24

59.6K 6.4K 3.1K
                                    

Happy reading!

゚・✧🐯🐻✧・゚

Akhir-akhir ini Mark memilih untuk mengurung diri di kamar, ia tidak mengetahui kondisi serta perkembangan Chenle dengan baik. Bahkan Mark jarang ikut makan bersama atau berkumpul bersama dengan keluarga. Mark hanya meminta maid di rumahnya untuk mengantarkan makanan ke kamarnya dan memilih menghabiskan makanannya di kamar.

Dalam suasana tenang, Mark memikirkan semua hal yang mulai berusaha ia terima dengan ikhlas. Semua yang dikatakan Lucas, Jeno, bahkan Jeeyeon baru bisa masuk akal ketika ingatan dalam dirinya sudah sepenuhnya kembali. Bahkan sekarang Mark bisa sadar jika ia benar-benar melakukannya kepada Haechan saat itu.

Mark menyesali semua kata demi kata yang ia lontarkan kepada Haechan serta perlakuan buruknya kepada Haechan yang bahkan Haechan sendiri tidak pantas untuk mendapatkan itu semua. Mark benar-benar menyesal.

"Hyung." Jeno masuk ke kamar Mark dengan membawa nampan berisi makan malam untuk Mark.

Mark menoleh ketika mendengar suara orang yang beberapa hari ini tidak ia dengar, "Kenapa kau yang mengantar makananku?" Tanyanya heran.

Jeno meletakkan nampan di nakas lalu menarik satu kursi di dekat tempat tidur Mark, "Tidak apa, aku hanya ingin."

Mark mengangguk, "Chenle di mana? Bagaimana keadaannya?"

"Bermain dengan Sungchan. Aku sering melihat Chenle menangis sendiri dan menyebut nama Haechan apalagi saat akan tidur dan bangun tidur."

Mark tersenyum sendu menatap lurus ke depan, ia kecewa dengan dirinya sendiri. Dulu ia selalu menjaga Chenle dan menuruti permintaan Chenle supaya anak itu tidak pernah menangis serta selalu berusaha membuat Chene tertawa bahagia, namun sekarang ia justru menjadi penyebab utama Chenle sering menangis.

"Jadi sekarang bagaimana? Kau sudah mampu mengingatnya kan? Kau juga sudah percaya?"

Mark menatap Jeno sejenak lalu mengalihkan pandangannya, "Ya."

"Mendapat maaf dari Haechan mungkin mudah tapi tidak dengan keluarganya."

"Aku tahu." Mark jadi teringat ucapan Jaehyun saat di rumah sakit.

"Aku tidak menyangka kau tidak benar-benar mencintai Haechan, padahal dilihat dari sikapmu kemarin sangat jelas jika kau mencintai Haechan." Jeno kembali mengingat masa dimana dulu ia selalu memergoki Mark dan Haechan saat sedang berdua. Perlakuan yang dilakukan Mark ke Haechan saat itu benar-benar terlihat tulus tanpa ada maksud terselubung.

Mark tersenyum miring menanggapi pernyataan Jeno, "Jika boleh jujur, aku benar menyukai Haechan, hanya sekedar menyukai saja. Kau tahu kan dia sangat menarik dari segi wajahnya yang manis dan menggemaskan. Sikapnya juga sangat baik, sabar, penyayang, dan mungkin masih banyak lagi yang tidak aku ketahui."

"Aku baru sadar kenapa Chenle selalu ingin bersama Haechan. Aku bodoh baru menyadari sekarang."

Jeno menganggukkan kepalanya menyetujui ucapan Mark mengenai sahabatnya, "Haechan benar-benar seperti malaikat, sama sekali tidak cocok denganmu yang memiliki sifat seperti iblis."

Mark yang tadinya menatap lurus ke arah depan kini menoleh menatap Jeno, ia tidak membantah. Mark bahkan setuju dengan Jeno, ucapan dan perlakuan yang ia berikan ke Haechan benar-benar sudah sangat keterlaluan, "Saat itu aku benar-benar ingin menjaga Haechan dengan tulus. Namun ketika aku pergi ke pemakaman Koeun, di sana aku merasa jahat sudah mengingkari janjiku kepada Koeun. Kemudian secara tiba-tiba Haechan mengatakan jika Chenle itu anakku dengannya. Aku pikir itu hanya karangan karena Haechan sudah mendengar ucapanku di pemakaman Koeun. Hahaha aku bodoh, aku meninggalkan Haechan di sana sendirian di dinginnya malam bahkan ketika hujan angin mengguyur kota Seoul. Dan lebih bodohnya aku justru membela orang yang sudah mengkhianatiku."

Mommy ; MarkhyuckWhere stories live. Discover now