"Tapi gue males ahh ketemu dia. Lo belom tau aja dia suka banget deketin gue. Gue sendiri heran, kenapa sih dia sesuka itu ke gue, padahal lo tau sendiri kan bentukan gue gimana, ga cantik, ga menarik, ga imut, masuk kriteria cewe idaman juga, apa gitu yang buat dua tertarik banget sama gue," Akhirnya Adelia menumpahkan segala unek-uneknya sembari menyendok kan terus menerus eskrim miliknya yang sudah mencair.
"Del, lo bisa hidup aman tentram di dunia ini aja udah syukur. Ga usah peduli sama kritikan orang tentang fisik lo. Mungkin dia suka sama lo dari sisi yang berbeda. Mungkin dari sisi itulah lo udah sempurna," Inilah hal tersembunyi dari Gilang. Jarang sekali ia memberikan nasehat baik kepada orang-orang disekitarnya, bahkan sampai membuat orang itu merasa nyaman.
Adelia juga ikut terhanyut dengan perkataan Gilang. Ia berhenti menyendok eskrim ke mulutnya dan lebih memilih memandangi wajah tenang Gilang. Entah kenapa saat ini wajahnya sangat menenangkan jiwa Adelia yang gundah. Memang Tuhan itu tahu kapan harus bertindak saat kita memerlukan pertolongan, dan Tuhan juga pasti akan menuntun kita ke jalan yang tepat, ya walaupun semua itu lewat perantara, tapi pasti semuanya akan tepat sasaran dan tidak pernah salah tempat.
Adelia sadar bahwa yang dikatakan Gilang memang benar adanya. Adelia tidak sepenuhnya buruk, sikapnya yang baik dan sangat ramah sangat sayang jika di sia-siakan, bahkan semua guru-guru di sekolah sangat senang melihat Adelia yang cerdas dan mempunyai sikap yang sangat baik. Mungkin fisik Adelia memang berbeda dengan perempuan cantik di luar sana, tapi percayalah Adelia memiliki hati yang sangat besar dan sangat tulus. Banyak yang mengkritik warna kulit Adelia gelap, sangat tidak elok jika dilihat. Namun semua kritikan itu sudah biasa Adelia dengarkan dan sudah menjadi makanan sehari-hari bagi dirinya.
"Makasih,"
"Makasih untuk?" Tanya Gilang yang kembali menjadi Gilang yang belo'on seperti sediakala.
"Ya makasih untuk nasehatnya tadi, sekarang gue akan lakuin yang lo saranin, gue akan menghadapi semuanya, dan gue gak akan menghindari si Farhan lagi," Adelia sepertinya sudah mantap dengan keputusannya. Ia akan berusaha mengahadapi Farhan kapanpun ia akan datang, tapi biar di hadangin dulu deh sama Amel, untuk mengulur waktu sedikit lebih lama, bukan untuk menghindar lagi.
Adelia pun langsung menuju sepeda motor Gilang untuk mengambil kedua helm yang nangkring di atas motor Gilang dan melemparkan salah satu helm tersebut kepada Gilang.
"Ternyata lo enak juga ya jadi temen curhat," Dengan senyum yang merekah seperti ini saja sudah bisa membuat hati Gilang merasa damai. Gilang merasa ini adalah langkah yang tepat untuk mendapatkan hati Adelia, yah walaupun harus bersaing dengan dua orang yang sepertinya sudah terpikat oleh kebaikan hati Adelia.
"Ya jelas lah, tapi gantian juga curhatnya, jangan lo mulu," Dengan gemas Gilang mencubit pipi Adelia dan tentu saja Adelia merasa ada yang aneh dengan dirinya. Jantungnya seperti speaker angkot yang selalu jedag-jedug dan pipinya kembali memanas, atau mungkin saja sudah memerah.
