04

820 120 17
                                    

Sialan!

Aerith Mathis mengumpat dengan dahi berkerut karena saat merasakan dunia miliknya hancur, dimana pemuda bertelinga runcing ini mengatakan hal yang tidak terduga. Perempuan ini memandangi kembali pemuda tersebut dengan wajah tidak mengerti, iris miliknya tidak bergetar ataupun mengalihkan pandangan -- terlihat tenang dengan guratan kebingungan apa yang dikatakan orang di depan Aerith saat ini.

"Maaf, tuan? Kim Jia? Saya tidak mengerti. Nama saya adalah Aerith Mathis,"

Berbeda dengan pemuda merah yang melihat akting dari remaja ini terlihat mulus tanpa cacat, heh? Orang ini tidak kaget karena melihat akting orang di depannya berpura-pura tidak mengerti apa yang ia maksud. Apalagi selama ini, remaja di sampingnya sudah memainkan peran sejak orang itu lahir kembali di dunia ini. Walau dia tau dikatakan sebagai peran kurang tepat karena memang agak sulit untuk mengatakan dengan gamblang bahwa Aerith Mathis, adalah seorang reinkarnasi.

Ya, pemuda merah ini paham betul mengapa Aerith melakukan semua itu, kadang kerahasiaan itu lebih baik daripada mengungkapkan. Aerith merasakan bahwa orang ini tidak mempercayai dirinya, langsung menghela nafas tipis. "Apa saja yang kau lihat dari memori ku?" tanya Aerith tanpa basa-basi, pemuda kembali mengulas seringain tipis saat Aerith melepaskan bahasa formalitasnya.

"Tidak terlalu banyak, hanya sampai kau mati saja."

Kaparat, dia bilang tidak terlalu banyak?! Aerith mengusap wajahnya dengan perasaan kesal namun itu tidak menghilangkan rasa ketenangannya. Sejak awal memang perasaan dirinya tidak menyenangkan, malah dirinya dihadapi oleh hal yang tidak terduga seperti ini. Ia mengambil pedang dari tangan pemuda ... elf ? dirinya tidak yakin oleh identitas orang di depannya. iris biru mereka bersibobrok satu sama lain, namun manik dari pemuda ini seperti hewan buas...

Imoogi? ... sepertinya, kurang tepat. Aerith langsung memandangi pemuda tersebut tanpa takut, "Kau ini apa?" tanyanya sambil melihat elf yang menyeringai kecil, lalu ia menatap kembali dengan mata yang dingin dan arogan. Terlihat aura yang mendominasi membuat Aerith merasakan dirinya ditekan, namun ia tidak peduli dirinya ingin tau makhluk apa yang seenak jidat tidur di dalam pedang yang diberikan oleh Drew Thames.

Iris biru milik Elf berkepala merah masih menatap Aerith, lalu bibirnya terangkat kembali membentuk senyuman tidak biasa. Hah! Elf ini sudah menduga bahwa orang ini adalah orang gila yang dia butuhkan, orang yang telah bertahan hidup di dunia busuk tanpa mempedulikan tubuhnyah hancur. Ya, sama seperti dirinya. Bertahan hiduplah adalah satu hal yang bisa mereka lakukan sampai saat ini.

"Aku hanya makhluk hidup yang telah dirampas kehidupan damaiku oleh makhluk bajingan yang tidak tau diri."

"... lalu, apa kau seorang licht?"

Aerith menceletuk kembali membuat elf ini mengeryitkan dahi merasa tidak senang saat disamakan oleh makhluk kotor itu, namun ia menghela nafas kemudian perlahan-lahan tubuhnya menghilang tanpa bekas membuat Aerith terkejut. Gadis ini melihat kristal merah yang berada di pedang itu berkilau berbeda sebelumnya, seperti tidak terurus dan gelap.

"Kurang lebih seperti itu, tetapi untukku ... aku masih memiliki raga walau itu tidak seratus persen. Aku membutuhkan jantung untuk mengembalikan tubuhku seratus persen, tetapi sekarang mewujudkan ragaku hanya 3 kali dalam satu bulan." jawabnya membuat Aerith langsung merinding mendengarnya.

Sungguh, ada makhluk seseram ini di dalam pedang yang diberikan oleh bibi-nya? Apa Drew tau ada makhluk ini ... astaga, kenapa dia merasakan kehidupan bersenang-senagnya akan sulit semisalnya makhluk ini ikut bersamanya. Hei, makhluk bajingan di dalam pedang ini membutuhkan jantung loh! Bukannya itu menyeramkan!?

"Tenang saja, aku tidak butuh jantung makhluk lemah macam kau." ujarnya membuat Aerith tidak tau harus bersyukur atau apa mendengarnya, ia mendekap pedang tersebut ke dalam dekapannya dengan iris biru melihat perapian.

REWRITE [ Trash Of The Count's Family ]Where stories live. Discover now