YELLOW : 03. Mabuk

378 54 7
                                    

Irene benar-benar tak bisa menebak bagaimana jalan pikiran Moonbyul. Semua pilihan yang diberikan padanya tak ada yang menguntungkan sama sekali. Justru memberi kesan jika Moonbyul sengaja memanfaatkan momen ini untuk meraup uang sebanyak mungkin dari dirinya.

Dan kini Irene melampiaskan kekesalannya bersama Seulgi di Bearby Cafe. Meski tak menjelaskan secara detail duduk permasalahan antara dirinya dan Moonbyul. Tapi melihat mood buruk Irene sudah cukup bagi Seulgi untuk mengerti dan tak mempertanyakan lebih lanjut.

"Berhenti minum dan tenangkan pikiranmu" Seulgi mencoba menahan gelas minuman milik Irene sebelum kembali terebut.

Cafe milik Seulgi sudah tutup dari pukul 10 tadi, karena itu Seulgi dapat mengerahkan seluruh perhatiannya pada Irene. Perempuan itu duduk di depan Irene yang sudah mabuk.

"Kau harus berhati-hati padanya. Wanita itu... wanita licik itu seperti serigala berbulu domba" oceh Irene sebelum kembali meneguk minumannya.

"Sejak tadi kamu terus mengoceh tentang perempuan licik. Tapi sama sekali tak mengatakan padaku siapa perempuan licik itu. Jadi bagaimana mungkin aku bisa tahu."

"Ishh... Kau tak perlu tahu. Ku peringatkan, jangan pernah berurusan dengannya" sebuah cegukan terdengar disela-sela bicaranya, "Ahh... Aku salah. Kita, sudah terjerumus dalam lubang jebakannya" Irene kembali menuang gelas kosongnya dan meminum cairan bening tersebut hingga tandas. "Argh... Ingin sekali aku merobek bibirnya yang selalu tersenyum dengan manis. Kedok yang dia berikan benar-benar menipu" oceh Irene sebelum membaringkan kepalanya ke atas meja.

Sementara itu Seulgi hanya bisa tersenyum sambil menggelengkan kepalanya mendengar semua ocehan dari mulut kecil Irene. Dan saat Irene semakin tak sadarkan diri, tangan Seulgi mulai naik untuk membelai rambut perempuan di hadapannya itu. Sebuah belaian yang pelan dan lembut.

"Kau bisa mengatakan apapun padaku Irene, apapun. Dan aku akan selalu ada untuk mendengarkanmu."

Hingga secara mendadak Irene mengangkat kepalanya. Wajahnya terlihat sangat merah. "Ugh..." dan sepertinya dia ingin muntah.

"Kau tidak apa-apa?"

Dengan kesadaran yang samar, Irene lari meninggalkan Seulgi. Dia naik ke kantornya. Menggendor-gedor pintu yang tak segera terbuka.

"Ya! Kenapa pintunya rusak" omel Irene dengan tangan yang terus menggedor pintu.

Hingga akhirnya pintu terbuka dan Irene segera masuk menuju kamar mandi.

Tak lama kemudian Seulgi menyusul. Dia sempat terjengkal karena Irene mendorongnya sebelum wanita itu lari menaiki tangga. Karena itulah Seulgi sedikit terlambat menyusul Irene naik ke lantai dua. Tapi setelah beberapa lama mengetuk pintu dan menunggu Irene di depan pintu kantornya, tak ada tanda-tanda pintu itu akan terbuka.

"Apa Irene tertidur di dalam?" Seulgi yang akhirnya menyerah, memutuskan untuk kembali ke cafenya.

-

Sinar matahari menerobos masuk dan dengan sengaja menyorot tepat ke wajah. Seolah meminta siapapun yang masih terlelap untuk segera membuka matanya.

Dengan enggan Irene menggeliat di atas kasur, masih dengan mata yang tertutup, Irene mengerucutkan bibirnya lalu menarik selimut hingga ujung kepalanya.

Sudah setengah sadar, Irene merasa bau kasur dan selimutnya sedikit berbeda.

"Apa aku mengganti sprei dan selimutku?" pikir Irene, "tapi kapan aku melakukannya?"

YELLOW [MOONRENE]Where stories live. Discover now