[08]

4 1 0
                                    

Darrell mendengus kasar ketika pergelangan tangan kirinya membuat pergerakan menulisnya terhambat. Seharusnya tidak, karena dia bukan orang kidal, tapi anehnya tetap menghambat kinerja menulis. Aduh, nyebelin banget, pikir Darrell sambil berdecak. Ia menyerah menggarap PR-nya. Darrell menyandar malas di kursi sambil memainkan pulpen, menatap kosong pada dinding di depannya. Seharusnya di depan Darrell ada papan styrofoam yang ditempel di dinding untuk memasang pengumuman dari sekolah, sticky notes, atau lainnya. Yah, benda itu sudah rusak karena pertengkaran Darrell dan ibunya beberapa waktu lalu. Jadi sekarang bagian yang dulunya ditempel styrofoam terlihat lebih jelas warna dindingnya ketimbang di sebelah.

"Sayang, habis ini Maester Jaques datang. Makan dulu, terus latihan lagi," ucap suara perempuan di depan pintu Darrell.

Oh, udah pulang, pikir pemuda itu. Kapan? Ia diam saja, membiarkan ibunya di depan pintu tanpa membalas sama sekali. Darrell tidak tertarik memberikan kejelasan eksistensinya dalam kamar ini—berhubung dia masih marah—dan dia juga tidak tertarik marah-marah lagi. Sambil mendengus, Darrell berdiri dari kasur dan tiduran di kasur. Memangnya dengan tangan diperban seperti ini dia akan tetap disuruh latihan piano? Halah, paling juga dimarahin dulu, pikir Darrell sambil memejamkan mata.

Pelatih Darrell sekaligus mentornya, Maester Jaques, orang yang keras dan kadang bisa sangat kejam. Darrell tidak yakin akan mendapat dispensasi dari latihannya karena tangan terluka. Sudahlah, dia pasti kena double kill hari ini. Entah dari ibunya atau Maester Jaques duluan, yang pasti dua-duanya akan mengomel.

Darrell mengeluarkan ponselnya dan mengecek deretan chat yang sebetulnya tidak penting-penting amat, berhubung Darrell tidak lagi memiliki status penting di sekolah, tidak punya teman, dan tidak punya kepentingan apa-apa di sekolah. Seolah-olah dia masuk sekolah hanya untuk belajar, tidur, dan main catur bersama Kaia, kemudian pulang dan lagi-lagi tidak melakukan apa-apa di rumah. Asal tahu saja, Darrell sudah lelah dengan semua hal ini.

Tidak ada apa-apa seperti biasa di aplikasi percakapannya, tetapi karena bosan Darrell membuka grup kelas yang cuma memiliki nominal sepuluh bubble chat.

Ada apaan lagi ini? Darrell cukup panik ketika melihat sebuah link tercantum di atas sembilan percakapan lain—karena terakhir kali dia membuka grup itu sudah sekitar satu bulan yang lalu. Pemuda itu semakin panik ketika melihat berbagai pertanyaan soal ujian dan absen semacamnya. Ia buru-buru membuka situs yang dimaksud di dalam link dan hanya menemukan layar putih yang di tengah-tengahnya tertulis sebuah soal matematika. Darrell mengumpat dan membuka lagi grup kelasnya.

'Baru tahu, Bro?' Baca Darrell.

Perlahan-lahan ia menggulir layar ponselnya dan membaca satu persatu percakapan teman-teman sekelasnya. 'Udah tahu gua'. Kemudian ada lagi di bawahnya, 'basi'. Dan juga, 'buat yang belom tahu aja'.

Apa, sih, maksudnya?

Darrell jadi penasaran setengah mati. Ia membuka lagi perambannya dan melotot menatap soal matematika yang tertulis di sana. Apa yang harus dilakuin? Tanyanya dalam hati. Dijawab? Tapi di mana coba? Ia mencoba melakukan screenshot, tapi tidak berhasil. Hal selanjutnya yang ia coba lakukan adalah mencoba copy-paste soal untuk dicari di Google, tapi tetap tidak bisa. Terkadang sebuah situs bisa dikustomisasi menjadi seperti ini, tetapi sekarang Darrell sedang sangat penasaran sampai ia tidak ingin menyerah begitu awal.

Darrell menggaruk kepalanya frustasi dan buru-buru berjalan menuju meja belajarnya. Ia mencari kertas dan pensil secepat yang ia bisa, kemudian menuliskan soal matematika itu di sana. Tangan kirinya terantuk pinggir meja ketika mengambil buku paket matematika di laci, dan Darrell mengumpat. Rasa perih dan sakit menyebar ke seluruh tubuhnya. Karena buru-buru, air mata Darrell sampai keluar sedikit karena kejadian tangan barusan. Pemuda itu duduk di kursi dengan tidak nyaman ketika ia memeras otaknya untuk mencari jawaban dari soal ini.

TrueWhere stories live. Discover now