"Nih mang, makasih eskrim nya, besok-besok saya ke sini bawa geng hehee, biar laku banyak mang," Ujar Gilang sembari memamerkan giginya yang rapi. Mamang es krim pun hanya mengangguk sambil tersenyum lebar.
Adelia terus saja memandang Gilang, entah apa yang menghipnotis Adelia saat ini.
'Heh jantung! Lo baik-baik aja kan? Kenapa jadi gak tenang gini sih!' Batin Adelia sembari menetralkan dirinya dan mudah-mudahan pipinya tidak memerah.
Gilang sendiri juga bisa merasakan jantungnya yang sudah dag-dig-dug serrr sedari tadi. Tapi ia lebih memilih menyembunyikan semua ini dan bersikap seperti biasanya.
"Yuk balik! Nyokap gua pasti udah nyariin," Ujar Adelia cepat dan langsung naik ke atas sepeda motor Gilang dan sang empunya motor pun juga ikut naik dan melajukan motor itu sampai ke kediaman Adelia.
Sementara itu di Sydney Kingsford Smith Airport....
"Halah!!! Kok delay sih! Padahal kan udh nungguin dari tadi. Besok gua beli satu pesawat khusus deh buat gua, biar ga nunggu lama-lama," monolog Farhan pada dirinya sendiri sembari mencari kontak Amelia di ponselnya. Farhan pun langsung menghubungi Amelia dan untungnya saja Amel langsung menjawabnya.
"Halo, Amel ini gue Farhan,"
"Ehh ini serius elo Han? Gue kira ini nomer om-om dari mana mwehehehe. Btw lo udah mau berangkat ya mangkanya nelpon?" Tanya Amel dari seberang sana sambil berharap semoga Farhan bakalan lama sampai ke Indonesia. Kalau nggak habis lah riwayat nilai Amelia tahun ini.
Selama ini memang Adelia rela menjadi guru privat nya, itulah sebabnya nilai Amelia selalu baik heheee.
"Belum nih, pesawat gua delay, emosi tauk gue. Orang gua udah ga sabar juga mau ke Jakarta," Dengan wajah kesal ia terus mengoceh, bahkan ia tak peduli lagi dengan orang-orang di sekitarnya yang terus saja memperhatikannya.
"Oh yaudah sih, sabar aja. Mau lo dateng lusa juga gue ga peduli." Amelia dengan entengnya tertawa sambil rebahan di ranjang kesayangannya.
"Dasar sepupu ogeb! Yodah nanti kalo gua telpon lagi, lo jemput gue di bandara, okeh!"
"Iyey, udah dulu ya om! Baibai om," Amelia langsung memutuskan telponnya sepihak. Ia tau sepupunya itu tidak akan pernah berhenti marah ketika ia mengejeknya terus-terusan.
Sementara itu Farhan hanya bisa mengelus dadanya mengingat kelakuan sepupunya yang tidak pernah berubah dari dulu.
"Dasar curut! Nanti pas gue nyampe di Indo jangan harap lu bisa lepas, GUA JITAK LU AMPE MAMPUSSS!"
♡♡♡
- Akhirnya "Dengan Caraku" Up lagi ehee -
- enak banget ga sih jadi Adelia:') -
- bisa deket sama cogan-cogan kesayangan YouN1T:') -
- auhtor sendiri juga kepengen banget, tapi apa daya beda pulau 😣 -
- tungguin "Dengan Caraku" up lagi ya! paipaii^^ -
YOU ARE READING
Dengan Caraku (On Going^^)
Teen FictionAnak nakal, manja dan selalu pindah-pindah sekolah karena sikapnya yang urakan, siapa lagi kalau bukan Gilang Dika. Sudah banyak laporan dari guru-guru yang sudah tak tahan sehingga membuatnya harus terus pindah-pindah sekolah. Dan tibalah Gilang d...
Part 7 - Curhat ヾ(。>﹏<。)ノ゙✧*。
Start from the beginning
