YELLOW : 26. Worries

240 39 4
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi, tapi Moonbyul belum kuga turun ke Yellow. Membuat Irene kembali mondar mandir seperti setrika panas.

"Unnie kenapa lagi?" tanya Wheein yang mulai terganggu.

"Hm? Aku... olahraga!" Irene meringis lalu melakukan gerakan pereganggan tangan. "Oiya, Seungwan-ie, bagaimana dengan client mu?"

"Apa? Ah... beberapa hari ini dia tak bisa kuhubungi" raut wajah Wendy berubah sedih.

"Bukankah anniversary nya tinggal dua minggu lagi?"

Wendy mengangguk, "Benar."

"Apa terjadi sesuatu?" Irene menyadari perubahan wajah dan sikap Wendy.

"Sebenarnya... terakhir kali aku bertemu dengan Joy... tubuhnya penuh dengan luka."

"Apa?!" Irene dan Wheein sama-sama terkejut.

"Kupikir itu ulah kekasihnya. Tapi dia tak bisa melaporkan karena dia mencintai laki-laki itu" nada bicara Wendy terdengar putus asa.

"Kasihan sekali..."

Tatapan Wendy menerawang, "Aku sangat mengkhawatirkannya."

"Tapi tak ada yang bisa kita lakukan" timpal Irene.

Wendy lalu meletakkan kepalanya di atas meja.

"Good morning!" Hwasa berkunjung dengan satu kerenjang apel, "Selamat pagi Wheein-ie?" sapa Hwasa seolah hanya ada mereka berdua di dunia ini.

Wheein mengangguk dan tersenyum, "Selamat pagi, Hwasa-ssi."

"Aku memberikan apel untuk kalian semua, ta-da!" kerenjang apel itu diangkat tinggi-tinggi, "Tunggu dulu, ada apa dengannya?" Hwasa menatap Wendy yang tak bersemangat.

"Patah hati" jawab Wheein lalu terkikik.

"Ah..." Hwasa mengangguk, "kasihan" dia lalu memberikan sebuah apel untuk Wendy, "makan ini lalu kejar lagi cintamu. Seperti aku yang terus mengejar takdirku" dia mengedipkan sebelah matanya pada Wheein.

Irene tersenyum melihatnya, dia lalu mengambil sebuah apel tanpa ijin.

"Stop it!" tahan Hwasa tepat sebelum Irene menggigit apel tersebut, "siapa yang memberimu ijin?"

"Haruskah aku meminta ijin?"

Hwasa sedikit berpikir, "Baiklah, karena Moonbyul menyukaimu aku akan membiarkan apel itu kamu makan."

"Apa?!"

Giliran Wheein yang tertawa mendengarnya, "Hwasa-ssi, apa kamu kemari hanya untuk mengirim apel? Apa kamu tidak ada pekerjaan yang lain? Maksudku, bukankah Moon Night Hotel adalah hotel besar? Kenapa kamu terlihat sangat santai dan pergi kemana-mana dijam kerja?"

"Astaga Wheein-ie, pertanyaanmu sangat rinci. Kepalaku sampai pusing mengingatnya."

"Wheein bertanya, apa kamu kemari hanya untuk mengantar apel?" Irene mempersingkat pertanyaan Wheein.

"Tidak" jawab Hwasa. "Aku kemari untuk bertemu denganmu, aku merindukanmu. Apel hanyalah alasanku untuk bisa kemari."

Wajah Wheein merona, "Kenapa kamu sangat jujur?"

"Apa kamu lebih suka wanita pembohong?"

"Bukan begitu maksudku."

"Lihatlah, aw... kamu sangat menggemaskan Wheein-ie, seperti anak anjing yang imut dan lucu."

"Bisakah kamu berhenti merayu Wheein? Aku sedang patah hati sekarang!" protes Wendy sambil membuat gigitan besar di apelnya.

"Aku sudah memberimu apel sebagai sogokanku, kenapa masih juga protes?" Hwasa ikut mengomel. Dia lalu menatap Irene, "Oiya, bagaimana dengan pertemuan kalian kemarin?"

YELLOW [MOONRENE]Where stories live. Discover now