Sang CEO Muda

98 22 4
                                    

Kun duduk di meja kerjanya bertemankan keheningan, hanya suara keyboard yang tengah ia tekanlah yang menjadi satu-satunya pemecah keheningan di dalam ruangan kerjanya yang mewah serta elegan berdominan warna hitam itu.
Sorot matanya begitu serius, memandangi kata demi kata yang berbaris di layar monitor laptopnya dengan teliti.

Ada sebuah proyek besar yang tengah dia tangani hingga menyita perhatian Kun sebesar itu. Bahkan, dia belum makan sejak pagi karena terlalu fokus mengerjakan pekerjaannya.
Sejenak, Kun meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku karena sudah terlalu lama duduk.

Lelaki itu menghela napas, memandang figura berwarna merah muda yang duduk dengan manis di sudut kiri meja kerjanya.
Foto yang begitu manis, berisi pasangan muda yang berpose mesra sambil tertawa menghadap ke arah kamera.
Oh, sial, Kun kembali merindukan senyuman yang begitu menawan itu.

"Sepertinya aku harus berterima kasih kepada Sungjin yang telah mengambil foto sebagus ini," guman Kun sambil mengambil figura cantik itu, mengusapnya penuh sayang.

Sebenarnya figura itu milik Ryuna, tapi Baekhyun sang Ayah memberikannya kepada Kun sepulangnya pria itu dari rumah sakit jiwa untuk merehabilitasi mentalnya.
Keadaan Baekhyun sudah cukup membaik, meski ada perubahan sikap yang cukup signifikan dari pria paruh baya itu.

Kun kemudian menenggak segelas air putih yang sejak tadi duduk diam disisi kanan meja kerjanya hingga tandas.
Ya ampun dia jadi rindu celotehan Ryuna yang akan dia dengar setiap kali Kun makan tidak tepat waktu.

"Ryuna kembalilah, ingatkan aku untuk makan yang benar," Kun tersenyum getir, "kasihan Ayahmu, dia jadi banyak berubah setelah kamu tidak lagi pulang."

Langit cerah berawan yang terpampang indah di balik kaca besar ruangan Kun kemudian menyita perhatian sang CEO Muda. Dalam hati, harapannya masih menggebu-gebu untuk dapat bertemu lagi dengan Ryuna dimana pun itu.
Kali ini dia berniat untuk turun tangan sendiri mencari Ryuna lagi di seputar Seoul sepulang dirinya dari kantor, ia bahkan sudah mempertimbangkan untuk mengambil cuti dalam waktu dekat untuk mencari Ryuna di luar wilayah Seoul.

***

"Kak Jaehyung apa kabar?" sapa Kun dibubuhi senyuman manis, menyambut kedatangan Jaehyung, kakak sepupu Ryuna yang baru saja tiba dari Amerika.

Lelaki jangkung dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya itu balas tersenyum, memeluk Kun sekilas.

"Baik seperti kelihatannya," timpalnya kemudian.

Jaehyung sebenarnya tidak menyangka kalau Kun lah yang akan datang menjemputnya di bandara, jelas sebuah kejutan jika kau secara tiba-tiba dijemput oleh kekasih adik sepupumu.

Kedua pria dengan perbedaan tinggi tubuh yang cukup jauh itu lantas bercakap-cakap ringan sambil berjalan sejajar menuju pintu keluar bandara, membahas berbagai hal ringan sampai pekerjaan.

"Apa aku perlu memanggil polisi Amerika untuk turut membantu proses pencarian Ryuna?" usul Jaehyung tatkala mereka sudah memasuki mobil Kun di lapangan parkir.

Kun berdeham, menggeleng pelan, "aku tidak mau merepotkanmu, Kak. Lagi pula kasihan polisi Amerika jika harus bekerja di luar wilayah kerja mereka."

Jaehyung tergelak, "kau lupa siapa aku ini?"

"Tentu tidak, Park Jaehyung, kakak sepupu dari kekasihku."

Jawaban Kun makin mematik tawa Jaehyung, membuat Kun jadi bingung di balik kemudinya.

"Aku ini kepala detektif kepolisian pusat kalau kau lupa. Jadi aku punya cukup kuasa untuk mengerahkan beberapa kompi pasukan untuk mencari adikku," papar Jaehyung dengan nada tenang, "sesekali biarkan orang-orang yang peduli padamu untuk membantumu. Ingat, Ryuna bukan hanya kekasihmu tapi juga adik sepupuku."

Hati Kun menghangat mendengar penuturan bijak dari Jaehyung.
Benar. Selama ini Kun terlalu banyak menolak niat baik orang-orang di sekitarnya untuk turut membantu pencarian Ryuna.
Terlalu lama berkubang dalam rasa bersalah dan putus asa membuat Kun kesulitan untuk berpikir jernih.
Laki-laki itu selalu beranggapan bahwa ia tak mau merepotkan orang lain.

Kun menghela pendek, mengulas senyum samar, "kau benar, Kak. Selama ini aku selalu menutup mataku dan tidak memberikan kesempatan kepada orang-orang yang menyayangi Ryuna juga untuk membantu."

Detik demi detik berlalu, bertukar menjadi menit.
Mobil sedan mewah milik Kun lantas keluar dari kawasan bandara bermaksud membawa Jaehyung menuju rumah Ryuna.
Sementara Kun fokus dengan setir dalam genggamannya, Jaehyung sibuk menelaah berbagai bentuk bangunan yang menyapa pengelihatannya sepanjang jalan.

"Seoul sudah banyak berubah," gumam Jaehyung, masih memusatkan pandangannya ke luar jendela mobil.

"Iya. Apalagi semenjak Ryuna pergi."


"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kun jadi sad boy :'(

Litani ; Qian KunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang