#10. Anxiety, Bullying, and Violence

23 10 0
                                    

Satu hari sebelum pembagian nilai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu hari sebelum pembagian nilai..

Joshua terdiam di perpustakaan di lorong yang paling sepi. Ia duduk bersandar di salah satu rak sambil memejamkan matanya. Ia menghela napas. Gugup akan hari besok. Rasanya kepalanya ingin pecah memikirkan apakah ia bisa mengalahkan Minhyun atau tidak.

Ah, ia sengaja berdiam diri sini karena berusaha menjauh dari teman – temannya. Ia mulai kalut dan ia tidak mau mereka tau. Ia tidak mau mereka tau tentang masalah di dalam keluarganya itu.

"Udah gue duga lo di sini," ucap Minhyun membuat Joshua mendongak.

Minhyun duduk di samping Joshua. Minhyun memperhatikan deretan buku yang ada di hadapannya.

"Bakal lucu ga sih kalau diantara kita gaada yang dapet peringkat 1?" tanya Minhyun membuat Joshua terkekeh.

"Heboh satu sekolah kayanya," balas Joshua. Minhyun tersenyum tipis.

"Walau demikian, lo tetep harus ngalahin gue kan?" tanya Minhyun. Joshua mengangguk.

"Apa yang terjadi kalau lo gabisa ngalahin gue?" tanya Minhyun.

"Sesuatu yang ga pernah kamu bayangkan, Hyun," ringis Joshua membuat Minhyun mengernyit.

"Papa lo main fisik?" tebak Minhyun. Joshua terdiam.

Namun, diamnya Joshua membuat Minhyun berpikir omongannya benar. Namun sebisa mungkin ia tepis. Sebisa mungkin ia manaruh harapan bahwa Papa Joshua telalu sehat untuk melakukan kekerasan pada anaknya. Cukup mental Joshua yang tersakiti, tidak dengan fisiknya. Ia menghela napas. Sekali lagi ia berpikir. Kenapa harus Joshua yang menanggung?

Joshua kenapa? tanya seseorang dalam hatinya.

Ya, daritadi ada yang menguping pembicaraan Joshua dan Minhyun dibalik lorong sebelah tanpa Joshua dan Minhyun sadari.

Ya, daritadi ada yang menguping pembicaraan Joshua dan Minhyun dibalik lorong sebelah tanpa Joshua dan Minhyun sadari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ren melangkahkan kakinya menuju kantin. Ia ingin membeli beberapa cemilan dan minuman. Mengingat hari ini adalah hari bebas, banyak murid BAM yang berdiam diri di kantin. Ren mengacuhkannya hingga ia mendengar sesuatu.

"Loh, itu bukannya Choi Minki ya?" bisik seseorang. Ren hanya meliriknya dari sudut matanya. Setelah melihat 2 orang perempuan yang tidak ia kenali, Ren memutuskan untuk mengacuhkannya.

The Light in The Dark #2015Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang