04

84.3K 8.7K 1.4K
                                    

Happy reading!

゚・✧🐯🐻✧・゚

"Haechan."

Haechan saat itu sedang berbincang ringan dengan Jaemin, namun tiba-tiba ia mendengar suara seseorang memanggilnya. Haechan lantas menoleh ketika mendengar suara lelaki yang seperti tidak asing di telinganya. Sesuai dugaannya, lelaki dengan alis camar lah yang memanggil namanya.

Jaemin juga tidak kalah terkejutnya dengan Haechan, ia bahkan menatap Mark dan Haechan tidak percaya, "Wow, kalian saling mengenal?"

Haechan melirik Mark yang hanya menatapnya datar kemudian mengangguk ragu, "Ya... begitulah."

Jaemin diam-diam tersenyum gemas melihatnya, jika dipikir-pikir tidak buruk jika sahabatnya menjadi saudara iparnya nanti. Memikirkan saja sudah membuatnya seperti orang gila. Astaga! Bukankah itu akan sangat menyenangkan?! "Aku pergi dulu." Jaemin menepuk bahu Haechan pelan dengan wajah masih menampilkan senyumnya, seperti orang gila.

Tanpa menunggu jawaban dari Mark dan Haechan, Jaemin melesat pergi melayani pengunjung yang baru saja masuk ke dalam toko. Tiba-tiba saja suasana hatinya menjadi menyenangkan.

"Kau pemiliknya?" Tanya Mark basa-basi.

Haechan mengangguk dan tersenyum seperti yang biasanya ditunjukkan dengan pelanggannya, "Benar, mau pesan kue yang bagaimana?"

Mark berdeham pelan, "Sebenarnya aku belum memikirkannya, kira-kira kue yang cocok untuk Chenle bagaimana ya?" Entah kenapa Mark malah meminta bantuan dengan Haechan, padahal ia sendiri ayahnya sedangkan Haechan hanya orang yang membantu Chenle saat kakinya terluka.

Haechan mengutak-atik tabnya kemudian menunjukkan beberapa gambar kue ke Mark dengan hiasan beruang, Haechan sangat menyukai beruang, ia berpikir tidak masalah merekomendasikan beruang kepada Mark, lagipula beruang itu menggemaskan kok! "Bagaimana jika seperti ini?"

Mark mengamati berbagai kue yang dimaksud Haechan,  tak lama kemudian ia mengangguk, kebetulan sekali Chenle juga menyukai beruang, bahkan Chenle memiliki boneka beruang dari berbagai ukuran. "Ah boleh yang ini, kebetulan Chenle juga suka dengan beruang."

Haechan diam-diam tersenyum, ternyata kesukaannya sama dengan kesukaan Chenle, "Untuk hari Sabtu?"

"Eh kau tahu?"

Haechan menggeleng cepat, dalam hatinya sudah merutuki mulutnya yang mulai berbicara aneh-aneh, "Aku hanya menebaknya."

Mark mengangguk ber-oh ria tanpa rasa curiga sedikit pun, "Aku akan kembali hari Sabtu untuk mengambil kue, mungkin sekitar pukul setengah 3 sore."

"Baiklah, untuk pembayaran bisa diakhir."

"Baiklah, kalau begitu aku permisi."

"Iya."

Mark meraih ponselnya di meja yang tadi ia tempati kemudian berbalik hendak meninggalkan toko. Baru satu langkah menjauh, ia teringat dengan ucapan Chenle semalam. Mark mengurungkan dirinya untuk pulang, ia berbalik dan mendekat ke Haechan yang masih diam di tempat.

Mark berdeham, entah kenapa ia merasa gugup kali ini, "Ekhm, Haechan."

"Apa ada lagi?"

Mark menggeleng cepat dan menggaruk tengkuk lehernya, sungguh ia gugup, "Em itu... Chenle semalam menangis ia ingin kau datang ke acara ulang tahunnya, apa kau bisa? Tapi kalau kau tidak bisa tidak apa-apa." Mark berbohong, Chenle tidak menangis semalam. Tapi tidak apa, siapa tahu dengan begini Haechan merasa kasihan dengan Chenle lalu menyutujuinya.

Haechan tersontak, tidak menduga hal ini akan terjadi, "Eh?"

"Jika tidak bisa tidak apa, Haechan." Ucap Mark memelas, apa yang diucapkannya berbanding terbalik dengan apa yang ada dalam hatinya, dalam hati berharap jika Haechan menyetujuinya.

Mommy ; MarkhyuckWhere stories live. Discover now