05

388 69 1
                                    

Davi dan Jea sedang berjalan menuju kelas 12 IPA 4 untuk menemui Kak Jarvis mantan Ketua Sekbid 6 periode tahun lalu untuk meminta masukan tentang  proposal pekan olahraga yang akan diadakan Desember nanti.

"Bang sorry jadi ganggu waktu istirahat lu" Davi bersalaman ala pria begitu bertemu Jarvis.

"iya ni kak, maaf ganggu" ujar Jea

"santai gua mah istirahat bisa kapan aja, duduk-duduk tarik aja kursi ke sini"

Davi langsung menarik dua kursi untuk dirinya dan Jea. Belum sempat Jea duduk, tiba-tiba dua pria berjalan ke arah mereka, Jea enggan duduk karena takut menghalangi jalan.

Namun saat melihat siapa yang berjalan mendekat, Jea seakan lupa bernapas. Aksa dan Ardam–dua pria yang kini berdiri di depannya.

"pinjem kursinya dulu bro" Jarvis berucap ke Aksa dan Ardam. Ternyata kursi yang ditarik Davi secara asal itu milik Aksa dan Ardam.

"santai santai" jawab Ardam. "eh tunggu, lu yang waktu itu gua anter bukan?" Ardam mengingat wajah Jea. Aksa pun ikut melihat arah pandang Ardam.

"e-eh iya kak, maaf ya kak kursinya ditarik tanpa izin" Jea akhirnya bernapas.

"santai aja si, lanjut deh kalian sorry jadi ngeintrupsi"

Ardam dan Aksa memilih duduk di meja guru, masih sebaris dengan tempat duduk mereka. Aksa memegang gitarnya, namun ia mainkan dengan pelan.

'aduh kalo gini ceritanya gimana gua bisa fokus, sialan Kak Aksa gantengnya nambah 10x lipat' – dalam hati Jea.

Jarvis memeriksa proposal yang ada di laptop Jea, sesekali ia memberi masukan. Davi mencatat, Jea justru sibuk melirik ke arah depan.

'yatuhan kenapa harus ada pria se-attractive Kak Aksa sih, gampang disuka susah digapai'

"udah cukup jelas kok proposal lu, Jea lu pinter banget"
"eh btw, lu Jea sahabatnya adek gua bukan sih?"

"Jihan?"

"iya, sahabatan kan kalian?"

"udah kaya lem korea mereka mah Bang, lengket banget! sama ada satu lagi tuh"

"kok lu tau?"

"udah jadi sobi juga kan kita" Davi menjawab sambil mengangkat alis ke arah Jea, yang dibales dengan ekspresi 'apa sih'.

"sejak kapan gua jadi sobi lu?"

"sejaaak…..ah!  sejak Nanta yang nanya di kantin itu!" Davi terlalu semangat menjawab hingga membuat Aksa dan Ardam menoleh ke mereka.

Jea kaget, hampir seminggu lebih ia mencoba melupakan kejadian itu, eh justru diingatkan kembali oleh Davi.

"Udah mau bel, kita balik ya, makasih buat masukannya, paling nanti sebelum di print mastiin lagi ke Kak Jarvis" Jea langsung mengambil laptopnya dan meletakkan kembali kursi yang dia pake ke tempat awal.

Davi yang awalnya bingung kenapa Jea tiba-tiba pamitan begitu saja, ia pun mengikuti Jea membalikan kursi ke tempat awal.

Saat akan melewati Aksa dan Ardam, Jea bilang terima kasih ke mereka.

"terima kasih kak kursinya" Jea berucap dengan sangat cepat dan sedikit senyum.

"jangan lupa makan" Aksa berujar tidak begitu kencang, tapi cukup untuk didengar Jea.

Jea semakin mempererat pegangannya pada laptop, bisa saja laptopnya tiba-tiba jatoh karena kebodohan dirinya yang kini sangat lemas hanya karena kalimat 'jangan lupa makan'.

