42. Epilog

5.9K 392 22
                                    

Bismillah

Koreksi typo

Selamat membaca :)

Kalian bacanya jam berapa nih? 😂

***

Syakila tampak sibuk mengemasi pakaian-pakaiannya ke dalam koper berukuran sedang-setelah selesai Syakila beralih pada tas lain yang sudah penuh oleh perlengkapan dan keperluan bayi. Sudah dari jauh-jauh hari sebelum mendekati hari kelahiran Syakila dan Fatih sudah mempersiapkan segalanya dan sekarang mereka hanya perlu menunggu waktu kelahiran buah hati mereka.

Syakila sangat tidak sabar ingin segera bertemu dengan buah hatinya, rasanya bahagia sekali. Tetapi, satu sisi Syakila juga merasa takut, ini adalah kehamilan pertamanya membuat Syakila merasa tidak siap. Apalagi membayangkan proses melahirkan nanti, Syakila rasa ia sepertinya tidak akan sanggup. Meskipun demikian, berkat dukungan dan semangat dari suami juga keluarganya membuat Syakila yakin dan percaya jika ia mampu melewatinya.

"Syakila, kamu sudah siap?" tanya Fatih.

Syakila mengangkat wajah menatap suaminya, ia lalu menganggukkan kepala. "Sudah bang, ini aku cuma lagi ngecek ulang aja." balas Syakila.

Fatih mengangguk lalu ia membantu istrinya untuk bangun dan kemudian mengambil koper dan tas-tas tersebut. "Ayo sayang." ajak Fatih.

Syakila mengangguk lantas memeluk lengan suaminya dan berjalan keluar bersama. Sampai di depan mobil, Fatih membukakan pintu penumpang untuk istrinya, setelahnya ia berjalan ke belakang untuk menyimpan barang-barangnya ke bagasi mobil. Baru kemudian Fatih masuk ke dalam mobil dan mengendarai mobilnya meninggalkan pelataran rumah.

Fatih mengalihkan fokus pada Syakila di sampingnya setelah memberhentikan laju mobilnya karena lampu rambu lalu lintas yang berwarna merah.

Tangan Fatih terulur menyentuh punggung tangan Syakila. "Sayang, abang batal aja ya ke luar kotanya." katanya tiba-tiba.

Syakila menyerong duduknya menghadap pada Fatih. "Kenapa begitu?" tanya Syakila bingung.

Tangan Fatih beralih ke atas perut besar istrinya dan memberikan elusan teratur. "Abang gak tenang kalau ninggalin kamu, sebentar lagi kamu 'kan lahiran." jawab Fatih lalu kembali pada posisinya begitu lampu rambu berubah menjadi hijau.

Syakila menatap suaminya, "Enggak apa-apa, abang kan cuma pergi tiga hari, lagi pun kata dokter aku lahirannya masih seminggu lagi." ujar Syakila. "Abang tenang aja, ada bapak sama ibu yang jagain aku. Aku janji gak akan macem-macem." lanjut Syakila lagi, dia menganggukkan kepalanya bersungguh-sungguh.

Fatih terkekeh, melihat ke arah Syakila sebentar sebelum beralih pada bahu jalan lagi. "Janji ya sayang? Enggak aneh-aneh selama abang pergi." kata Fatih mengelus puncak kepala Syakila yang tertutupi khimar.

Syakila tertawa, lalu ia menganggukkan kepalanya cepat. "Janji abang sayang." ucap Syakila meyakinkan.

Hal utama yang membuat Fatih enggan berada jauh di sisi Syakila adalah karena selama masa kehamilan ada saja kelakuan aneh yang Syakila perbuat yang jelas membuat Fatih ketar-ketir sendiri. Seperti beberapa waktu lalu, karena kepanasan Syakila jadi ingin berenang, hal itu bukanlah masalah besar namun menjadi masalah besar sebab Syakila hampir saja melompat masuk ke dalam kolam jika saat itu Fatih tidak cepat mencegahnya.

Mobil yang di kendarai oleh Fatih berhenti tepat di depan rumah orangtua Syakila. Fatih keluar lebih dulu dan berjalan cepat memutari mobil untuk membukakan pintu penumpang.

AL - FATIH [SELESAI] Où les histoires vivent. Découvrez maintenant