14

1.5K 208 15
                                    

Taehyung tak kunjung melepaskan peluk dari sang ibu yang terbaring di atas ranjang rumah sakit. Bak bocah 5 tahun ia mendusalkan kepala di sekitaran bahu Soojin, terus merengek sedih ketika ibunya beberapa kali bilang padanya untuk bangun.

"Tae... bangun dulu, Nak," Soojin membujuknya lembut, kepala Taehyung yang menggeleng keras diusap. "Masih kangen Ibu?" Taehyung mengangguk, menatap Soojin sendu dari bawah dagunya.

Yoona menyurai helai rambut kelam milik Soojin. Senyuman didapatkan dari kedua belah pihak pemilik mata doe yang menyiratkan kata akan kerinduan mendalam.

"7 bulan aku udah nggak ketemu anak ini. Terima kasih, Kak..." Soojin melirih.

Yoona menggeleng, "Maaf— karena gak bisa nemuin kamu selama ini. Makasih, karena kamu udah bisa bertahan sampai sekarang."

"Sejujurnya aku malu buat liat kamu lagi. Selama ini aku tahan buat gak hubungin kamu, aku ngerasa terlalu gak tau diri buat dapet bantuan. Kamu udah kasih aku segala-galanya dan aku malah begini," Soojin mengepalkan tangannya, merasa bodoh pada diri sendiri. "Ini udah jadi karmaku, Kak."

"Ibu," Taehyung menegurnya tak suka. "Ibu nggak salah. Ibu pikir adanya Hoseok dan Taehyung di sini juga termasuk karma?" Soojin menggeleng tidak membenarkan. "Taehyung yang minta maaf karena nggak ada di samping ibu selama ini."

Seokjin, Hoseok, dan Jungkook hanya terduduk diam di atas sofa sebelah ranjangnya. Tiada ucapan yang dapat terujar, selagi Hoseok melirik Jungkook dan Seokjin di sebelahnya. Menangkap pandangan mata, ketiganya saling bertukar senyuman kilas. Pertemuan saudara ini tidak pernah ada di dalam benak mereka sama sekali sebelumnya.

Yoona memandang sekelilingnya dengan perasaan yang campur aduk.  Jaewin memiliki harta yang semua orang pasti tau sangat lebih dari cukup untuk membiayai keluarga bahkan hingga 5 keturunannya dengan bahagia. Yoona pernah merasakan bagaimana dipenjarakan oleh pria brengsek itu. Melihat Hoseok dan Taehyung, ia tau kondisi keluarga adiknya jauh lebih buruk dari ekspetasinya.

"Hoseok?"

Mendengar namanya dipanggil Hoseok menoleh pada Yoona, "Iya— Tante?"

"Tante dengar kamu berhenti kuliah?"

Hoseok menggaruk tengkuknya, tertawa hambar, "Iya, Tante. Udah lama."

"Kenapa, Nak?"

"Iya... karena Hoseok gak mau hidup pake uang ayah dan ngerepotin Ibu aja. Hoseok juga ada Taehyung yang udah sama sekali gak dibiayain sama ayah. Waktu itu semua pegangan Seok diambil ayah karena ketauan kasih Taehyung uang. Gaji 5 bulan dari resto tempat kerja dirampas. Padahal awalnya Seok ngelarang keras Taehyung buat kerja, tapi karena Seok bener-bener udah gak ada pegangan apapun Seok terpaksa suruh Taehyung buat cari kerja."

"Kamu juga yang biayai kuliah Taehyung?" tanya Yoona.

"Enggak. Taehyung ada beasiswa, Tante. Beasiswa penuh sampai lulus tapi bisa dicabut kalau IPK per-semester Taehyung kurang dari 3. Tapi Seok tau Taehyung pasti gak akan pernah dapet IPK kecil." Hoseok tersenyum, "Seok cuma khawatir sama kesehariannya. Takut Taehyung kekurangan segala macam, padahal kalo gak Hoseok atur pun anak itu juga bisa hidup."

Taehyung mengangkat tubuhnya dari sang ibu. Ia berjalan menghampiri dan berdiri di hadapan kakaknya. "Jangan ngomong kayak begitu lagi, Hos. Selama ini gue bergantung sama lo. Gue yang udah banyak repotin lo sama ibu."

Hoseok mendongak pada Taehyung dan menggeleng, "Gue tau lo cuma takut buat keluar dari zona aman, Tae. Lo bisa jadi orang hebat, tapi kondisi lo bikin lo takut buat ambil langkah yang terlalu besar. Dari kecil lo ga pernah repotin siapapun. Kalo aja gue gak ngekang lo ini itu dari dulu, gue tau lo bakal bisa jauh lebih dewasa dan mandiri daripada gue. Lo juga berprestasi bertahun-tahun tanpa privilage, itu hebat banget, Taehyung. Gue juga tau kalo lo keterima di Oxford dan nggak ambil itu."

Roommate - vkWhere stories live. Discover now