YELLOW : 07. Era Baru Moon Byulyi

303 52 9
                                    

Rather than hargai penulis, apresiasi karya kita dengan vote every chapters. I prefer untuk minta komentar kalian tentang ceritaku.

Apa yang kurang dan tidak kalian suka dari cerita ini, please comment.
Cara penyampaianku atau cara penulisanku yang menggangu kalian bisa kalian share ke aku.

That's mean a lot supaya cerita ini lebih baik.

Karena aku tahu, jika ceritaku bagus menurut kalian, tanpa disuruh pun kalian akan kasih vote. But if you don't, itu berarti cerita ini tidak bagus.

Jadi aku sangat terbuka untuk kritik dan saran, demi kualitas ceritaku dan demi kalian.

(tapi untuk alur dan ending cerita ini, that’s 100% on my own)

Terimakasih buat semua yang sudah baca sampai sini.

Enjoy reading ❤️

-

Matahari telah kembali memancarkan sinarnya. Irene telah berdiri di luar kantornya. Menyentuh pintu itu sebagai Ketua untuk yang terakhir kalinya. Menatap plang nama Yellow sebagai Ketua untuk yang terakhir kalinya. Dia juga menyirami taman kecil yang ada di teras sebagai Ketua untuk yang terakhir kalinya.

Masih teringat dengan jelas ketika pertama kali Irene menyewa tempat ini. Saat dia menata satu demi satu perabotan di kantornya. Saat dia memilih bunga apa saja yang akan di tanam di terasnya. Saat Irene memilih nama Yellow sebagai nama perusahaannya. Kali pertama Irene mendapat seorang client. Saat pertama kali Irene menerima uang dari pekerjaannya, hingga saat Irene merekrut Wendy dan Wheein.

Semua seakan baru terjadi kemarin, dan sekarang Irene sudah harus melepas Yellow karena kebangkrutannya. Usaha yang dimulai dari nol, kini kembali pada nol. Meski Irene yakin tidak ada yang sia-sia, tapi tetap saja rasanya sangat menyakitkan.

"Ketua? Kenapa hanya berdiri di luar? Mari masuk" Wheein yang baru tiba sedikit terkejut melihat Irene hanya berdiri di depan taman kecilnya.

Irene memutar tubuhnya, menatap Wheein yang tersenyum ke arahnya. Dan tanpa disadari air matanya menetes begitu saja.

"Ketua?" tentu saja Wheein panik. Dia tak mengerti apa yang sedang terjadi dan tiba-tiba saja Irene menangis di depannya. "Ada apa?"

Irene memalingkan wajahnya untuk mengusap bulir air mata yang baru saja menetes, "Wheein-ie, selama kamu bekerja disini, kamu pasti mendapat banyak kesulitan. Kamu adalah maknae disini, tapi kamu bisa bersikap paling dewasa diantara kita. Terimakasih untuk semuanya Wheein."

"Tunggu, apa yang sebenarnya terjadi?"

"Bukan apa-apa, aku hanya menyampaikan apa yang seharusnya kusampaikan padamu."

"Ketua tidak ingin memecatku kan?"

"Apa maksudmu? Tentu saja tidak."

"Lalu kenapa Ketua mengatakan kalimat aneh seperti tadi?"

"Aneh kau bilang? Aku berterimakasih dan meminta maaf padamu kau bilang aneh?!"

Wheein mengangguk. Sedikit menakutkan melihat Irene bersikap manis padanya.

"Kau benar-benar tidak mengerti perasaanku. Pergi! Masuklah!" usir Irene kesal. Moodnya mendadak rusak gara-gara Wheein.

"Ah... Beginilah sikap Ketua seharusnya. Baiklah, aku akan segera masuk" Wheein berdecak. Dia tersenyum lalu masuk ke kantor. Tapi sebelum masuk, dia menatap Irene melalui pantulan pintu kaca dan senyumannya memudar. Wheein mencemaskan Irene.

Tak lama kemudian Irene menyusul masuk ke dalam. Berdiri berlama-lama di luar membuat kakinya kesemutan.

"Ketua, aku baru ingat jika kita kehabisan kertas sejak beberapa hari lalu."

YELLOW [MOONRENE]Where stories live. Discover now