Ada Yang Patah, Tapi Bukan Gigi.

225 42 22
                                    

Setibanya di kelas, netraku langsung mendapati pemandangan yang tidak mengenakan.
Di meja guru, tubuh bongsor Lucas dengan santainya bertengger di sana —jika kaki orang normal masih menggantung ketika menduduki meja guru, kaki Lucas malah sudah menapak di lantai.
Kedua tangannya sibuk memetik senar gitar, menghasilkan suara sumbang yang membuatku sakit telinga dan suasana hati jadi memburuk.

Kontan saja, aku kesal.
Dengan gemas, aku menarik telinga kiri Lucas,
"Berisik, Kingkong! Turun lu, nanti ketahuan sama guru mampus baru tau rasa!"

"Aw! Sakit woy!"
Cowok bongsor itu mengaduh,
"Gue heran, lu kok cakep-cakep gak ada sisi lembutnya sama sekali sih?"

"Gue punya banyak sisi lembut ya! Tapi bukan buat gue tunjukin ke makhluk blasteran jin tomang macem lu," tukasku jutek.

Lucas mendecak, dia langsung turun dari singgasana dadakannya setelah kena siraman rohani dariku, sedangkan teman-teman sekelasku yang lain tampangnya sudah ketar-ketir karena menahan tawa.

"Ketawa aja, gapapa,"
ucapku setelah tiba di tempat dudukku.

"Sialan," umpat Lucas,
"Gue kan lagi bikin video audisi buat SM Entertainment, jadi kacau gegara lu!"

"Heh, upil jerapah! Agensi segede SM Entertainment mana mau punya artis minim akhlak macem lu. Lagian mana ada orang bikin video audisi dudukin meja guru! Ngadi-ngadi aja lu, yang ada lu bakalan kena bully sama netizen!"
cerocosku penuh emosi.

Jelas kelakuan Lucas barusan akan menimbulkan banyak kontra jika sampai dia mengupload videonya ke media sosial.
Bisa-bisa dia dihujat habis-habisan oleh para pengguna internet —netizen yang maha benar.

Lucas mencebik, "udah marahin gue, pake acara ngatain gue lagi. Ampun, kok bisa banyak cowok yang tutup mata sama kelakuan bar-bar lu ini ya?"

"Itu udah pasti karena gue cantiknya kelewatan, Cas, itu udah valid no debat!"
Aku berujar dengan penuh percaya diri.

Lucas sudah molotot, tetapi belum sempat dia mulai membalas ocehanku tiba-tiba Sungjin datang dengan selembar kertas HVS digenggamannya.

"Byun Ryuna, ini sesuai permintaan lu,"
Sungjin mengulurkan kertas itu kepadaku.

Tunggu, memangnya permintaanku yang mana?

Mataku menelisik data dalam kertas itu dengan seksama, oh, ternyata isinya data-data umum tentang seseorang yang memang sedang ingin aku ketahui asal-usulnya.

"1 Januari 1999? Lahir di kawasan paling elit di dataran Tiongkok? Wah, baru pertama kalinya aku salah menilai seorang laki-laki,"
Aku mendengkus, "lu dapet dari mana ini semua?"

Sungjin tersenyum samar,
"Biasa, ngebobol database sekolah. Gue yakin setelah lulus dari sini gue bakal jadi Hacker bukannya artis."

Aku menepuk bahu tegap Sungjin, berusaha mengalirkan energi positif sambil tersenyum,
"Makasih banyak, Sungjin. Gue yakin nanti lu bakalan debut jadi penyanyi yang sukses, suara lu kan merdu banget! Tunggu aja, pasti bakalan ada agensi besar yang nawarin lu kontrak eksklusif."

"Yap, semoga ya. Makasih udah menghibur gue."
Sungjin menghela, lalu menampilkan senyum manisnya yang begitu khas.

Park Sungjin, aku yakin anak itu bisa sukses menjadi seorang penyanyi.
Suaranya benar-benar merdu diiringi tekad kuat untuk terus belajar, kurasa hanya agensi bodoh yang tidak mau menerima Sungjin sebagai calon artisnya.

Litani ; Qian KunWhere stories live. Discover now