Jea tidak membalas ucapan Aksa, karena memang posisi Jea sudah melangkah ke arah pintu. Akan terkesan aneh jika dia tiba-tiba berhenti untuk menjawab, seperti sedang menampilkan drama saja ia di depan anak kelas 12 IPA 4.

….

Begitu sampai di kelas, Jea langsung meletakkan laptop di mejanya. "gila...gilaaa !!!!! huaaa kaki gua lemes banget" tiba-tiba Jea merosotkan dirinya ke lantai sambil kakinya diluruskan dan ia pukul-pukul.

"eh Jea udah balik? kamu kenapa Je? lemes yaa belum makan?"

"gua udah siaga kok beliin lu burger, nih" Zia menyodorkan burger ke Jea.

"nanti dulu, badan gua lemes parah, dada gua sesak"

"ehhhh kamu kenapa?" Jihan ikut duduk di lantai memastikan tubuh Jea tidak ada yang luka.

"kamu ga abis diomelin Bang Jarvis kan?" Jea menggeleng

"terus lu kenapa? jawab dong jangan bikin khawatir" Zia mulai kesal karena ia juga panik sekarang.

"minum dulu deh" Jihan menyodorkan minum, dan langsung diminum Jea, yang untungnya membantu meredakan lemas dan sesaknya.

Jea berdiri dan pindah duduk di kursinya. Ia memakan burger yang dibawa Zia. Jihan dan Zia sangat bingung namun mereka duduk di tempat masing-masing menunggu Jea cerita dengan sendirinya.

….

"gimana ?" Jenanta menyambut Davi dengan pertanyaan, yang ditanya hanya fokus mengunyah roti yang baru saja dibeli.

"dia napas dulu kali Nan" ucap Harbi

"Nan kayanya lu kudu gercep"

"hah kenapa?! ada Pak Yanto? anjritt kenapa pas gua lagi pake baju polos sih" Jenanta udah heboh nengok kiri kanan, sambil menutup lengan bajunya.

"tolol" Juan melempar kacang yang sedang ia makan ke Jenanta.

"apa sih!"

"gaada Pak Yanto"

"terus lu ngapa nyuruh gua gercep Dav?"

"kalimat gua belom selesai Jenanta!" Davi ngegas

"lama banget jedanya!"

"gua kan sambil ngunyah!"

"emang paling bener jangan ngomong sama Jenanta. bikin emosi doang" Juan melempar lagi kacangnya ke Jenanta.

"waketu gua, yang lu suka. kayaknya dia suka sama kakak kelas"

"lu kalo ngasih info jangan hoax dong!"
"pede si gua mau saingannya kakak kelas juga" Jenanta berucap sambil menarik kerah bajunya.

Davi hanya tertawa mendengar kepedean sahabatnya.

"Bang Jarvis?" Harbi bertanya

"bukan, pokoknya tadi Jea diingetin 'jangan lupa makan' terus mukanya langsung merah gitu hahahaha"

"jangan sebut namanya! biar fair! gua belom bertindak, biar ga down"

"HAHAHAHA ITU SI NAMANYA LU TAKUT KALAH SAING" Juan tertawa sangat puas, begitu juga dengan dua lainnya.

"gimana kalo ternyata emang udah pacaran?" semua sudah ada firasat kalau pertanyaan itu akan terlontar dari mulut Harbi.

"Har, mulut lu lem aje deh besok-besok" ucap Jenanta dengan nada yang terdengar sudah lelah.

"yaaa kan bagus, biar lu cari tau dulu sebelum bertindak, mau lu punya title perebut pacar orang?"

Juan dan Davi hanya bisa mengusap wajah. Bagaimana bisa Harbi tidak paham, mereka hanya butuh meng-hype rasa suka Jenanta. Biar pria itu tidak pacaran terus dengan bola.

....

Hi! Jika kalian suka cerita ini, tolong bantu vote dan beri feedback dengan bahasa yang baik di comment yaa.. ✨

—flawersun🌻

Boy #01 - Jeongwoo ✓Where stories live. Discover now