Joshua semakin terlihat sibuk mengingat ujian semester 1 akan segera di mulai. Lelaki itu terlihat selalu bolak – balik dari perpustakaan. Membawa buku yang ia pinjam, mengembalikan buku yang ia pinjam, membawa catatannya, dan sebagainya. Kenapa?
Ingat ambisi Papa Joshua agar ia mengalahkan Minhyun? Joshua sedang berusaha untuk mengasah kemampuannya agar ujian nanti berjalan mulus dan ia dapat memenuhi ambisi Papanya. Lelah memang tapi mau bagaimana lagi. Ia lebih lelah mendengar omelan atau menghadapi amukan Papanya.
Joshua menghela napas sambil menyandarkan kepalanya pada rak buku di perpustakaan. Kepalanya berdenyut. Ia tau kalau usahanya sudah melewati batas yang bisa ditahan tubuhnya. Tapi ia masih merasa usahanya itu belum cukup untuk mengalahkan Minhyun.
"Istirahat. Sadar. Lo tuh udah mau ambruk," celetuk seseorang. Joshua kembali menghela napas. Tanpa ia lihat pun ia tahu suara siapa itu.
"Gabisa, Hyun," balas Joshua yang mulai menegapkan kembali tubuhnya. Minhyun yang daritadi memperhatikan Joshua pun menghela napas.
"Papa lo sebenci itu sama Ayah gue ya?" tanya Minhyun.
"Mungkin," balas Joshua singkat. Minhyun menghela napas.
Ya, Minhyun mengetahui keadaan Joshua. Minhyun pernah bertemu dengan Papanya Joshua saat ada pesta dengan teman – teman bisnis Ayahnya. Minhyun sempat melihat bagaimana Papa Joshua melihat Ayahnya dari jauh dengan tatapan penuh kebencian. Ia juga tidak sengaja mencuri dengar Papa Joshua yang berkata dengan nada ketus kepada Joshua, yang saat itu hadir juga, untuk menjadi lebih unggul darinya setelah Ayahnya memperkenalkan Minhyun pada Papa Joshua.
"Sorry gue gabisa bantu lo. Gue juga punya target," ucap Minhyun lirih. Joshua menoleh.
"Saya ga minta kamu buat ngalah. Apalagi taruhannya nilai kamu sendiri. Lakuin aja yang biasa kamu lakuin. Saya baik – baik aja," ucap Joshua sambil tersenyum. Ia menepuk pundak Minhyun lalu pergi dari sana.
Kenapa harus lo yang nanggung sih, Josh?
"Joshua pulang," ucap Joshua sambil memasuki rumahnya. Ia bisa mendengar suara langkah kaki yang cepat dari lantai 2.
"BANG!!" seru Winwin sambil berlari menuruni tangga membuat Joshua meringis.
"Awas jatuh," ucapnya.
Winwin hanya memberikan sepupu kesayangannya itu cengiran. Namun, wajahnya berubah menjadi panik saat berdiri di hadapan Joshua.
"Abang mimisan!" seru Winwin sambil rusuh mencari tisu.
Joshua mengernyit. Ia segera menangkat tangannya untuk memegang bagian bawah hidungnya. Ia menghela napas saat melihat darah pada jemarinya. Pantas saja denyutan di kepalanya semakin menjadi – jadi tadi.
"Nih, Bang! Aduh, kan. Kata Winwin juga, Abang kecapean," omel Winwin sambil membantu Joshua untuk menghentikan mimisannya. Joshua terkekeh.
"Iya iya, maaf. Abang gapapa ko," ucap Joshua sambil memegang tisu sedangkan tangan lainnya ia ulurkan untuk mengusak rambut Winwin.
ВИ ЧИТАЄТЕ
The Light in The Dark #2015
ФанфікиOrang - orang bilang masa SMA adalah masa yang paling indah. Walau banyak lika - likunya. Apa itu benar? Aku harap itu benar karena aku ingin keluar dari dunia gelap ini. Aku muak dengan semuanya. Aku mulai lelah. Aku tidak berharap untuk mendapat...
#9. The End of First Semester
Почніть із самого початку