07. Pilihan Orang Tua

4.5K 494 4
                                    

Bismillah

Koreksi typo

Selamat membaca

***

Fatih sudah menyelesaikan pekerjaannya di kota ini, sudah hampir seminggu dia berada di sini. Sebelum kembali ke ibu kota, Fatih menyempatkan diri untuk datang ke restoran cabang. Sebenarnya Fatih baru akan datang ke restoran cabangnya ini bulan depan tetapi karena dia juga sedang ada pekerjaan di sini jadilah Fatih datang lebih awal dari jadwal rutin yang telah dia tetapkan. Tidak jauh berbeda dari restorannya yang berpusat di ibu kota, restorannya yang ini juga ramai pengunjung yang datang.

Setelah mendatangi restoran cabang, Fatih memutuskan untuk segera kembali ke ibu kota sebelum hari mengelap. Setidaknya dia akan tiba di rumah sebelum tengah malam. Perjalanan menuju ibu kota memang cukup memakan waktu lama, belum lagi dengan macetnya jalanan.

Fatih menghentikan laju mobilnya ketika rambu lalu lintas berwarna merah. Bertepatan dengan itu terdengar suara dering dari ponselnya. Fatih memasang earphone dan menggeser panel hijau di ponselnya.

"Halo, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam, ini bunda."

Fatih tersenyum mendengar suara sang Bunda di seberang. Sejak seminggu ini dia belum mendengarkan suara Bundanya dan entah kenapa sekarang Fatih jadi merindukan Bundanya.

"Ada apa bun? Abang lagi di perjalanan pulang. Bunda mau nitip sesuatu nanti abang belikan." ujar Fatih seraya menginjakkan pedal gas saat rambu lalu lintas berubah menjadi hijau.

"Oh abang udah mau balik yah, pas banget. Bunda gak pengin apa-apa, tadinya bunda telepon cuma mau nanyain abang pulangnya kapan, ternyata udah di jalan." suara bunda di seberang terdengar begitu riang.

"Yaudah abang hati-hati di jalan, jangan ngebut, Bunda tunggu di rumah. Wassalam'ualaikum. " sambung bunda memutuskan panggilan.

"Iya bun, wa'alaikumussalam."

Panggilan terputus dan Fatih melepas earphonenya. Ternyata sang Bunda hanya menelepon untuk menanyakan kapan dia pulang, Fatih kira ada sesuatu yang ingin bunda sampaikan. Tapi entahlah. Fatih memokuskan penglihatannya di bahu jalan.

Bunda kembali memberikan ponselnya kepada suaminya. Bunda mengangguk menatap suaminya lalu beralih ke arah teman dari suaminya yang duduk di seberang dengan senyuman yang juga balas tersenyum.

"Abang lagi dalam perjalanan pulang. Nanti biar bunda yang ngomong ke abang kalau udah sampai di rumah."

Ayah mengangguk mendengar penuturan bunda. Kemudian beralih kepada temannya.

"Besok malam insyaaAllah kami akan ke rumah. Semoga niat baik ini dapat berjalan lancar."

"Aamiin, nggak nyangka ya kalau ternyata kita jadi besanan."

Ayah tertawa kecil, obrolan di tempo hari untuk menjodohkan kedua putra dan putri mereka ternyata akan terealisasikan. Keduanya sama-sama tidak menyangka. Entah ini kebetulan karena Ayah memang diam-diam sedang mencarikan pendamping untuk Fatih dan temannya yang juga mencari pendamping untuk putrinya. Namun, tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini, semua yang terjadi telah tertulis dengan apik oleh sang Pencipta skenario.

"Tak tungguin keluargamu datang ke rumah besok malam, Bram. Aku pamit pulang sudah sore, lain kali mampir lagi semoga udah jadi besanan kita."

Ayah dan bunda ikut beranjak mengantar Pak Somad keluar.

AL - FATIH [SELESAI] Where stories live. Discover now