"Gak mau!"

"Asem Lo, Lo tuh ga malu ya. Beraninya cuma pake kuasa orang tua!" Ucap Hera dengan nada tinggi hingga terdengar sangat keras.

"Heh--"

"MILKA!" teriakan menggelegar itu membuat seluruh pasang mata mengarah pada tiga orang yang berdiri tak jauh dari keduanya.

Yura, Jehan dan Levi. Mereka bertiga segera mendekati Hera yang keadaan nya sudah sangat kacau. Rambut yang sudah terlepas dari ikatannya, bahkan wajah yang sedikit lebam bahkan sudut bibirnya berdarah.

"Ra, Lo kenapa? Diapain Lo sama dia?" ucap Yura menatap Hera dari atas sampai bawah.

"Heh sembarangan Lo, sih Hera yang duluan main kasar sama gue," cetus Milka menyahut.

"Diem lo!" ucap Yura.

"Hera, muka Lo gabaik- baik aja. Ikut gue ke UKS," ujar Jehan menarik tangan Hera.

Merasa dirinya ditarik oleh Jehan dengan cepat Hera melepas genggaman itu.

"Ga perlu, gue bisa sendiri," ujarnya menatap Jehan sekilas.

"Levi, Lo temenin Hera ke UKS. Sekarang gue abisin nih bocah satu," ucap Yura melangkah mendekati Milka.

"Udah Yura jangan di terusin. Biarin aja, biar nan--"

"Diem aja bisa ga? Lo bawa Hera ke UKS obatin lukanya, urusan ini biar gue yang selesain," ucapnya membuat Levi tertegun dan segera menarik pelan Hera untuk menuju UKS.


"Hera ... Ke UKS sama gue ya?" bujuk Levi pada Hera.

"Ga perlu Vi," tolaknya cepat.

"Lo ga baik-baik aja Ra, sekali aja jangan batu," sahut Jehan.

"Ayo Ra, tuh Lo mau kalau entar Yura marah-marah kekita?" ucap Levi.

"Bawel,"

Hera berjalan terlebih dahulu menuju ke arah UKS, sungguh kepalanya terasa berat dan pusing akibat jambak-jambakan dengan Milka tadi.

***

"Tadi pagi gue kerumah Lo Ra, jemput Lo buat berangkat ke sekolah bareng. Tapi ternyata Lo dah pergi duluan," ucap Jehan di selah-selah keheningan mereka diruang UKS itu.

Tinggal mereka berdua karena Levi tengah membeli sesuatu keluar.

"Lo aja kali yang telat," sahut Hera menatap kearah tangannya yang terasa sakit.

"Iya ya, tapi gapapa masih ada hari esok. Besok kita berangkat bareng ya," ucap Jehan tersenyum lebar.

"Ga perlu," jawab Hera.

"Ga ngebut Ra,"

"Gue bilang ga perlu Jehan," ungkapnya.

"Kenapa?"

"Kenapa? Jehan gue marah sama Lo ya," ujar Hera menatap Jehan dengan raut datar.

"Marah? Gue ada salah apa Ra?"

"Lo bilang kita sahabat, tapi Lo malah ga kasih tau gue ... tentang hal yang menurut gue itu penting," raut wajah Jehan mendadak kebingungan atas ucapan Hera.

1. PASSING BYWhere stories live. Discover now