EMPAT PULUH SATU

4.3K 214 7
                                    

Meminta maaf tapi mengulangi lagi dengan kesalahan yang sama bukan perkara mudah untuk kembali percaya.

OoO

Zila menyelusuri koridor. Tangannya mengeratkan jaket army miliknya yang dia pakai.

Di depannya sudah ada Morgan. Kata Shaima, tepat dini hari Morgan disuruh Salman pulang. Awalnya Morgan bersikeras, tapi Salman tegas dan menyuruh ketiga sahabatnya untuk membawa Morgan. Jadi mau tidak mau, Morgan memutuskan pulang.

Kini Zila harus menghadapi Morgan.

"Zila tunggu. Gue minta maaf, gue mohon."

Zila sengaja menulikan pendengarannya. Dia sudah bertekad untuk mendiami Morgan.

"Zila, please," ulang Morgan sambil meraih tangan Zila. Tapi Zila menepisnya.

"Zila, gue akan melalukan apapun, tapi please kasih gue kesempatan lagi."

Bibir Zila tersenyum miring.

"Kesempatan lagi? Setelah kejadian semalam lo masih minta kesempatan? Lo waras? Enak banget kalau ngomong, lo itu pandai mengumbar kalimat manis."

"Gue salah. Gue ngaku. Please, kasih gue kesempatan. Gue lupa semalam, terus orang tua gue tiba-tiba ngadain pesta dan gue sibuk."

"Harusnya lo kabarin gue. Batalin janji kita."

"Gue lupa. Maaf Zil. Gue mohon."

Zila memalingkan wajah tidak peduli. Hatinya terlanjur sakit, Zila butuh waktu untuk memaafkan orang yang paling sering menyakitinya.

"Lupa kok sampai foto mesra sama Nava. Lupa apa menikmati acara."

Morgan terdiam. Ingatannya memutar ke waktu semalam. Dalam hati dia mengumpat apa yang perempuan itu lakukan.

"Dia yang minta foto duluan sama gue."

"Alasan!"

"Gue serius, tanya Bang Zain, dia tahu kok. Gue nggak mau sebenarnya, tapi itu anak teman bisnis papah, jadi gue nggak bisa nolak."

Zila menyibakkan rambutnya. "Tapi tetap aja, lo lupa janji itu."

"Iya, gue ngaku salah. Maaf."

"Gue nggak bisa terima maaf lo saat ini."

"Kenapa?"

"Emangnya gue siapa? Gue bukan siapa-siapa lo, Mor. Jadi nggak ada hak juga kan kalo gue marah. Memangnya apa artinya gue bagi lo."

"Ada artinya kalo lo masih mencintai gue. Awalnya gue ingin lo jauhi gue, tapi nggak bisa Zila. Gue yang nggak mau. Dan soal kesalahan gue semalam, gue juga nggak mau ngelepasin lo gitu aja."

"Janji adalah hutang Morgan. Dan lo udah melanggar dua janji yang lo buat sendiri."

"Oke. Gue salah. Gue memang salah. Apa mau lo kalo gue udah mengakui kesalahannya."

Zila tersenyum sinis.

"Buktiin kalau lo emang merasa bersalah."

"Dengan cara?"

"Pikir aja sendiri. Gue capek main drama sama lo."

Zila berlalu dari hadapan Morgan sambil menabrak bahu lelaki itu.

Jangan sampai karena kelamaan di sana, Zila bisa luluh lagi. Apalagi raut wajah Morgan sangatlah memilukan.

Sudah pucat dan kusam. Tidak seperti biasanya.

MOZILA [TERBIT]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon