11

287 62 3
                                    

"lu berubah aja jadi Es Jelly, nanti gua suka"

"HAHAHAHAHA" para sahabat Jenanta tertawa puas

"mending makan aja ni burger pesenan lu, gausa nanya yang aneh-aneh" Juan memasukkan paksa burger ke mulut Jenanta.

"taraaa.. coba lagi ternyata Nan" Jihan sangat niat menulis kata 'coba lagi' dibagian tengah buku tulisnya.

Mereka tertawa bersama, Jenanta bukannya merasa sedih justru ikut menertawakan dirinya sendiri.

….

"Je bisa gak jangan lelet"

"bentar ini lagi chat Davi, ngabarin kita udah ketemu kompa bola biar dia cari barang yang lain"

"awas jatoh" Jenanta dengan sigap merengkuh tubuh Jea yang hampir jatuh karena terlalu fokus dengan handphone.

"huaaaaa!!!"
"ih kirian siapa, lu kok bisa di belakang gua ? bukannya udah lagi nunggu di motor?" kaki Jea terasa lemas karena terkejut, ia memegang bahu Jenanta sebagai tumpuan.

Tangan Jenanta masih berjaga-jaga di sisi-sisi tubuh Jea, mereka seperti berpelukan tapi versi jaga jarak.

"gua emang jalan duluan tadi, tapi berenti disini nungguin lu"

"untung ada lu, bisa melayang ni hp"

"untung tuu, diri lu ga lecet-lecet!" Jenanta gemas, bagaimana bisa Jea lebih khawatir dengan handphone dibanding dirinya sendiri.

"hehe iya juga" Jea tersenyum polos.

"yauda ayo, lanjut cari" tanpa sengaja Jenanta merangkul Jea dan berjalan menuju motor Jenanta.

Jea tidak protes, bahkan dia sudah terbiasa skinship dengan Jenanta. Hal itu yang membuat Jenanta yakin perasaannya tidak bertepuk sebelah tangan, hanya tinggal menunggu waktu saja.

Jarang sekali ada pria macam Jenanta tetep keukeuh ngejar meskipun sudah berkali-kali diabaikan.

….

Jea dan Jenanta sudah berkumpul kembali dengan panitia pertandingan Futsal di sebuah cafe dekat sekolah.

"oke yaa semua udah clear ni" kata Davi setelah menyesuaikan data dan barang yang ada.

"terima kasih semua atas kerja kerasnya hari ini, maka dari itu gua bakal traktir kalian minum!!! wohoooo" lanjut Davi sambil tepuk tangan sendiri.

"masa minum doang si Dav"

"sorry yaa budgetnya cuma ada buat minum doang hehe"

"pesen aja makan juga" Jea membagikan buku menu yang baru saja dikasih oleh pegawai cafe.

"duuuh Jea udah cantik, dermawan pula, cocok banget jadi pemeran bawang putih" celetuk Juan

"yeuu ditindas dong?!" sahut Harbi

"lu liat baiknya dong!"

"yaa lu liat sisi ga baiknya juga dong!"

"idup lu repot banget! tinggal fokus enaknya juga pake segala mikirin ga enaknya"

"yaa justru kalo ada ga enaknya, itu dipertimbangkan"

"aduhh segala bawa timbangan! jual beras lu"

"udah-udah!!! ngaco lu berdua lama-lama" Davi melerai perdebatan mulut antara Juan dan Harbi.

"untung ga kenal" seru Jenanta yang sudah bangun dari duduknya berniat ke toilet.

"Harbi sekalianya bersuara bikin keributan yaa" ujar Jea, ia masih tertawa karena tingkah dua pria di depannya.

"bener Je!!! 100 buat lo!" sahut Juan semangat.
"udah lu emang paling bener diem aja kek tiang listrik!"

"cepet pesen, keburu tutup abangnya" kata Davi yang khawatir mereka justru ga jadi makan karena kebanyakan bacot.

"berasa di mall gua ke toilet ngantri" Jenanta datang-datang mendumel.

"lagian lu genit banget segala cuci muka, dekil mah dekil ajee" cibir Juan

"mulut lu minta disosor soang"

"caper nomer satu yee Nan" seru Davi sambil mengangkat alisnya menggoda Jenanta.

"lah buku menunya mana?"

"lah iya lupa lu belum pesen, yah udah dibalikin lagi"  sahut Juan

"udah dipesenin"

"hah?" Jenanta dan Juan kompak

"ga usah terbang lu! Jea yang pesenin" ujar Davi

"iya gua yang pesenin, tadi lu nyebut-nyebut nasi goreng pake telor mata sapi terus, gua pesenin itu"

Jenanta yang memang duduk di samping kiri Jea, sudah tidak bisa menahan senyum lebarnya sambil melirik Jea, ia seakan-akan malu.

"najis bgt Nanta!"

"gua udah peringatin jangan terbang!"

"gua boleh ngomong juga ga?"

"GAK! Har lu diem aja"

Semua panitia futsal tertawa, termasuk Jea. Tidak habis pikir dengan pertemanan mereka. Namun ada yang menjanggal di pikiran Jea

'ini Nanta berani lhoo selain di depan sahabatnya, apa dia se-serius itu? atau karena emang seru bercandaan kaya gini?'

Jea yang biasanya tidak ambil pusing dengan kelakuan Jenanta, kini ia jadi kepikiran.

Harusnya Jea kepikiran hal itu sejak sebulan lalu, tapi sepertinya ia belum menyadari. Sifat terbukanya menerima semua perlakuan Jenanta sudah disadari oleh teman-temananya bahkan oleh murid se-Pelita Unggul.

Bahkan sepertinya beberapa murid sudah mengira mereka berpacaran. Jika murid-murid yang mengira itu tahu kenyataannya mereka tidak pacaran, habis Jea oleh hujatan.

….

Hi! Jika kalian suka cerita ini, tolong bantu vote dan beri feedback dengan bahasa yang baik di comment yaa.. ✨

—flawersun🌻

Boy #01 - Jeongwoo ✓Where stories live. Discover now