1

2.2K 89 1
                                    

"Lalala,,,,, lalalalala,,,, lalalala,,,"

Suara itu terus-terusan terdengar jelas di telinga Frisly. Dia melihat sekitarnya mencari siapa yang bersenandung malam-malam begini.

Langkah kakinya terus bergerak maju mencari sumber suara tersebut. Sampai akhirnya sepasang matanya menangkap siluet seorang anak kecil yang sedang memainkan ayunan sambil memeluk boneka di tangannya.

Frisly terus memaksa kakinya untuk mendekati anak kecil tersebut walau jujur dirinya sedang ketakutan saat ini. Dia tidak tahu dimana dia berada sekarang, sendirian tanpa ayah dan bundanya. Penerangan di tempat itu juga terbatas. Frisly tidak bisa melihat dengan jelas kondisi disekitarnya hanya bisa melihat dengan jelas anak kecil yang bermain di ayunan tersebut.

Dengan memberanikan diri, Frisly dengan perlahan mencoba memanggil anak kecil tersebut.

"Dek?" Ucap Frisly lirih.

Tidak ada sahutan dari anak kecil di depan Frisly. Dia hanya fokus memainkan boneka yang ada ditangannya sambil terus bersenandung.

"Dek?" Ucap Frisly lagi yang kali ini lebih keras dari sebelumnya.

Dan karena panggilan Frisly, anak kecil di depannya berhenti bersenandung tapi dia tidak menyahuti panggilan Frisly ataupun menoleh.

"Dek kakak mau tanya ini--ini dimana ya?" Tanya Frisly gemetaran.

Seluruh tubuh Frisly rasanya bergetar apalagi jantungnya, berdetak lebih cepat dari biasanya yang serasa ingin lepas dari tempatnya.

"Dek tolong jawab kakak, kakak mau ketemu orang tua kakak" Ucap Frisly sambil tangannya diarahkannya untuk memegang pundak anak kecil itu.

Saat tangan Frisly berhasil memegang pundak anak itu, Frisly bisa merasakan kalau suhu tubuh anak itu sangat dingin. Saat Frisly ingin memanggil kembali anak itu, tiba-tiba dia menengok ke arah Frisly dengan senyuman aneh. Yang lebih membuat Frisly ketakutan adalah mata anak kecil itu semuanya dipenuhi warna putih.

Frisly memundurkan diri perlahan, menjauh dari anak kecil yang ada di depannya ini. Tapi sialnya kaki Frisly menginjak bongkahan batu yang membuat tubuhnya jatuh ke tanah. Frisly terus mencoba menjauhi anak kecil itu sampai tubuhnya tiba-tiba tidak bisa digerakkan sama sekali. Frisly benar-benar takut sekarang, yang hanya bisa dia lakukan hanya memanggil orang tuanya walaupun dari dalam hati.

"Ayah tolongin Frisly, Frisly takut. Bunda dimana tolongin Frisly" Batin Frisly.

"Akhhhh" Frisly tidak bisa lagi menahan ketakutannya saat anak kecil itu tiba-tiba tertawa dengan kencangnya.

Tangan Frisly dengan kuat mencoba menutup telinganya karena demi apapun tawa anak kecil itu sangat menyakiti telinga Frisly dan sangat menakutkan.

"Kakak ayo main sama aku, aku punya banyak mainan buat kakak"

Frisly menggelengkan kepalanya ribut dengan tangan yang masih setia menutup telinganya.

"Pergi kamu dunia kamu bukan disini lagi, PERGI!!"

*****

Frisly terbangun dari tidurnya dengan keringat dingin yang hampir membuat bajunya basah semua. Dengan perlahan Frisly mengatur nafasnya setelah dirinya sadar dari mimpi buruk yang baru dialaminya. Frisly menatap jam yang melekat di dinding kamarnya yang menunjukkan pukul 02.41.

"Setiap hari selalu aja mimpi buruk" Gumam Frisly sambil tangannya menyeka keringat yang ada di keningnya.

Frisly mengalihkan perhatiannya pada meja kecil yang terletak di samping tempat tidurnya. Lebih tepatnya pada sebuah kalung yang tergeletak disana. Tangannya meraih kalung tersebut lalu menggenggam erat kalung itu sambil bibirnya menggumamkan sebuah kalimat. Setelah itu Frisly kembali mencoba memejamkan matanya untuk kembali tidur karena besok dia harus pergi ke sekolah barunya.

Indigo GirlDonde viven las historias. Descúbrelo ahora