[25]

5 0 0
                                    

Tidak ada yang tahu kenapa Darrell bisa seberani itu datang kesini sendirian. Bahkan pemuda itu sendiri. Jantungnya benar-benar tidak bisa dikondisikan, seolah tahu ada sesuatu yang buruk akan terjadi. Darrell tidak bisa memberitahu Kaia kapan ia pergi ke tempat preman-preman itu. Jujur saja kali ini ia tidak bisa mengajak gadis itu, karena ... entahlah, dia bahkan tidak bisa menjamin keselamatannya sendiri. Darrell menarik nafas perlahan, menahan diri untuk kabur dari tempat ini.

Dilihat dari permukaan, tempat ini sudah cukup menyeramkan. Ada bagian-bagian gedung yang terlihat seperti habis terbakar, dengan cat yang mengelupas di sana-sini. Ada lumut di sisi-sisi bangunan yang lembab, dan Darrell tidak bisa melihat rerumputan rimbun di tempat itu. Sungguh aneh, mengingat di luar pagar rerumputan tumbuh cukup subur. Cuaca panas hari ini agak kontras, namun itulah hal yang membuat Darrell tidak terlalu takut masuk ke dalam.

Ia hanya ingin mengecek apakah tempat ini kosong. Daripada melakukannya di malam hari dan mengundang masalah, Darrell akan melakukannya di siang bolong sambil berharap—jika ada orang di dalam, mereka mungkin sedang tidur siang. Meskipun cuacanya panas, di dalam ruangan sepertinya masih bersuhu normal dan angin sepoi-sepoi membuat siapa pun mengantuk. Darrell menarik nafas untuk kesekian kalinya, dan memantapkan diri masuk ke dalam.

~•••~

Darrell bingung, tumben ada minuman tersedia untuknya. Biasanya hanya untuk tamu alias kedua polisi yang sedang duduk di depannya ini. Mereka menyuruh guru BK pergi dan menyisakan tiga orang itu di dalam. Pasti ada hal yang penting, pikir Darrell curiga. Ia tidak bisa menahan diri untuk mencurigai polisi, dan ia juga berharap agar mereka tidak curiga padanya. Meskipun kenyataannya, Darrell benar-benar yakin sekarang dia sedang dicurigai.

Padahal dia merasa tidak melakukan apa pun.

Namun jika memang benar, Darrell selalu berasumsi jika itu adalah sebuah karma dari kelakuannya di kelas satu setahun lalu. Maka Darrell mencoba santai dan terlihat tidak mencurigakan—dan ya, itu sulit sekali. "Jadi?" tanya Darrell.

"Kami sudah mengkonfirmasi pernyataanmu pada kami kemarin, dan hampir semua cocok. Kesaksian orang lain cocok denganmu," kata Aurora. Wanita itu menatap Darrel seolah akan membunuhnya jika pemuda itu berbuat macam-macam. Seperti biasa, Darrell merasa terintimidasi di bawah tatapan kedua polisi yang mungkin telah tahu segalanya tentangnya. "Terima kasih kerja samanya." Pernyataan itu juga hanya formalitas, Darrell tahu. Mereka pasti sedang mencoba menggali informasi darinya.

"Sama-sama." Tidak mungkin mereka datang jauh-jauh ke sekolahnya, memanggil ke Ruang BK dengan segelas teh untuk masing-masing, jika tidak ada hal penting yang akan disampaikan.

Arya menyilangkan lengannya di samping Aurora, terlihat cukup mengintimidasi. "Kami ingin bertanya beberapa hal lain. Boleh?" tanyanya. Darrell mengangguk, dan Arya melanjutkan, "bagaimana hubunganmu dengan Aldo?"

"Tidak bagus," sembur Darrell tanpa mampu ia tahan. Sebetulnya ia tidak ingin berbohong juga, namun ia tidak menyangka bibirnya bisa bergerak sendiri seperti tadi.

Aurora dan Arya saling bertatapan, kemudian kembali pada Darrell, "sejak dulu?"

"Sampai sekarang." Darrell tidak yakin dia akan membeberkan segala ceritanya, namun sejujurnya ada bagian dalam dirinya yang menginginkan untuk ditanya. Ia ingin bercerita, tetapi ia tidak ingin melakukan hal tersebut tanpa ditanya. Darrell takut jika dia terlalu banyak cuap-cuap dua polisi itu akan semakin mencurigainya. "Apa dia terlibat masalah?"

Vous avez atteint le dernier des chapitres publiés.

⏰ Dernière mise à jour : Sep 19, 2021 ⏰

Ajoutez cette histoire à votre Bibliothèque pour être informé des nouveaux chapitres !

TrueOù les histoires vivent. Découvrez maintenant