08

330 66 1
                                    

Rapat akbar pertama untuk pekan olahraga dan pensi  sudah berjalan 1 jam lebih. Banyak materi yang harus diinformasikan kepada panitia dari anggota ekskul.

"sekarang kita bahas tentang dana, gua bakal terang-terangan aja, sekolah cuma bisa kasih dana sebesar 5-6 juta karena dibagi sama buat acara pensi" Davi melanjutkan pembahasan materi rapat

Di depan, Jea sedang mencatat rincian pengeluaran kasar. "dan ini pengeluaran kasar buat pekan olahraga aja, berarti kita masih kurang 5-6 juta lagi"

"tapi tenang aja, gua dan humas Osis udah dapet 2 sponsor yang hasilnya bisa bantu sekitar 3 juta, berarti disini kita masih kurang lagi sekitar 3 juta"

"jujur, gua dan Davi berprinsip gamau sampe minta iuran ke anak-anak apalagi kita sebagai panitia, gua gamau kita keluar uang begitu aja"

"kita masih bisa buat cari sponsor lagi, dan di rapat pertama ini juga kita akan diskusiin cara buat cari dana yang kurang"

"dari gua pribadi, bakal kasih beberapa opsi" Jea melanjutkan ucapannya sambil menulis di papan tulis lagi, semua anggota memperhatikan dengan khidmat.

"untuk sponsor yang udah fix ada Provider Indosat dan Bank BTN. yang masih on progress ada Transevent, Mizone, indomilk, good day dan emina"

"oiya, kenapa disini kita ga iuran aja buat dana yang kurang karena Osis mau angkatan kita jadi angkatan pembuka bikin event yang besar dan bagus, bisa dikembangin setiap tahunnya sama angkatan-angkatan selanjutnya"

"makanya sekarang kita berusaha buat dapet sponsor sebanyak-banyaknya, agar event kita dilirik dan bisa jadi ajang bergengsi bagi sekolah-sekolah lain"

"ini event besar pertama bagi kita semua termasuk sekolah ini, gua harap kita semua bisa bekerja sama dengan baik satu sama lain sampe tujuan event sukses ini terealisasi"

Jea sangat memukau di mata teman seangkatannya saat ini, tidak hanya cantik namun percaya diri dan bisa berbicara di depan banyak orang–sungguh luar biasa.

"gua beneran jatuh cinta kalo gini ceritanya" ujar Jenanta yang kebetulan duduk di baris depan dengan tatapan yang tidak lepas dari Jea.

"gak lu doang sih kayanya" Juan menyahut dari belakang.

"selamat! saingan anda bertambah banyak" tambah Harbi.

"gua sih pede!! udah mulai dari tadi pagi"
"untung gua pinter paham kode Davi"

"mana hammmmm, lu aja marah-marah setelah Davi matiin telpon, untung Harbi mau capek-capek ngejelasin ke lu yang bebel!"

Rapat terus berlanjut hingga hampir maghrib. 

….

"heh maghrib-maghrib bengong!" Jenanta menepuk bahu Jea yang sedang duduk di koridor dengan mata lurus ke arah gerbang.

"gua ga dapet-dapet grab" Jea menjawab tapi tidak menoleh sedikitpun, hari ini bahkan sejak pagi buta dirinya sudah sangat hectic, bahkan dia dispen beberapa mata pelajaran demi rapat akbar pertama. Dirinya sudah sangat lelah.

Jenanta terkejut, bagaimana tidak? perempuan yang dikenal selama sebulan selalu cuek dan terkesan jutek, saat ini menunjukan sisi tak berdayanya.

"kenapa naik grab?"

"supir jam segini lagi jemput mamah" efek sudah terlalu lelah sepertinya, Jea sampai tidak sadar dirinya seterbuka ini dengan orang baru. atau ia tidak sadar jika yang mengajak dirinya berbicara itu Jenanta.

"Pulang sama gua aja kalo gitu" Jea seakan tersadar dan langsung menoleh.

"lu ? ngapain disini?!"

"laah?"
"udahlah ayoo gece, sebelum kemaghriban di jalan"

"lu bawa helm 2 emang?"

"bawa"

Jenanta berlalu ke parkiran dengan Jea yang mengekor di belakang. Gengsi emang perlu diturunin di masa-masa genting kaya gini–menurut Jea.

"aish!"

"kenapa?"

"ini helm apa si? ko ga bisa dikaitin?" Jea yang sudah lelah, hal kecil pun menjadi masalah.

"hahahahaha lucu banget si lu!" Jenanta tidak bisa menahan tawanya, entah karena wajah atau tingkah Jea yang lucu, atau keduanya.

"nih gini!" Jenanta memajukan kepalanya, mengaitkan helm Jea. Membuat Jea tanpa sadar menahan napas.

"o-oh… makasih" Jea benar-benar sangat imut di mata Jenanta saat ini. Jenanta hanya senyum.

....

Perjalanan dari sekolah ke rumah Jea kurang lebih 20 menit. Tubuhnya yang sudah lelah bertemu dengan sepoinya angin jalan membuat dirinya seperti akan tertidur detik itu juga.

Tubuh yang lelah membuat otak seakan tidak bekerja dengan baik. Hal tersebut terbukti dengan Jea yang kini sudah menyandarkan kepalanya ke punggung Jenanta dan tangan yang melingkar di pinggang Jenanta.

Jenanta? jangan ditanya, tubuhnya sudah menegang terkejut namun ia berusaha stay cool dan melirik spion untuk memastikan Jea tidur atau tidak.

"Jea? Je?" Jenanta sedikit berteriak agar Jea mendengar.

"jangan tidur Je, takut jatoh" Jenanta memegang tangan Jea yang melingkari pinggangnya. 

Jea tidak tidur, namun dirinya benar-benar sudah tidak ada energi bahkan hanya untuk duduk tertepa angin jalan. seperti dirinya akan ikut kebawa angin.

….

Hi! Jika kalian suka cerita ini, tolong bantu vote dan beri feedback dengan bahasa yang baik di comment yaa.. ✨

—flawersun🌻

Boy #01 - Jeongwoo ✓Where stories live. Discover now