08. Penasaran

4.1K 480 5
                                    

Bismillah

Koreksi typo

Selamat membaca

***

Syakila menatap ibunya yang tengah sibuk dengan kemoceng di tangannya, sejak subuh hari sang ibu sudah terlihat sangat sibuk dengan pekerjaannya itu. Syakila tahu ibunya ini memang suka bersih-bersih tapi kali ini berbeda.

"Ibu ngapain?" tanya Syakila yang jelas sekali dia tahu kalau pertanyaan yang terlontar barusan tidak membutuhkan jawabannya.

Ibu menghentikan aktivitasnya sejenak, menyampirkan kain lap di atas pundak menatap ke arah Syakila yang bertanya.

"Lagi nyari harta kartun, kamu sendiri ngapain, bukannya bantuin malah ngelihatin aja."

Syakila tertawa kecil,"Syakil mau ke kampus buat bimbingan, doain bu semoga kali ini gak sia-sia Syakil ke kampus." balas Syakila menunjukkan berkas skripsinya.

Ibu mengangguk,"Aamiin. Bapak lagi keluar, tunggu sebentar biar di anterin bapak." Ujar ibu.

"Iyah."

Syakila akan melangkahkan kakinya keluar memilih untuk menunggu sang ayah di luar.

"Syakil bilangin bapak nanti sebelum pulang minta ambilkan pesanan kue ibu di rumah bu siti."

Syakila urang melangkah keluar," Ibu pesan kue buat apa?" tanya Syakila bingung.

Ibu menatap Syakila gemas, "Ibu nggak sempet nyiapin apa-apa buat nanti malem, bapakmu sih bilangnya dadakan, jadinya ibu pesen. Kan gak mungkin gak nyuguhin apa-apa buat calon besan." jawab ibu menjelaskan.

Syakila melebarkan matanya kaget."Ih, kok beneran sih? Syakil, kan cuma bercanda buuuuuuu." kata Syakila meremas tangannya. Dia belum siap jika di lamar dadakan.

"Udah terima aja, gak ada bedanya nikah sekarang atau nanti aja. Toh bakalan nikah juga kan akhirnya."

Syakila mencebikkan bibirnya,"Skripsi Syakil belum di acc bu, Syakil mau wisuda dulu." kata Syakila.

"Bisa di bicarakan nanti sama pihak calonmu, lagian kan gak akan langsung nikah. Malam ini mereka cuma datang buat kenalan kok."

Syakila menghembuskan napasnya lega seolah mendapatkan angin segar. Mendengar suara klakson sepeda motor yang sangat di kenalinya Syakila pun melangkah keluar rumah.

"Beneran kan bu?" tanya Syakila memastikan.

Ibu mengangguk, "Iya, sudah sana bapak udah tungguin tuh." jawab ibu menyuruh Syakila agar cepat keluar.

Syakila mengayunkan langkahnya cepat menuju Pak Somad yang sudah menunggunya, di terimanya helm pemberian sang ayah dan duduk di belakang jok sepeda motor dengan nyaman.

"Sudah?"

Syakila mengangguk, "Iyah." ucapnya.

Selama perjalanan Syakila duduk anteng di jok belakang, matanya melihat-lihat bangunan yang melewatinya. Syakila memajukan tubuhnya sedikit ke depan, dengan kepala sudah berada pundak sang ayah.

"Pak, kasih tahu Syakil dong siapa orangnya?"

"Siapa, siapanya?"

"Yang mau dateng nanti malam paaaak."

Pak Somad memberhentikan laju sepeda motornya, tanpa Syakila sadari ternyata mereka sudah sampai di depan fakultas. Syakila turun dari motor dan melepaskan helmnya.

AL - FATIH [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang