[11]

5 1 0
                                    

Sinar matahari pagi membakar tubuh Kaia. Sesekali gadis itu meregangkan kakinya yang kaku karena terus menerus berdiri. Hari ini ada upacara bendera, yang diadakan setiap tanggal empat belas setiap bulan. Sebagai petugas PMR, Kaia ada di belakang barisan murid-murid, berkeliling mencari korban yang berjatuhan akibat sinar matahari atau belum sarapan.

Barisan anak-anak perempuan tampak ramai seperti biasa, dan Kaia menghela nafas lelah. Kalau barisan belakang tidak tertib, guru Penjaskes yang sedang berjalan kemari akan memarahi semua anak. "Kaia! Sebelah sini!" seru teman gadis itu. Dengan sigap Kaia berlari dan menopang tubuh anak perempuan yang pingsan dibantu temannya tadi.

Perlahan, mereka berjalan menuju ruang kelas terdekat, kemudian mendudukkan si anak sakit ke kursi. Petugas PMR lain masuk ke kelas membawakan bantal kecil untuk anak tadi sekaligus teh hangat dan roti bungkus. "Ini, diminum, ya," katanya ramah.

Kaia mengatur nafas sembari mengelap keringat di dahinya. Bersama teman tadi, Kaia kembali ke barisan murid-murid.

"... terkait dengan bencana yang baru saja menimpa sekolah kita, diharapkan tidak terulang lagi dan menjadi yang terakhir," ucap kepala sekolah selaku pembina upacara. "Pelaku yang sudah tertangkap akan mendapat hukuman yang sesuai, sementara untuk dua korban, mari kita berdoa bersama-sama agar mereka tenang di alam sana. Berdoa, mulai."

Sunyi sejenak ketika doa dimulai. Kaia menunduk mengikuti seluruh orang di dalam sekolah.

"Berdoa, selesai." Serentak, kepala seluruh barisan kembali tegak. "Polisi akan berjaga di tempat ini untuk beberapa waktu. Mereka datang sebagai tamu kita, jangan takut pada mereka. Mereka hanya di sini untuk mengumpulkan bukti forensik yang mengarah pada pelaku pembunuhan Ara."

Dan selanjutnya. Kaia tidak memerhatikan lagi ucapan kepala sekolah, ia lebih tertarik pada suara sirine mobil polisi yang datang ke arah sekolah. Biasanya nggak ada suaranya, pikir Kaia heran. Jantungnya berdegup kencang tanpa alasan yang jelas.

Sekelompok polisi keluar dari mobil-mobil yang membawa mereka, membuat Kaia mundur selangkah karena kaget. Suara-suara komando yang tidak bisa ia tangkap seluruhnya terdengar, namun intinya tetap satu: tangkap pelakunya.

Kaia menoleh ke barisan murid-murid, yang omong-omong sudab kacau balau. Mereka takut dengan kedatangan begitu banyak polisi yang membawa serta senjata api di pinggang.

"Semuanya, harap tenang!" seru guru-guru hampir bersamaan.

"Tolong biarkan polisi melakukan pekerjaan mereka!"

Terlambat. Seluruh murid panik dan berlarian kesana-kemari. Tidak ada lagi yang namanya barisan, seluruhnya berusaha memasuki kelas terdekat guna menghindari apa pun yang dilakukan sekelompok polisi itu di dalam wilayah sekolah.

Kaia juga harus membantu menertibkan teman-temannya. Mencoba tenang dan tidak terseret arus kerumunan, Kaia berkata sambil menunjuk jalan tercepat menuju kelas terdekat, "yang mau masuk kelas! Lewat sini!" Bersama dengan teman-teman petugas PMR-nya.

Gadis itu diseret kerumunan, sehingga dia mencoba untuk tidak terjatuh. Ia berjuang dan akhirnya mencapai barisan anak laki-laki yang tidak terlalu panik. Di sana mereka justru berjarak dan seolah kaget pada sesuatu yang terjadi di antara mereka. Kaia bergerak mendekat ingin tahu, dan melihat Darrell sedang berdiri tidak jauh dari tempatnya.

Kerumunan berhenti mendorong-dorong Kaia, karena dia ada di bagian yang sebelumnya ditempati barisan belakang. Teman-temannya sudah ada lumayan jauh menuju kelas terdekat.

"Itu dia! Tangkap!" seru suara bariton salah satu anggota polisi. "Jangan bergerak!"

Wajah Darrell tampak sedikit panik, namun setelah tahu yang dimaksud bukan dia, langsung kembali seperti semula. Bukan dia, melainkan pemuda yang berdiri sekitar lima meter dari tempatnya. Ia memakai kacamata bingkai kotak bergagang tanduk, hampir terlihat seperti kutu buku kalau seluruh sekolah tidak mengenalnya sebagai perundung kelas kakap. Rambut hitamnya berantakan karena panik, Kaia bisa melihatnya gemetaran.

TrueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang