[23]

1 0 0
                                    

Wajah Kaia terlihat sangat bingung. "Ngapain bengong terus? Ayo buruan naik," kata Darrell. Hari ini ia bertingkah cukup aneh—apalagi setelah diinterogasi ulang. Ternyata Darrell membawa motor sendiri hari ini, tidak lagi bersama supirnya yang setia menjemput dan menemaninya kemana-mana.

"Tumben lo nggak dijemput," balas Kaia. Tadi siang Darrell mengajaknya pulang bersama saat istirahat kedua, tapi dia kira itu hanya basa-basi atau bercanda—mengingat situasi tadi tidak sedang serius. Namun ternyata betulan. Bahkan Darrell membawa satu helm tambahan. "Rel, kok helm-nya gitu?" protes Kaia melihat benda yang sudah tidak mirip dengan aslinya itu.

"Aku nemu di garasi. Entah punya siapa," jawab Darrell acuh.

"Paling punya lo dulu. Masa kayak gini, sih?" Meski memprotes, Kaia tetap mengambil benda itu karena tidak punya pilihan lain. Benda yang disebut Darrell sebagai helm itu memang berbentuk mirip seperti helm pada umumnya. Kecuali warnanya ungu neon bercampur hijau neon, coret-coret piloks berbagai macam, dan stiker aneh yang tidak Kaia ketahui. Bentuk helm itu agak bengkok di depan dan sedikit penyok di belakang. Kaia benar-benar meragukan keselamatan benda itu.

Darrell berdecak, "santai aja. Nggak bakal ketahuan, kok. Kita lewat rute lain aja. Ini cuma sementara. Besok lo bawa helm sendiri aja."

Pemaksaan, pikir Kaia sambil memberengut. Namun ia tetap naik motor Darrell dan motor berjalan pergi keluar sekolah.

~•••~

Kaia tidak melihat Darrell sepanjang siang ini. Aneh, apa yang sebetulnya pemuda itu lakukan? Ditambah lagi, Darrell membolos di pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia, membuat Kaia sebagai salah satu pengurus kelas ditunjuk untuk memberitahu Darrell tentang tugas yang ada. Kaia menghela nafas ketika ia merapikan buku-buku di atas mejanya. Sekarang istirahat kedua sudah hampir selesai. Kalau Darrell tidak ketemu sebelum istirahat selesai, Kaia baru bisa menemuinya sepulang sekolah. Mengingat janji Darrell untuk mengantarkannya pulang-pergi sekolah sebagai ucapan terima kasihnya pada panti asuhan Kaia.

Gadis itu mengibaskan rambutnya yang semakin memanjang ketika ia membuang sampah di depan kelas. Ia melirik jam dinding di kelas dan memutuskan untuk mencari Darrell.

Nah, Kaia harus memulai dari mana untuk mencari satu orang dalam sekolah yang sangat luas ini? Kemana Kaia harus pergi? Gadis itu mengingat-ingat jalan menuju gedung belakang saat ia menjemput Darrell beberapa hari yang lalu. Mungkin Darrell ada di sana. Tempat itu agak terpencil dari sekolah, guru-guru bahkan jarang kesana. Kaia tidak akan heran jika banyak anak menjadikan gedung belakang itu sebagai tempat bersembunyi mereka saat membolos.

Jalannya rumit dan membingungkan. Kaia sedikit lupa kemana arah jalan yang sebetulnya yang ingin ia tuju, sekarang dia justru tersasar dari tempat kemarin.

Kaia mendengar suara langkah kaki lain, ia menajamkan pendengarannya dan mendengar suara manusia lain. "Mending lo diem aja. Atau ... mau dihajar lagi?" Dengan buru-buru Kaia pergi menuju sumber suara dan melihat Darrell dengan Aldo sedang dalam suasana yang sangat memanas.

"Hei, kalian ngapain? Aku bisa laporan ke guru-guru, lho," ucap Kaia cepat-cepat. Tepat sebelum Aldo bisa mengangkat tangannya untuk ... entah berbuat apa.

Wajah Aldo langsung kaget melihat Kaia, namun berubah kembali santai setelah sepersekian detik. Aldo tersenyum meremehkan, "lo pikir gue takut sama guru?"

"Mungkin sekarang lo harus. Kecuali tingkah laku lo narik perhatian polisi," balas Darrell tanpa diminta, ia memamerkan ekspresi menyebalkan yang belum pernah Kaia lihat. "Bukannya lo takut diinterogasi tadi pagi?"

TrueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang