Ngapain dah ni orang? Batinnya heran.

"Sore," sapa si penelpon di seberang setelah panggilan diterima.

Wajah orang itu terpampang jelas di layar handphone milik Anta.

"Ngapain sih, Ga?"

Ya, penelpon itu adalah Asga.

"Cuma mau VC doang, nggak boleh?" Asga tersenyum di layar ponsel. Sedangkan Anta menampilkan raut wajah kesalnya. Senyuman Asga terlihat menyebalkan di matanya.

"Nggak. Ganggu lo," sarkas Anta.

"Loh, kok ngamok?"

"Apa deh."

"Gue denger dari yang lain, katanya lo itu ramah, tapi kok ke gue nggak ramah sama sekali ya."

"Ck, lo ngeselin," decak Anta. Dia kembali merebahkan diri di kasur tanpa mematikan video call.

"Habis mandi?"

"Nggak, cuci muka doang."

Anta berbaring miring, ponselnya dia pegang diarahkan ke mukanya.

Sedangkan Asga senyum-senyum nggak jelas sedari tadi. Anta kembali mendengus.

"Eh, besok hari apa dah?"

"Pikun lo? Di handphone lo ada ege," ketus Anta.

Asga tertawa di seberang sana.
"Santai dong jawabnya."

"Nggak bisa. Bye!" Anta mematikan panggilan dengan perasaan dongkol.

Ah, jadi laper, batinnya sambil mengelus perut.

Di lain tempat, lebih tepatnya di kamar Asga. Dia masih tertawa karena jawaban Anta yang sarkas dan tiba-tiba mematikan panggilan. Entah kenapa, menjahili Anta itu sangat menyenangkan bagi Asga, seperti hiburan tersendiri.

Ia yang tadinya duduk di balkon, beranjak masuk ke dalam kamar sambil memainkan handphonenya. Ketika dia melihat akun instagram sekolahnya yang adminnya adalah murid, Asga teringat dengan laki-laki yang memandang Anta di pintu kantin. Anta mungkin tidak tahu, tapi Asga tahu kalau lelaki itu memandang ke arah Anta. Tatapannya seperti marah, kecewa, dan sedih menjadi satu.

"Bodo amat, apa peduli gue," gumam Asga.

***

Sabtu pagi di kediaman Keluarga Willes lebih gaduh dari biasanya. Teriakan nyonya yang sudah seperti ratu di keluarga itu terdengar di sampai luar rumah. Suara tawa pemilik rumah alias kepala keluarga di sana seperti menyahuti teriakan nyonya itu. Dan duo babu alias kedua anak mereka menggerutu lantaran tidurnya diusik.

Dengan langkah gontai Rehan dan Anta menuruni tangga. Mereka baru saja bangun. Karena hari ini tanggal merah, mereka mau lebih santai. Tapi semua tinggal harapan.

Sinta berdiri di depan tangga dan memandang tajam kedua anaknya. Tangan kanannya memegang spatula. Untuk memukul duo babu kalau-kalau tidak cepat bangun mungkin. Sedangkan Fery si kepala keluarga malah terbahak melihat kedua anaknya yang terbilang ngenes itu.

"Hari ini libur loh, Ma. Lihat, masih jam enam." Anta menunjuk jam dinding yang masih menunjukan pukul enam.

"Joging sama Papa," tandas Sinta.

Seketika tawa Fery terhenti, ia melotot ke istrinya.

"Papa nggak mau. Papa udah tua," tolak Fery cepat.

Tatapan Sinta semakin menajam mendengar penolakan Fery. Dia mendengus lalu berbalik ke dapur.
"Terserah kalian kalau mau nggak makan, nggak dapat wifi, nggak dapat listrik."

Kepala keluarga dan duo babu itu membelalakkan mata.

"KOK GITU SIH?!" sentak mereka bertiga bersamaan.

Sinta mengedikkan bahu. Terserah mereka mau joging apa tidak. Kalau dia sih di rumah mengurus bunganya.

"Tapi Mama ikut joging, 'kan?" tanya Anta memastikan. Ia tau mamanya itu suka curang.

"Nggak, Mama mau ngurusin bunga Mama sama taman," jawab Sinta tanpa menoleh.

"Mama curang, masa cuma kita bertiga yang joging," sahut Rehan tidak terima.

"Udah-udah, cepet kalian siap-siap. Papa temenin joging." Fery melerai mereka dan mengalah. Lebih tepatnya dia takut Sinta ngambek kayak dulu.

Cih suami takut istri, batin Rehan dan Anta.

°°°

To be continued.

Maaf banget baru update (╥_╥)
Dan maaf ya part kali ini pendek banget hue.

Jangan lupa vote, coment, and share ya guys!

See you next part!

So Love Triangle? (HIATUS)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora