10 - Instagram

284K 32.9K 1.3K
                                    

Akibat tawuran kemaren sekolah diliburkan selama dua hari. Dan selama dua hari itu Atlanta hanya berada di apartemen tanpa melakukan apapun, kecuali makan, minum, mandi sama nafas.

Nafas number one.

"Assalammualaikum ya ahli kubur." Suara Jendra dari luar apartemen membuat Atlanta melangkah malas. Pasti teman-temannya datang untung membuat kerusuhan.

"Lagi gak terima tamu," jawab Atlanta setelah membuka pintu.

"Gue datang bukan buat bertamu, cuma buat numpang makan!" jawab Jendra mengangkat kresek putih di tangannya lalu nyelonong masuk ke dalam apartemen Atlanta.

"Masuk." Atlanta menyingkir dari pintu, mempersilahkan teman-temannya masuk.

"Lan, ambilin air dong!"

Genta membekap mulut menahan tawa ketika Jendra dengan beraninya menyuruh Atlanta. "Nyari mati," gumamnya.

"Jen," panggil Caesar.

"Apaan?"

"Waras?"

"Alhamdulilah agak miring dikit!" jawab Jendra ngegas. "Ya gue waraslah tolol, saking warasnya gue berani 'kan nyuruh-nyuruh Atlanta!" sambungnya.

"Sinting!" suara Dedric membuat Jendra mendelik.

Jendra mengalihkan pandangan kearah Atlanta yang justru menatapnya tajam. "Hehehe santai bos, itu mata jangan tajam-tajam amat. Gue ambil sendiri," setelah mengatakan itu ia langsung pergi ke dapur.

"Pipi dia kenapa?" tanya Atlanta ketika menyadari pipi Jendra yang terlihat agak memerah.

"Ditampar cewek, hahaha!" Caesar kembali tertawa. Mengingat kejadian saat di cafe tadi. Jendra ditampar oleh seorang perempuan yang sedang menangis, saat di tanya ternyata perempuan tersebut adalah salah satu korban Jendra.

"Emang itu anak udah dasarnya buaya," timpal Genta.

"Kadang gue suka kasihan sama si buaya. Gak salah apa-apa namanya disebut mulu. Buaya itu hewan yang setia, yang gue tahu dari google sih!" kata Clarel.

Jendra yang baru datang langsung menyahut. "Nah setuju gue sama si Clarel. Gue ini ganteng kenapa disamain sama buaya, buaya 'kan seram kayak Dedric!"

Dedric mengangkat kepalanya. Dia sedari tadi memainkan ponsel, tapi kenapa sekarang namanya yang dibawa-bawa. "Apa?"

"Nothing," jawab Jendra sok cuek. "Lan, karena gue orangnya baik dan tajir. Gue beliin lo makanan mahal barusan," sambung cowok itu dengan nada sombong.

Atlanta berdecih, tak urung mengambil makanan di tangan Jendra. Kebetulan ia belum makan siang.

"Makasihnya mana njing?!"

"Gak ikhlas?"

Pertanyaan Atlanta mendapat putaran bola mata malas dari Jendra. "Ya ikhlas sih ikhlas. Tapi jangan sampai gak tahu diri ye bamsat, makasihnya gak ada."

Untung sekarang Atlanta sedang dalam mode sabar, kalau tidak bisa habis Jendra. "Thanks." Atlanta tersenyum lalu kembali mendatarkan wajahnya.

"Beh Lan, lo senyum tambah ganteng tahu gak?"

Seruan Caesar membuat kelima temannya menatap ia kaget. "Cae, lo gak belok cuma karena liat Atlanta senyum 'kan?"

"Istighfar, Cae! Astaghfirullah!"

"GUE NONIS BANGSAT!" teriak Caesar, ia frustasi punya teman kayak Genta sama Jendra. "Gue muji bukan berani gue belok ya sialan, gue masih doyan cewek!"

ATLANTA (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang