3

12.5K 2.2K 1.1K
                                    

DANANG

.

.

.

SETELAH kurang lebih sembilan hari tak mengajar karena kecelakaan, Juan akhirnya bisa masuk kembali dan beraktivitas seperti biasa. Pukul delapan nanti ia memiliki kelas pagi di mata kuliah statistika bisnis untuk mahasiswa semester dua.

Juan memegang tiga mata kuliah yang menjadi tanggung jawabnya. Statistika bisnis, studi kelayakan bisnis, dan manajamen keuangan internasional. Semua mata kuliah yang dipegangnya selalu menjadi trauma untuk kebanyakan mahasiswa. Untungnya Juan ini tampan, ramah, dan tipe dosen yang tidak menyulitkan mahasiswanya. Makannya ia tetap menjadi dosen favorit apalagi saat pemilihan dosen pembimbing skripsi.

Pagi ini Juan amat bersyukur ia memiliki kelas dengan mahasiswa baru yang masih penurut. Karena siangnya ia sudah memastikan jika akan kembali dikejar-kejar oleh mahasiswa semester tua untuk bimbingan skripsi. Sembilan hari tak menerima bimbingan membuat Juan cukup ngeri saat membayangkannya saja.

"Kamu jangan bawa kendaraan dulu. Biar Jefran yang antar jemput ya," ucap Pak Herman yang sedang memasang tali kur merah pada seragam damkarnya.

"Iya, iya. Papa udah ngomong berkali-kali loh," jawab Juan. Ia sibuk mondar-mandir mencari sepatu.

"Pa! Aku gak dianter juga?" suara lain terdengar. Itu suara si bungsu yang tampak sudah sangat siap. Sepatu dan tasnya sudah terpakai tapi.

"Nanti kan sama Papa dianter."

"Yaudah. Buruan ya Pa nanti aku kesiangan."

"Iya," jawab Pak Herman.

(Jibran Maheswara lebih akrab disapa Minul —Pak Herman yang menamai begini karena Jibran suka sekali rebahan dimana pun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Jibran Maheswara lebih akrab disapa Minul —Pak Herman yang menamai begini karena Jibran suka sekali rebahan dimana pun. Kata Pak Herman punggungnya lembek seperti pensil Inul, makannya nama Minul tercetus (gabungan dari Maheswara + pensil Inul = Minul), si anak bungsu. Sudah SMA kelas 12. Kata orang dia ini bagai pinang dibelah kapak dengan kakak keduanya, Juan)

"Jajan!" Jibran menengadahkan tangan kanannya pada Juan. Padahal tadi ia sudah mendapat tiga puluh ribu dari ibunya untuk jajan.

"Kan tadi Mama udah ngasih," Juan mengerutkan dahi.

"Kan itu dari Mama. Kak Juan belum ngasih jajan hari ini."

Juan memutar bola matanya malas. Ia kemudian mengeluarkan uang dua puluh ribu yang sudah lecek dari saku celananya. "Dua puluh ribu aja."

DANANG | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang