02

1K 165 16
                                    

Selama Kim Jia hidup sebagai Aerith Mathis, satu hal yang dirinya tidak ketahui ... yaitu, ibu dari Cale Henituse. Drew Thames, terlalu misterius untuk diulik. Kenapa misterius? ... karena setiap mereka bertemu, Drew mengulas senyuman yang hangat dengan guratan iba dan pedih di manik red brick. Tatapan mata itu seperti mengorek apa yang Aerith ... Kim Jia tutupi selama ini, sentuhan yang perlahan saat sesuatu memicu dirinya ingat dengan masa lalu.

Sesak ...

Kim Jia merasakan sentuhan dan tatapan yang diberikan oleh Drew begitu sesak ... Tatapan yang membuat dirinya tidak tau apa yang dia harus lakukan untuk bertindak, perempuan ini tidak berani untuk sendiri dengan Drew karena setiap dirinya berada di sisi dari Countess Henistuse lalu bertingkah anak-anak maupun seperti biasanya, Drew melihatnya sebagai Kim Jia ... bukan sebagai Aerith Mathis.

"... Kau telah berkerja keras ..."

Tubuh kecil Aerith menegang saat mendengar suara seseorang dari belakang tubuhnya, ia langsung membalikan badan memperlihatkan Cale Henituse yang tertidur di dekapan hangat Drew, helaian merah menyatu padu dengan langit sore hari. Pedang kayu miliknya terlepas dari genggaman saat tatapan dan suara yang perlahan-lahan mengetuk sesuatu darinya. Kim Jia ... merasakan bahwa Drew mengatakan pada dirinya, bukan sebagai Aerith Mathis.

Drew mendekati Aerith yang masih tidak bergerak dari posisinya, lalu berjongkok dengan perlahan masih sibuk merengkuh Cale. Namun, tangan yang bebas terangkat ke pipi memerah Aerith lalu mengusapnya dengan lembut. "Kau telah merasakan banyak hal ... terimakasih telah bertahan selama ini," ungkap Drew lembut membuat Aerith ... tidak, Kim Jia membulatkan matanya.

"Keponakanku ... siapapun kamu, kamu tetap keponakanku yang manis dan berani. Jadi, simpanlah yang kamu punya dan hiduplah sebagai dirimu." Tambah kembali wanita tersebut dengan lembut, membuat Kim Jia tidak tau berkata apapun.

Dia menunduk ... sesak, dia ingin mengatakan sesuatu. Tetapi, dirinya tidak bisa -- malah yang keluar hanya sebuah isakan kecil dari bibirnya. Ah, beban yang ada di dalam dirinya perlahan-lahan mencair. "Aku ... Aerith Mathis," bisik Aerith tipis, Drew mengangguk pelan mengerti. Kemudian bibir anak perempuan ini kembali terbuka lagi, namun terhenti saat mengatakan kalimat selanjutnya.

"Aku ..."

Kim Jia. ' Anak perempuan ini telah merasakan banyak hal, dia bertahan hidup dari busuknya sebagai Kim Jia. Dan, sekarang ... Dirinya hidup sebagai Aerith Mathis, dia ... harus menerima kehidupan baru ini. Hidup sebagai Kim Jia dan Aerith ... sebagai dirinya sendiri. Iris cokelat kemerahan Drew melihat Aerith yang mendengak memandangi dirinya, menangis dengan bibir terulas senyum. Ia bisa melihat manik mata biru ... sebuah kedewasaan bersama kepolosan, memandangi dirinya dengan kelegaan yang ada di hati.

"Terimakasih, bibi."

Drew langsung menarik Aerith ke dalam pelukannya, ah ... berapa lama Kim Jia tidak menangis layaknya anak kecil. Dia tidak ingat ... luka yang mengoyak dan pukulan kayu, Kim Jia mengira bahwa hal tersebut yang membuat air matanya tidak keluar. Terlalu lelah untuk dibuang, namun saat bertemu dengan kakak laki-lakinya. Kim Jia juga menangis seperti ini, dan sisa setelahnya dia bahagia bersama sang kakak ... sampai ...

'Ah, Oppa ... apa dia benar-benar baik-baik saja sendiri? ' Kim Jia kembali mengingat sang kakak, batin kecil miliknya berharap bahwa dia baik-baik saja di sana. Tetapi, apa benar kata 'baik-baik saja' bisa dikatakan untuk sang kakak setelah ia tinggal?

"Hmm," suara lenguhan kecil terdengar dari dekapan wanita berhelaian merah ini, dia melonggarkan pelukan kepada Aerith agar bisa melihat anak laki-lakinya yang bersandar di bahu. Cale Henituse membuka matanya dengan menyipit kecil, lalu membuka secara lebar saat melihat adik sepupunya menangis.

REWRITE [ Trash Of The Count's Family ]Where stories live. Discover now