16 - si pamrih dan tukang ngeluh

24 3 6
                                    

warning: ada adegan yang disturbing (contain blood and something sharp)






wush




Hellen merasa sesuatu di pundaknya.

Dia menoleh dan menemukan jaket familiar tersampirkan di bahunya. Hellen tau jaket itu. Hellen paham dengan logonya yang familiar.

Hellen menatap ke samping kirinya.

"Lo kalau emang bijak, lo bisa selesain masalah lo baik-baik. Bukannya dengan malu-maluin musuh lo di depan banyak orang gini. Apalagi musuh lo siswi lo sendiri sebagai waketos. Sampah tau ga!" Suara dingin itu terucap dengan datar, namun lantang dan mampu membungkam seantero kantin.



Suara dingin yang datar,

Suara yang Hellen benci,

Suara yang selalu ganggu dia akhir-akhir ini.

Kenneth?! - Hellen

Suara yang paling ga memungkinkan untuk ada di peran ini,

Justru yang lindungin dia di saat kayak gini.

Abis Kenneth ngomong gitu dia narik Hellen pergi dari kantin. Hellen nurut aja. Semua tenaganya ilang. Bersama-sama melangkah, ninggalin semua orang disana dengan banyak pertanyaan.

Hellen diam. Tak bersuara sekecil apapun itu. Gak, Kenneth gak genggam tangannya. Tapi dia megang tangan Hellen di pergelangan tangannya Hellen.

Kenneth jalan terus sambil megang pergelangan tangan Hellen. Gak ada satupun suara di sepanjang perjalanan mereka. Hening.

Kenneth dengan muka datarnya, dan Hellen dengan rasa bingung yang disembunyiin dibalik ekspresi galaknya.

Kenneth baru berhenti ketika mereka tiba di depan toilet wanita.

"Tunggu disini. Gausah kemana-mana. Nurut." Ujar Kenneth datar.

Hellen natap Kenneth gusar. "Apasi nyuruh-nyuruh?!" Keluhnya pelan tapi masih bisa didengar Kenneth. Tapi sambil ngeluh Hellen duduk di bangku depan toilet cewek.

"Dasar keras kepala." Balas Kenneth sambil melengos pergi.

Selepas kepergian Kenneth ke tempat entah berantah, - ya Hellen ga nanya tadi. Males katanya. Ngapain juga ya kan? - Hellen duduk diam di depan toilet wanita.

Diem-diem dia mikir, dan semua ucapan Briam terputar di kepalanya.



Lo tuh malu-maluin



Lo tuh toxic

Lo tuh bukan siapa-siapa

Pantas sahabat lo aja ninggalin lo!

Air mata mengumpul di pelupuk mata Hellen. Tapi sebisa mungkin Hellen tahan. Dia tengadahin kepala. Meski dadanya sesak, tapi muka Hellen ga sedikitpun menunjukan ekspresi dia terluka. Hellen hanya berwajah datar dan galak sedari tadi.



Gua ga nangis, gua ga nangis. Gua ga nangisin orang bodoh. GAK! - Hellen



Banyak suara di kepala Hellen yang menyuruhnya menahan semua air mata. Karena dia tak sepantasnya menangis. Dia tak boleh menangis.

Tapi di sela-sela keributan suara yang menyuruh Hellen untuk tidak menangis, ada bisikan-bisikan lain yang turut mempersesak dada Hellen.

    
    
   
Emangnya, gua sejahat itu ya? Gua buruk ya ternyata. Sahabat-sahabat gua aja sampe ninggalin gua. Gua nyesel tapi mau kasih tau gimana lagi? - Hellen

VIRAGO [ON GOING]Where stories live. Discover now