DANANG
.
.
.
HARI pernikahan Jefran tiba. Di rumah Pak Herman dan Bu Maya, suasana begitu heboh dari jam 4 pagi. Bu Maya terus mondar-mandir karena sepatu heels yang sejak sore sudah disiapkannya tiba-tiba menghilang. Ternyata memang sepatu itu sudah dipindahkan oleh Juan ke dalam bagasi mobil bersama pakaian lain agar mereka bisa langsung berangkat ke hotel untuk dirias.
Pak Herman juga sibuk mondar-mandir bertelepon entah dengan siapa. Si Minul yang terlambat bangun juga sedang diurus Juan, lebih tepatnya dimarahi. Dan si pengantin yang beberapa jam lagi akan segera sah —Jefran Athaya, tampak seperti orang linglung. Ia hanya diam di teras rumah menunggu orang tua dan adik-adiknya sambil sesekali berkomat-kamit.
Setelah beberapa kekacauan, di pukul lima pagi keluarga besar Pak Herman ini akhirnya pergi menuju salah satu hotel bintang lima di Bandung yang dijadikan tempat resepsi pernikahan si putra sulung. Di sana mereka mulai bersiap-siap untuk dirias dan berbenah hal lainnya.
Juan yang sudah selesai berbenah dengan penampilannya lebih dulu segera menyiapkan kamera yang dibawanya. Juan memang merangkap jadi tukang foto dadakan di hari istimewa itu berdasarkan permintaan dari calon kakak iparnya.
Katanya hasil foto Juan selalu estetik.
Sambil mengabadikan beberapa momen persiapan pernikahan sang kakak, Juan juga berkeliling. Ia masuk ke ruangan tempat calon kakak iparnya di rias. Juan memberi salam terlebih dahulu saat masuk dan juga berbincang-bincang sebentar dengan beberapa orang di sana.
Setelah itu Juan mendekati calon kakak iparnya yang tampak begitu menawan. Ia mengarahkan kameranya pada si calon kakak ipar kemudian tersenyum.
'Foto candid nih bagus buat posting IG,' ucap Juan dalam hati saat melihat hasil fotonya.
"Kak Tama," panggil Juan.
Orang yang dipanggil Tama oleh Juan itu menoleh kemudian tersenyum. "Udah selesai?" tanya Tama.
"Udah Kak. Ganti baju sama nata rambut doang," balas Juan.
(Tama Argi Pandega, calonnya Jefran, pengusaha. Ia memiliki perusahaan penerbitan dan percetakan. Tama ini keturunan Sunda - Jawa. Ibunya asli Bandung dan ayahnya asli Surabaya. Kalem, tenang, baik hati, dan bersahaja. Tama ini salah satu orang yang bisa menaklukkan tingkah pecicilan Si Minul yang terkadang seperti kesurupan reog hanya dengan senyum dan suaranya yang mengalun lembut)
"Aku izin ambil foto dan video di sini ya, Kak. Buat dikasih ke Bang Jefran." Juan kembali dengan kameranya."Jefran gimana dia?" tanya Tama. Ia kembali menghadap cermin untuk melanjutkan beberapa riasannya yang belum selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANANG | NOMIN
Fanfiction[SUDAH DIBUKUKAN] 𝘿𝙪𝙖 𝙥𝙧𝙞𝙤𝙧𝙞𝙩𝙖𝙨 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙢𝙚𝙣𝙟𝙖𝙙𝙞 𝙩𝙪𝙟𝙪𝙖𝙣 𝙎𝙖𝙣𝙜 𝙆𝙤𝙢𝙖𝙣𝙙𝙖𝙣, 𝙢𝙚𝙣𝙖𝙠𝙡𝙪𝙠𝙠𝙖𝙣 𝙖𝙥𝙞 𝙙𝙖𝙣 𝙢𝙚𝙣𝙖𝙠𝙡𝙪𝙠𝙠𝙖𝙣 𝙨𝙞 𝙥𝙚𝙣𝙖𝙧𝙞𝙠 𝙝𝙖𝙩𝙞. 𝙒𝘼𝙍𝙉𝙄𝙉𝙂! • 𝘽𝙭𝘽 • 𝙇𝙤𝙠𝙖𝙡!𝘼𝙐 NCT @ SM...