TUJUH BELAS

4.2K 271 15
                                    

Bukankah menghina tidak diperbolehkan. Lantas mengapa kamu begitu mudah melontarkan kalimat yang menyakitiku.

Chapter kebanggaan author ya chapter 17. Karena chapter ini yang buat cerita MOZILA banyak yang baca. Cinta banget lah intinya🤍

OoO

Selama istirahat pertama dan kedua, Zila tetap berada di kelas. Makan saja ia titipkan pada Fida. Bukan karena Zila malas, hanya saja ia takut bertemu Morgan di koridor. Zila takut Morgan malah mencacinya di depan umum. Hatinya tidak sekuat baja. Ia takut jika mentalnya nanti terkena imbas, jadi lebih baik Zila diam di kelas.

Setelah istirahat kedua ini bel masuk akan berbunyi, setelah itu pulang. Jadi kemungkinan besar jika ia akan tidak bertemu Morgan. Setidaknya hari ini ia cukup menghindar dulu. Bagaimana nanti, lihat besok saja.

"Zila!" Panggilan Kaliva mengagetkan dirinya. Zila pun mengangkat kepalanya dan menengok ke arah sumber suara.

"Kenapa, Va?"

Kaliva tengah susah payah bernapas.

"I—tu, Fi—fida," ucap Kaliva terbata-bata.

Mendengar nama sahabatnya membuat Zila menegakkan badannya. Ia pun menghampiri Kaliva dengan pikiran yang kosong.

"Kenapa sama Fida?" Zila meraih bahu Kaliva.

"Kak Calisa," jawab Kaliva.

Calisa? Fida? Astaga, apa Fida di—bully oleh Calisa atau mereka berdebat lagi seperti waktu itu.

"Di mana?"

"Gedung renang!"

Zila segera berlari menuju arah selatan. Tempat gedung renang di bangun. Armega memang membangun beberapa gedung olahraga sebagai pelengkap murid-muridnya.

Zila terus berlari melewati koridor 10 IPA mengabaikan tatapan heran dari murid yang ada di koridor. Pikirannya saat ini adalah Fida, sahabatnya.

Sesampainya di pintu gedung renang, Zila bisa mendengar suara Fida yang tengah membentak Calisa.

Zila pun segera mendorong handle pintu dengan pelan.

"Hapus nggak!" bentak Fida.

"Siapa lo berani perintah gue? Gue nggak akan hapus itu!"

"Kak! Lo jangan keterlaluan tahu nggak! Itu kriminal!"

"Terserah, gue nggak peduli. Lagian sahabat lo emang murahan kayaknya!"

"Kurang ajar lo!" Ketika Fida hendak menampar Calisa, Zila yang tadi setia menyaksikan langsung mengcekal tangan Fida.

Membuat kedua dara Armega itu menoleh ke arahnya.

"Lepasin Zil!"perintah Fida.

Wajah tenang sahabatnya itu berubah merah padam.

"Enggak, Da!"

Fida melepaskan paksa tangannya dari Zila dan berhasil, lalu dia mendorong bahu Calisa dengan kuat.

"Hapus nggak!" bentak Fida.

Calisa hanya diam sambil tersenyum sinis. Matanya melirik Zila dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Menarik juga lo buat jadi bahan percobaan," bisik Calisa pada Zila.

"Maksudnya?"

Calisa mengotak-atik ponselnya dan memperlihatkan pada Zila sebuah foto yang mampu membuat Zila membulatkan matanya.

Ketika Zila ingin mengambil ponsel Calisa, tiba-tiba Calisa melemparnya pada seseorang di belakang Zila. Ia pun menoleh dan mendapati Olla di sana, teman Calisa. Bukan hanya Olla, tapi ada Haiko juga. Keduanya tertawa sinis.

MOZILA [TERBIT]Where stories live. Discover now