37. Garis Merah

4K 354 8
                                    

Bismillah

Koreksi typo

Selamat membaca :)

***

Fatih berdiri di depan pintu kamar mandi, dia sedang menunggu Syakila keluar dari dalam sana. Lama menunggu akhirnya Fatih melihat pintu kamar mandi terbuka dan muncul lah sang istri kemudian.

"Sayang."

Syakila mengulurkan tangannya ke arah Fatih, tatapan Fatih pun mengarah pada tangan Syakila dan mengambil benda kecil yang berada di tangan istrinya lalu mendekatkannya ke depan wajah.

Satu garis merah ... Artinya Syakila negatif hamil.

Syakila melangkah maju, ia menubruk dada bidang suaminya dan memeluknya. Fatih mengangkat wajah Syakila yang telah berurai air mata, di usapnya lembut wajah sang istri selanjutnya ia malah mendengar suara isakan keluar dari bibir istrinya.

"Sssuuuttt ... Jangan nangis sayang."

"Abaaang hiks ..."

"Enggak apa-apa sayang, belum rezekinya kita."

Fatih memeluk istrinya semakin erat sembari tangannya mengusap-usap teratur punggung sang istri—menenangkan sang istri yang tiba-tiba menangis. Fatih membawa Syakila menuju ranjang, ia duduk di sana dengan sang istri berada di pangkuan. Fatih memeluk istrinya dan membisikkan kata-kata menenangkan di dekat telinga sang istri.

Fatih mengurai pelukan setelah di rasa istrinya sudah lebih tenang, ia menangkup wajah Syakila yang sembab, bulir air mata masih mengalir membasahi pipi istrinya.

"Cup cup cup ... Tenang sayang, jangan nangis lagi."

Fatih mencium wajah istrinya beberapa kali, dia menarik sudut bibir sang istri ke atas membentuk sebuah senyuman.

"Senyum begini kan cantik."

Fatih terkekeh pelan saat Syakila memukuli dadanya, Fatih mengambil sebuah tangan istrinya dan memberikan kecupan di telapak tangannya.

Syakila menatap wajah suaminya yang setia di hiasi oleh senyuman. "Abang gak marah?" tanya Syakila akhirnya, suaranya terdengar serak karena habis menangis.

Fatih menggelengkan kepalanya, "Kenapa saya marah?" tanya Fatih, "Kalau pun kamu buat salah, saya juga gak akan marah sayang." lanjut Fatih lagi.

Syakila memainkan surai suaminya yang sedikit memanjang karena belum di pangkas. "Enggak marah tapi diem-dieman." tukas Syakila membuat Fatih tertawa.

"Aku pikir abang bakalan marah, kita udah nikah lumayan lama tapi aku belum hamil juga."

"Hey, kamu kok mikirnya begitu sih sayang. Dengarin saya, sayang cepat atau lama itu gak menjadi patokan untuk punya anak."

Syakila diam menatap suaminya dan membiarkan sang suami melanjutkan perkataannya.

"Kalau ada yang di kasihnya cepat berarti Allah percaya kalau kita mampu lebih cepat." Fatih menjeda sebentar, dia mengecup punggung tangan istrinya. "Kalau belum bukan berarti Allah gak percaya sama kita, tapi kita di kasih waktu lebih panjang lagi buat nikmatin kebersamaan kita." sambung Fatih dengan senyuman.

Fatih mendekatkan wajahnya ke wajah istrinya—mengecup kelopak matanya bergantian dan beberapa bagian wajah lainnya.

"Masih sedih?"

Syakila menggelengkan kepalanya pelan. Fatih tersenyum mengusap lembut wajah istrinya.

"Kamu jangan sedih-sedih, nanti saya juga jadi sedih loh."

AL - FATIH [SELESAI] Where stories live. Discover now