Ignite ; Pertanyaan untuk dirinya

604 120 26
                                    

"Jadi namamu Aiur?"

Jihoon menoleh dengan wajah tidak senang. Sekarang Sungchan sudah mulai terbiasa dengan sorot mata penuh kekesalan Jihoon hanya karena mendengar suaranya.

"Apa urusannya denganmu?"

Sungchan berdecak. "Kau membohongiku selama ini."

"Namaku memang Luciel." Sahut Jihoon kesal. "Luciel adalah nama tengahku! Lagipula apa bedanya memanggilku dengan nama yang mana?!" Tanyanya meninggi.

"Karena dia memanggilmu Wolfie." Gumam Sungchan.

Meskipun pelan, Jihoon bisa mendengarnya dengan jelas. "Dasar kekanak-kanakan."

Sungchan terkekeh miris. "Kau juga sama saja. Apa salahnya denganku begini?"

"Berhentilah menggunakan kalimat-kalimat aneh!" Bentak Jihoon.

"Aiur... Nah, Luciel." Sungchan tersenyum simpul. Menatap kearah pepohonan. "Bertingkah seolah-olah seseorang yang kau sukai, juga menyukaimu. Apakah itu kekanak-kanakan?"

"Pertanyaan bodoh macam apa itu?" Sahut Jihoon sinis. "Tidak. Karena itu pertanyaan bodoh, maka yang mengucapkannya pun juga bodoh. Tentu saja."

Lagi-lagi Sungchan terkekeh. "Kau juga bodoh. Dia jelas menganggapmu teman. Juga...ada larangan dalam perasaanmu itu. Tapi lihatlah betapa bergantungnya dirimu kepadanya."

Jihoon tertegun. Bukan karena marah, tapi malu karena segala ucapan Sungchan ada benarnya. Dia selalu bergantung kepada Yoonbin, dan Yoonbin tidak pernah mengeluhkannya. Namun, yang salah disini adalah jika Jihoon menganggap ketergantungan itu adalah sebuah kebutuhan perasaannya.

Bukankah Yoonbin sering mengatakannya.

'Teman.'

Sejak awal, Jihoon-lah yang jatuh cinta. Dia yang membutuhkan Yoonbin, dan dia juga yang nenyesali larangan yang membuat mereka tidak bisa bersama. Bahkan, jika saja Jihoon ingat bahwa Yoonbin bahkan pernah mengingatkannya, mengingatkan bahwa kalangan mereka yang sungguh berbeda meski akrab, tidak akan bisa bersama dengan perasaan yang berbeda.

Tidak. Sejak awal pun, sebenarnya Jihoon sadar. Jihoon mengerti dan Jihoon tidak boleh mengabaikannya. Sayangnya sejak awal, sejak saat dimana dia sadar bahwa Yoonbin bukan lagi teman dimatanya. Jihoon sadar akan segala kesalahan membiarkan perasaannya tumbuh.

Tapi...

"Lalu kenapa?" Tanya Jihoon terdengar datar. "Lagipula aku ini tidak punya Mate. Aku bisa menyukai siapapun, meski tidak memilikinya."

Sungchan menghela nafas panjang. "Benar juga. Meski begitu... Mencintai tanpa memiliki... Hambar sekali ya?"

Jihoon menunduk. Tanpa sadar meremat tangannya. "Entahlah."






































"Apa maksudmu itu?! Kenapa harus tidur dengan Bentley sedangkan aku dan Damiel ada disini?!"

Doyoung... Sejak kedatangannya, memang sering membuat keributan. Mungkin karena ia berpisah dengan kembarannya yang sejak lahir selalu ada disisinya. Semua yang Jihoon lakukan rasanya selalu mengundang bentakan Doyoung.

Nah, Doyoung memang sering membentak Yedam dan Jihoon. Bukan hal yang mengherankan, tapi tidak harus memperdebatkan hal-hal sepele begini.

"Huh, aku sudah sering tidur dengan Ben! Apa sih masalahmu?!" Sungut Jihoon marah.

"Tidur?! Dengan Ben?!" Ulang Doyoung kesal. "Maka dari itu! Sekarang sudah ada aku dan Damiel!"

"Enggak! Aku mau tidur dengan Ben!" Jihoon tetap bertahan dengan pilihannya.

IGNITE | binhoon ft. dodamDove le storie prendono vita. Scoprilo ora