8. Lelah

18 15 7
                                    

Happy reading gengs

"tepaksa untuk hal baik itu bagus" -author cantik.

"Fokus ya Sel, biar ga lama" ucap Akbar.

"iya iya. Bawel lo" balas Selia santai.

 Akbar dan Selia berlatih dansa berdua di lapangan indoor milik SMA Garuda, alunan musik dansa klasik mengiringi mereka berdansa. Bagi Selia dansa bukanlah hal yang baru dan sulit karena waktu sekolah dasar dia pernah mengikuti les dansa walaupun atas dasar paksaan dari orang tua nya. Dan Akbar pun tidak merasa kesulitan karena dia sudah pernah berdansa untuk mengisi acara night-lamp tahun lalu, mereka berdua hanya tinggal melatih kekompakan saja.

Selia sudah selesai berdansa dan memutuskan untuk pulang, awalnya Akbar ingin mengantarnya pulang karena sudah sore tapi ternyata dia ada urursan Osis yang tidak bisa di tinggalkan. Selia berjalan menunduk karena sambil memainkan ponselnya, tiba-tiba dahinya menabrak punggung seseorang.

"Aduh..." refleks Selia.

"Kalo jalan tuh liat-liat, gunain tuh mata jangan cuman di pajang doang" ucap seseorang yang Selia tabrak.

"E-eh iya sorry-sorry ga sengaja" balas Selia, di sini memang Selia yang salah karena tidak melihat jika ada orang di depannya.

Selia mendongak untuk melihat siapa orang yang dia tabrak "lo anak baru itu kan?" tanya Selia.

"Nama gue Kennath" ucap Kennth.

"Oh iya sorry, gue Selia" balas Selia.

"Udah tau, lo ngapain jam segini masih di sekolah?" tanya Kennath pasalnya sekarang sudah menunjukan pukul 17.45 WIB.

"Baru selesai latihan dansa buat acara night-lamp, lo sendiri" tanya balik Selia.

"Gue tadi ada urusan sama guru terus karena males pulang gue main game didepan UKS" jawab Kennath santai.

"Oh, yaudah gue balik dulu ya ken" ucap Selia dan mulai melangkah untuk pergi, tapi tindakan nya terhenti karena tangannya di cekal oleh Kennath.

"Balik sendiri kan? sama gue aja yuk sekalian" ajak Kennath dan langsung menarik Selia ke dekat motornya terparkir.

"Gausah Ken, gue bisa balik sendiri" tolak Selia halus.

"Tidak ada penolakan, naik" ucap Kennath dengan tegas, akhirnya setelah beberapa perdebatan kecil Selia memutuskan untuk mengalah karena fisiknya sudah kelelahan dan ingin cepat pulang dan beristirahat. 

Selia akhiran tiba di rumahnya yang sepi dan sunyi, hanya pembantunya yang bekerja di sini untuk merawat rumah dan merawat Selia. Selama perjalanan pulang dengan Kennath tidak ada topik obrolan yang dibicarakan kecuali pertanyaan Kennath tentang dimana rumahnya.

Selia langsung masuk ke kamarnya dan membersihkan diri, setelah itu dia langsung merebahkan dirinya di kasur ternyamannya. baru saya ingin masuk ke dunia bawah sadarnya tiba-tiba ponsel Selia berdering, dia langsung mengangkatnya tanpa melihat nama penelponnya.

"Hallo?" tanya Selia dengan suara lemas karena dia sudah hampir masuk ke dunia bawah sadarnya.

"Lemes banget lo, abis ngapain aja?" tanya seseorang dari sebrang sana, Selia tau ini adalah suara milik Iqbal.

"Cepet apa, gue pusing banget nih mau tidur" ucap Selia.

"Gue ada di deket rumah lo, gue perlu cip robot kita" ucap Iqbal to the point, dia tidak akan bertele-tele karena dia tau wanita di sebrang telpon ini sedang sangat lelah dan bisa saja mengamuk apabila dia mengusiknya terlalu lama.

"Yaudah fine, ambil aja sini" balas Selia dan langsung mematikan sambungan telponnya sepihak.

Iqbal tiba di rumah Selia, terlihat sepi dan sunyi seperti tidak ada tanda- tanda kehidupan. Rumah yang cukup besar dan mewah tapi hanya di tempati oleh pembantu, supir dan Selia. Supirnya pun jika malam akan pulang ke rumah dan Selia pun terkadang memilih untuk tidur di apartemen, hanya bi Inah yang merawat dan menjaga rumah itu 24 jam. Bi Inah memang sudah di anggap seperti keluarga di sini.

Iqbal menekan bel rumah Selia yang berada di samping pintu utama, dia tadi membuka pagarnya sendiri agar tak merepotkan orang rumah. Pintu terbuka dan menampilkan seorang wanita paruh baya yang memakai daster, bi Inah menyuruh Iqbal untuk duduk di ruang tamu dan dia berjalan menuju ke kamar Selia yang ada di lantai 2. Sebelum memanggil Selia bi Inah sudah memberikan Iqbal teh hangat.

Tok tok tok

Bi Inah mengetuk pintu kamar Selia tetapi tidak ada respon dari sang pemilik kamar "Non Selia, ada den Iqbal tuh" ucap bi Inah.

Sudah beberapa kali dia memanggil tetap tak ada respon, bi Inah memutuskan untuk membuka kamar Selia perlahan takut terjadi sesuatu. Ternyata Selia sedang asik di alam bawah sadarnya. Bi Inah turun ke bawah dan memberi tahu Iqbal kalo Selia tertidur pulas.

"Den Iqbal, Non Selia nya tidur. pules banget kayanya kecapean" ucap bi Inah dengan lembut.

"Kalo gitu Iqbal izin mau ambil barang Iqbal langsung aja boleh ga bi?" tanya Iqbal ramah.

"Oh silahkan, pelan-pelan ya kasian non Selianya" jawab bi Inah

"Bibi mau ke belakang dulu ya den, mau matiin air" ucap bi Inah dan Iqbal membalasnya dengan anggukan.

Iqbal menaiki tangga menuju kamar Selia, tak jarang Iqbal datang ke rumah Selia. Dia sering datang untuk mengerjakan tugas latihan olimpiade, acara lomba atau hanya sekedar belajar bersama.

Iqbal membuka pintu kamar selia dengan hati-hati dan melihat Selia yang tertidur nyenyak di balut selimut dan memeluk boneka beruang. kamar Selia bertema minimalis yang di dominan dengan tembok berwarna krem dengan ukir bunga di bagian atas sisi temboknya. Iqbal meyakini bahwa Selia akan menaruh cip itu di daerah meja belajarnya, dia mencari dengan hati-hati tanpa menimbulkan suara. Setelah 5 menit mencari akhirnya Iqbal menemukan barang yang dia butuhkan di dalam kotak ketil yang di simpan di dalam laci urut ketiga meja belajar.

Iqbal memutuskan untuk pulang dan tak lupa berpamitan kepada bi Inah, dia mengendarai motor dengan kecepatan sedang tanpa ada halangan karena sudah lumayan larut.







Oheyyo gengssss

gimana nih part kali ini? 

makasi banget buat kalian yang masih tetep stay di cerita aku ini, pokoknya mah luv banyak-banyak banget deh

bye-bye see you the next part

Two LeadersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang