6 - Adiwarna

1 0 0
                                    

Kalau kita menghitung hari, mungkin ini menjadi hari ke-5 Bagas tak berbicara dengan Dara. Beberapa hal yang hampir menjadi kebiasaan Bagas berhenti begitu saja, mengantar Dara pulang misalnya. Keduanya sangat minim berinteraksi, toh Dara yang meminta Bagas melakukan itu, jadi dia lakukan. Oh iya! Jika dihitung-hitung, sudah hampir 2 bulan dara bersekolah di SMA ini.

Semua anak dari kelas XI IPS 2 sedang menguasai kantin sekarang, mereka kelelahan, karena praktek pelajaran olahraga. Setiap habis praktek olahraga, guru memang mengizinkan siswa untuk makan dan minum di kantin, biasanya sih.. diberi waktu setengah jam.

Dara meregangkan kedua tangannya sembari berjalan masuk ke dalam kelas, eh? Ada Arsa yang duduk sendirian di sana, "Gak ke kantin?" Tanya Dara lalu duduk di tempatnya.

"Enggak." Arsa melepaskan earphone dari telinganya.

"Di kelas mulu, kenapa gak ke kantin?"

"Bukannya lo sama kaya gue?"

"Gue mau ke kantin, nih mau naro baju olahraga dulu." Dara mengeluarkan plastik hitam dari kolong mejanya. Arsa tak menjawab, dia kembali memasang earphone itu. Sikap Arsa seringkali membuat Dara bingung, kenapa ada anak laki-laki sependiam Arsa?

Beberapa teman sekelas mulai kembali dari kantin, banyak yang membawa makanannya ke dalam kelas. Dara melihat jam yang ada di atas papan tulis, waktu makan tersisa 15 menit lagi. "Lo beneran gak ke kantin?" Tanya Dara, dia memukul pelan meja Arsa.

"Enggak."

Dara memutar bola matanya, menyerah untuk membujuk Arsa. Oh, pantas saja Arsa tak mau ke kantin! Yang melakukan praktek olahraga hari ini bukan hanya kelas Dara, ada kelas lain yang melakukan praktek juga, membuat kantin menjadi ramai. Dara berjinjit, mencari Ica dan beberapa temannya. Gadis itu tak menemukan Ica, dia memilih untuk membeli siomay di tempat ibu kantin kesukaannya.

"Bu, aku kaya biasa aja ya." Dara menunggu sembari bermain ponsel miliknya. Dia tak perlu menyebutkan lagi keinginannya, ibu kantin satu ini sudah hapal bagaimana keinginan Dara.

"Nih Dar.." Satu plastik berisi siomay batagor dengan siraman kuah bumbu kacang, sempurna. Dara memberikan uang miliknya, dia pergi ke salah satu meja yang ada di sana.

Dara yang sedang menyantap siomay miliknya, cukup heran kenapa ia melihat orang yang mirip dengan Arsa di salah satu gerai kantin. "Itu Arsa?" Tanya Dara lalu mengeluarkan ponsel dari kantung seragamnya, dia mengirimi Arsa pesan untuk memastikan.

Ke kantin ya?

Tanya Dara via ponselnya. Gadis itu berdiri, bisa terlihat bahwa Arsa sedang memeriksa ponselnya, mungkin membaca pesan dari Dara. 1..2..3.. Sesuai dugaan, Arsa menoleh ke sekeliling, kali ini pasti mencari Dara.

Duduk dimana?

Arsa mengirimi Dara pesan, sebelumnya Dara tak menduga Arsa akan membalas pesannya. Dara berdiri, dia memberi lambaian pada Arsa, membuat tempatnya duduk diketahui oleh Arsa.

Sekali mendayung, dua pulau terlampaui. Bukan hanya Arsa yang menyadari tempat Dara duduk, Bagas juga melihatnya. Rasa ge-er mendatangi Bagas, dia mengira Dara sengaja memberi maksud agar dirinya duduk di tempat Dara. "Wait, gue mau ke sana sebentar." Bagas membawa es teh miliknya, dia pergi ke meja Dara.

"Eh?" Dara melihat Bagas yang langsung duduk di tempatnya, "Kenapa?" tanyanya pada Bagas.

"Kenapa? Bukannya lo yang sur-" Belum sempat Bagas menyelesaikan ucapannya, Arsa datang dengan semangkuk mi goreng di tangannya, "EH? Lo ke kantin Sa?" Bagas berdiri, cukup heran dengan kehadiran Arsa.

"Iya, emangnya kenapa?"

Bagas menoleh ke arah Dara, gadis itu bingung dengan Bagas yang duduk di mejanya. "Jadi tadi lo... Manggil Arsa?" Tanya Bagas.

Surat Untuk DaraOnde histórias criam vida. Descubra agora