"... itu satu hal yang kusukai darinya, gadis itu pintar mengeruk uang dari para munchkin."

Terlebih sifat yang begitu picik mengingatkan dirinya dengan seseorang, setiap Aerith Mathis muncul di dalam buku tersebut.

Siapa? Seseorang yang tumbuh bersama dengan dirinya. Gadis yang berusaha menahan diri agar tidak membuat dirinya khawatir.

Lupakan soal itu, sepertinya dia harus menjemput adik sepupunya ini di Rain City.

Cale langsung mengambil pena tinta tersebut, benar. Setelah dirinya menulis dan merangkai rencana untuk agar tidak dihajar oleh Choi Han nanti.

.
.
.
.
.
.

Berbeda di lain sisi Rain City, terlihat Aerith Mathis -- gadis berhelain kelabu ini menggigil seketika. Apa rencananya ketahuan untuk seharian tidur di penginapan oleh keluarga Henituse?

Tidak-tidak. Kalau ketahuan kamarnya sudah didobrak oleh tikus merah karena Aerith tidak langsung ke kediaman Henituse langsung.

"Ini melelahkan," gumam gadis berusia 17 tahun ini menuangkan air dingin ke dalam gelasnya.

"Tentu saja, melelahkan karena kau tidak langsung istirahat di Bago City." Jawab pemuda elf -- Aine Redeu yang duduk di salah satu kursi panjang.

"Ya!Aku tidak ingin menjadi orang terkenal karena aku berhasil selamat keluar dari kabut itu." Tukas Aerith mengingat kembali dirinya keluar dari Valley of Despair.

Aerith tidak mau itu! Menyeramkan! Lebih baik dirinya berjalan mengitari wilayah dengan sihir transportasi milik Aine.

Terlebih ucapan dari Pohon Dunia membuat mental Aerith semakin terkuras, apa maksud dari dia bisa bertemu dengan seseorang yang menjadi alasannya terlahir di dunia ini?

"Dan, apa maksud ia tidak bisa melihat masa depanku?"

Aerith tidak tau. Ia menghela nafas pasrah lalu meminum kembali air dingin tersebut, kemudian melihat Aine yang sedang sibuk dengan memakan Croissant itu.

"Aine, apa yang kau bicarakan dengan Pohon Dunia?"

"Terlalu banyak yang dia bicarakan, tetapi dia mengatakan ada keajaiban yang terjadi padaku."

Aerith mengangguk mengerti, lalu celetukan Aine membuat gadis ini menoleh kepada elf merah ini dengan raut terkejut.

"Cih, keajaiban pantatmu! Aku ingin mengetahui apa adikku baik-baik saja atau tidak,"

Aigoo, kada--- Naga dewasa ini mengumpat kepada Pohon Dunia!

Aine mengingat sesuatu langsung menoleh ke arah Aerith, "Ah, aku juga diberitahu kalau ada pahlawan yang muncul di benua ini." Tuturnya membuat gadis berhelaian kelabu ini merinding seketika.

"Tolong kumohon, jangan ingatkan aku soal itu! Persetan dengan membantu pahlawan atau makhluk iblis di dunia ini! Aku hanya ingin kabur ke Dark of Forrest setelah memberikan pengajuan proposal pembangunan tembok!" Tukas Aerith panjang lebar membuat Aine hanya menggeleng pasrah.

"Begitu bencinya, kau menjadi pusat perhatian?" Tanya pemuda bermahkota merah pekat ini, masih memandangi Aerith yang menggeleng kepala.

REWRITE [ Trash Of The Count's Family ]Where stories live. Discover now