• EPILOG •

Magsimula sa umpisa
                                        

Vi menghapus air matanya dengan jari-jari tangan kanan.

Kembali Vi mengambil lukisan terakhir. Lukisan bergambarkan seorang pria dengan sebuah bunga di tangannya.

 Lukisan bergambarkan seorang pria dengan sebuah bunga di tangannya

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Lukisan terakhir berhasil membuat Vi terduduk lemas di atas lantai. Ada sedikit tawa yang disebabkan oleh ungkapan I ♡ U yang dicoret.

Semua air mata bercucuran lebih deras dari sebelumnya. Perpisahan kali ini terasa paling menyakitkan bagi gadis itu. Disaat Rayn mulai mencintainya, keadaan mengharuskannya pergi meninggalkan semua harapan yang dia rangkai dengan rapi.

Aku harap kita akan ketemu lagi Rayn.

-RAYN-

Lima Tahun kemudian...

"Zefa, saya mau kamu atur beberapa lukisan abstrak di sudut ini. Karena pencahayaannya yang cukup redup pasti cocok di tempatkan disini."

"Baik bu."

Seorang pria berjas hitam dengan tubuh jangkung berjalan mendekat ke arah wanita dengan jas berwarna sama senada dengan rambut sebahu yang dibuat sedikit ikal. "Woww, Bu Arrasya. Keren banget." Tepuk tangan terdengar jelas dari pria itu.

Ya. Dia adalah Vi Arrasya. Sekarang semua impiannya memiliki galeri pameran sendiri telah terlaksana. Sejak lulus dari Universitas Art Erlangga, Vi bangkit dengan membuat usaha lukisan kecil-kecilan yang sekarang sudah suskes dengan terbukti berkali-kali membuat pagelaran pameran seni dengan nama "Your Art, Your Life".

Vi tersenyum tipis. "Terima kasih Mas Radit."

Pria bernama Radit itu adalah rekannya sejak awal Vi merintis usaha. Radit lebih tua 2 tahun darinya, dan Vi sudah menganggap Radit seperti kakak kandung sendiri karena perhatiannya yang besar kepada gadis itu.

"Akhirnya setelah sekian lama, pameranmu kali ini terlaksana juga."

Vi tersenyum. "Ini semua berkat bantuan Mas Radit juga."

"Karena pameran belum dimulai, dan masih ada cukup waktu. Mas akan traktir kamu sebagai bentuk ucapan selamat dari mas."

Vi mengangguk. "Boleh juga."

"Mas denger ada restoran baru dibuka deket sini, kita kesana yuk."

•••

Di dalam sebuah restoran dengan masakan khas Jawa yang baru saja dibuka beberapa hari lalu, Vi dan Radit tengah menyantap hidangan yang tersaji di atas meja.

"Enak ya?" tanya Radit sembari melahap makanan.

Vi mengangguk. Rasa yang begitu familiar membuat teringat pada satu hal.

Dulu, Vani pernah sekali memberikan Vi masakan Jawa saat semua kejadian itu belum terjadi. Saat semua nya masih baik-baik saja. Vani mengirimkan beberapa makanan ke tetangga dalam rangka syukuran atas pembuatan YOURS COMPANY. Banyak sekali hidangan Jawa dalam sebuah box nasi dan rasanya benar-benar melekat di lidah Vi. Rasa yang membuatnya merindukan masakan yang langka ditemui di Jakarta.

Kringgg....

Suara lonceng berbunyi karena pintunya ditarik. Seorang pria jangkung dengan kemeja putih masuk dari sana yang sontak membuat Vi memandang ke arah sumber suara.

Wajah yang tak asing membuat Vi terpelenggong. "Rayn?"

Vi beranjak dari duduknya untuk menghampiri pria yang berhenti di dekat pintu dengan satu tangan yang dimasukkan ke dalam saku.

"Kamu mau kemana?" Tanya Radit ketika melihat Vi beranjak dari duduknya.

Tanpa menjawab Vi berjalan ke arah pria itu.

Setelah jarak keduanya tak lebih dari 4 langkah, Vi berhenti. "Kamu... Rayn?"

Pria itu tersenyum. "Lama nggak bertemu Vi."

-RAYN-

Di kursi taman depan restoran Vi dan Rayn duduk canggung tanpa saling menatap. Kebungkaman menguasai keadaan membuat suara jangkrik terdengar jelas.

"Kamu cantik."

Vi sontak menoleh ke arah Rayn kala pria itu memujinya dengan nada suara yang berat.

"Makasih," jawabnya terbata.

"Kamu apa kabar?" tanya Rayn kembali.

"Baik, kalo kamu?"

"Aku juga baik."

"Cowok itu pacar kamu?" celetuk Rayn membuat Vi menggelengkan kepalanya pelan.

"Dia temen aku, tapi udah aku anggep sebagai kakak kandung."

"Kalo kamu sendiri, udah punya pasangan?" Vi berbalik tanya kepada pria yang terlihat jauh lebih tampan dari 5 tahun yang lalu.

"Belom."

"Ohh... Ibu kabarnya gimana?" tanyanya mengalihkan topik.

"Ibu baik, dia udah nikah lagi," jelas Rayn.

"Wah, selamat buat ibu kamu ya. Aku udah lama nggak ketemu sama Bu Vani."

"Iya aku sampaikan," kata Rayn, "Kamu sekarang kerja dimana?" sambungnya.

Vi menunjuk sebuah gedung besar di persimpangan jalan yang terlihat jelas dari restoran itu. "Disana."

"Kamu buat pameran?"

Vi mengangguk pelan. "Iya, sejak kamu pergi aku terinspirasi untuk bangkit dan mewujudkan semuanya. Ya walaupun berat."

"Kamu udah berhasil sekarang." Rayn mengelus puncak kepala gadis itu.

"Makasih... Kalo kamu sekarang kerja dimana?"

"Disini. Ini bisnis yang pernah aku ceritakan ke kamu di salah satu suratku waktu itu."

"Serius? Aku nggak nyangka kalo kita ternyata sedekat ini. Kamu juga nggak pernah hubungin aku, makanya aku kira kamu benar-benar nggak akan kembali ke Jakarta."

"Maaf ya, karena bisnis aku sibuk dan nggak sempet hubungi kamu lagi."

"Iya, aku paham kok."

Keheningan kembali menguasai keadaan waktu itu.
"Vi... Apa kamu masih suka sama aku?"

Vi mengangguk pelan. "Tentu, aku pernah bilang ke kamu kalau aku bersedia menunggu kamu selama apapun itu."

"Makasih Vi udah bertahan dengan keadaan yang tidak pasti itu."

"Rayn, semuanya udah berlalu. Aku seneng bisa ketemu kamu lagi."

"Aku juga seneng ketemu kamu."

Rayn beralih memeluk tubuh gadis itu hingga membuat beberapa orang yang melintas memperhatikan keduanya.

Vi juga turut membalas pelukan dari pria yang sudah dia nanti 5 tahun ke belakang.

"Rayn, apa kamu udah lupa cara melukis?" ucap Vi dalam dekapan Rayn.

"Aku udah lupa... apa kamu mau ngajarin aku melukis lagi?"

"MAUUUUU!"

Vi mengeratkan kembali pelukan diantara dia dan Rayn.





Sejauh apapun semesta membawanya pergi, aku yakin dia akan kembali kepada rumahnya.
-Vi.




Bener-bener udah selesai nih ༎ຶ‿༎ຶ
Kasih tau ke temen buat baca cerita ini ya :)

Thanks.
-heizafla, 2021.

RAYN [ END ]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon