix berdecak, kurang ajar sekali sepupunya itu. Tay memberi nomor Mix pada orang lain tanpa seizin nya.

"Kamu kesal?"

"Tentu saja." Jawab Mix singkat.

"Maaf saya lancang meminta nomor kamu lewat orang lain. Rencananya saya akan meminta langsung besok, tapi rasanya besok terlalu lama bagi saya."

"Apakah 24 jam begitu lama bagimu?" Tanya Mix ketus.

"Tidak. Hanya saja ini sedikit berbeda."

"Apanya?"

"Untuk hal lain saya tak pernah terburu-buru. Tapi jika menyangkut kamu, menunggu satu jam saja rasanya saya akan kelabakan. Contohnya seperti saat ini. Saya tersiksa karena merindukan mu."

"Saya penasaran sebenarnya kamu ini buaya jenis apa?" Ucap Mix yang sudah benar-benar kenyang dengan rayuan buaya jantan ini.

"Semesta, saya bumi. Bukan buaya!"

"Tapi caramu berbicara sama dengan spesies mereka."

"Baiklah, saya mengalah."

"Sekarang katakan apa tujuan mu menelpon saya?"

"Harus kah saya ulangi bahwa saya rindu hm?"

"Persetan dengan rindu."

Earth tersenyum di balik telpon nya. Semestanya ini memang tidak biasa. Jika orang lain, mungkin mereka akan berteriak kegirangan mendengar pengakuan rindu dari seorang Earth Pirapat. Tapi lihatlah, Mix justru merespon dengan hal yang berbeda. Rupanya tidak semudah itu menaklukan hati sang Semesta.

"Semesta, apa yang kamu lakukan pada saya?"

"Apa lagi sekarang?" Mix sungguh tidak bisa menyembunyikan kekesalan nya sekarang.

"Mantra apa yang kamu berikan? Semesta, sebelumnya saya tak pernah segila ini di permainkan rindu."

"Terus saja bicara omong kosong sampai buaya betina mu bertelur." Demi tuhan, Mix sudah kehilangan kesabarannya. Pria ini senang sekali membawanya terbang.

"Saya tidak bercanda."

"Ya memang tidak bercanda, hanya sedang membual." 

"Kamu sungguh tak percaya? Tidak bisakah kamu lihat kejujuran mata saya?"

"Bodoh! Bagaimana bisa? Kamu tidak ada di hadapan saya."

"Apa kamu menyuruh saya datang?" Dapat Mix bayangkan seberapa menyebalkan nya wajah pria itu sekarang. Mix sudah tak bisa menahannya lagi, rasanya dia ingin menenggelamkan buaya yang cosplay menjadi bumi ini ke tengah samudera.

"Mas Bumi! Maaf sebelumnya, sungguh saya menghormati kamu sebagai orang yang lebih tua. Tapi, mas bumi sudah membuat saya kesal sejak awal. Jujur saja, saya tidak ingin menghabiskan waktu untuk sesuatu yang tidak penting, jadi tolong katakan apa yang sebenarnya mas bumi inginkan?"

"Kamu!" Jawab Earth singkat tanpa pikir panjang.

"Tolong jawab yang benar mas bumi!"

"Sudah saya katakan beberapa kali bahwa saya ingin kamu."

"Kenapa saya?"

"Tidak ada alasan. Saya ingin kamu ya karena itu kamu."

"Silahkan cari orang lain saja!"

"Semesta, ini soal hati, tidak biasa di negosiasi. Saya hanya ingin kamu, saya tidak berminat pada siapapun selain kamu."

"Apa mas bumi sedang membodohi saya?"

"Untuk apa semesta?"

"Tolong jujur mas bumi. Jangan bermain-main lagi!"

"Semesta, saya tidak akan bermain-main soal perasaan. Saya seorang pria, tidak mungkin saya bercanda akan hal seperti ini."

"Saya tidak yakin. Tolong berhenti mengganggu saya!"

Earth tak menjawab dengan cepat seperti sebelumnya, ia terdiam untuk seperkian detik. Dapat Mix dengar helaan nafas dari pria itu.

"Semesta, jangan lakukan ini pada saya. Tidak bisakah kamu percaya? Setidaknya ijinkan saya untuk membuktikan nya terlebih dulu, biarkan saya berusaha lebih keras lagi untuk meyakinkan kamu. Tolong jangan menyuruh saya berhenti, saya tak mau mencobanya karena saya tak akan mampu. Saya sungguh mencintai kamu hingga kelapisan terdalam mu, saya ingin menyayangi kamu dalam berbagai masa. Saya mohon semesta, percaya pada saya untuk kali ini saja."

Mix bungkam, entah kenapa matanya terasa panas hingga tanpa sadar ia meneteskan air matanya. Bukannya dia melankolis, hanya saja dia tidak pernah mendengar orang lain berkata sedemikian baik nya seperti apa yang di lakukan Earth. Dia akui, dia tersentuh. Atau mungkin, dia sudah mulai jatuh.

Mix, si Semestan kini jatuh pada sang bumi.

Bumi dan Semestanya. (Earthmix)Where stories live. Discover now