13

1.6K 215 29
                                    

"Sakit ya lo?"

"Diem ah, Ming."

Jungkook menepis tangan Mingyu yang hendak menyentuh keningnya. Telungkupkan wajah di atas meja kelas, Jungkook pusing.

Tak dapat berpikir jernih untuk mencerna apa saja yang sudah ia dengar kemarin.

Bagaimana bisa semua menjadi seperti ini kurang dari semalam?

Jungkook bangkit dari kursi, mengangkat tangannya, "Maaf interupsi, Pak. Saya izin ke toilet."

Pun keluar dari kelas setelah mendapatkan izin, Jungkook tidak dapat mengumpulkan konsentrasinya sama sekali. Tidak ada secuilpun yang masuk ke otak. Hanya kebingungan, dan sangat bingung hingga ia menghentikan dirinya saat dirasa kepalanya menubruk seseorang karena melangkah sambil menunduk.

"Maa—"

"Bolos?"

Taehyung berdiri dengan tangan yang dimasukkan ke dalam saku jaketnya. Melihat putih mata Jungkook memerah, ia tau kalau semalam anak ini tidak tidur.

Jungkook diam sejenak. Mengungkit sebuah fakta baru akan Taehyung yang sebenarnya adalah sepupunya semakin membuat pikirannya nyasar. "Mau cuci muka."

Tangan Taehyung terulur, merangkul pundaknya— sedikit memaksa untuk berjalan berdampingan. Protesan Jungkook tak didengar, sampai akhirnya pasrah, entah Taehyung hendak memboyongnya kemana.

"Mau kemana?" Jungkook mendesis.

"Atap."

Benar saja dirinya dibawa ke atap.

Di bawah cuaca teduh dan angin semilir yang berhembus cukup kencang, Jungkook duduk di atas cor abu bersama Taehyung di sebelahnya. Menyandarkan punggung ke pagar pembatas dengan kaki yang ditekuk.

"Kayak apa rasanya 20 tahun hidup sama ayah?"

Taehyung mengangkat kedua alis mendengar Jungkook yang tiba-tiba saja bergumam, "I live with a demon. What you expect?"

Jungkook menoleh. Ia menatap Taehyung cukup lama. "Sorry."

"Sini."

Sedikit mengernyit ketika Taehyung membuka tangannya lebar-lebar. Tapi lagi-lagi tingkah agresifnya menarik tubuh Jungkook ke dalam peluk sebelum dapat persetujuan. "Lepas gak."

"We both really need a hug. Diem aja, Jung."

5 menit yang hening tanpa suara.

"Mama lo kabarin ke gue kalo dia lagi siapin semua berkas dan gue udah kasih kontak Hoseok," ujar Taehyung. "Ayah baru pulang tadi pagi karena urusan kantor dan Hoseok juga bilang kalo mama lo udah ngobrol panjang sama ibu lewat telepon. Ibu nangis sejadi-jadinya. Dia gak bisa berhenti gumam maaf."

"Aku masih gak ngerti Taehyung." Jungkook menghela berat, "Kenapa ibu kamu bisa berakhir sama ayah? Apa dia gak tau Mama diperlakuin kayak apa?"

"Dulu mama lo dan ibu gue punya hubungan yang gak terlalu baik, Jung. Tante Yoona gak pernah bilang?" Jungkook menggeleng, "Ibu dulu bebal. Selalu kena omelan Tante Yoona tiap dia bertingkah. Tapi mau sebebal apapun ibu, dia tetep sayang sama kakaknya. Pas itu ibu tau kalo mama lo dan ayah deket, dan Tante Yoona sama sekali gak tau kalo ayah juga sering hubungin ibu. Ibu gak pernah ada niatan buat rebut calon kakaknya, tapi ayah yang obsesi buat gak biarin ibu lepas akhirnya bikin ibu hamil. Ibu gak ada pilihan lain selain nikah sama ayah dan sembunyi dari kakaknya sendiri. Ibu makin ngerasa bersalah setelah tau gimana sikap ayah. Ibu udah gak punya muka buat ketemu kakaknya."

Jungkook menahan napas. Lengannya ikut melingkar di sekitaran pinggang Taehyung pada akhirnya. Peluk menyamping, sementara kepalanya didorong oleh Taehyung untuk bersandar pada bahunya. "Aku gak ngerti apa mau ayah. Ayah udah punya semua-muanya, apa ayah gak pernah bersyukur? Ada banyak banget orang yang semena-mena kalo mereka punya kuasa. Ngerasa apapun yang dilakuin selalu bener, yang penting bisa puasin atau nyenengin dirinya sendiri. This world is too cruel."

Roommate - vkWhere stories live. Discover now