Bab 17 >•< [ Mede Opah. ]

Start from the beginning
                                    

"Baik, siapkan jadwal yang pas." ucap Sultan langsung mematikan dan melempar hp nya ke belakang.

"Maafkan Papa, Tari. Papa janji setelah ini Papa akan melakukan apa saja yang Tari mau." Sultan berbicara kepada foto kecil di mobil yang selalu tergantung foto matahari saat masih kecil. Dan Tari adalah panggilan sayang Sultan untuk Matahari.

Sultan membelokkan setir menuju ke kantornya.

###

Di lain tempat Gibran, Diko, Agus dan langit sedang berkumpul mereka bermain game di rumah Gibran.

"Kacang di bawah meja enak banget Gib, masih ada lagi gak?" tanya Diko sambil menggoyang goyangkan satu toples kacang yang sudah habis.

"Lo ambik dari mana itu?" tanya Gibran memicing, pasalnya ia tidak pernah membeli camilan kacang di kamarnya.

"Di bawah meja ruang tamu." jawab Diko.

"Hah. Doyan lo?" Kaget Gibran menahan tawa.

"Ngapa lo! Enak juga." Diko.

"Tau tu Pelit dasar , Gue aja gak di kasih." Ucap Agus menatap Diko yang bodo amat.

"Ck, Masih ada gak,Gib?" tanyanya lagi.

"Tanya Omah di bawah aja, soalnya Omah yang beli." jawab Gibran menahan tawa lagi.

"Oh." Diko beranjak dari duduknya mencari omah. Ingin meminta lagi.

"wahahahhhahaah!" Tawa Gibran pecah begitu saja ketika Diko keluar dari kamarnya. Lalu melanjutkan Permainannya masih dengan wajah yang merah padam menahan tawa.

"Kenapa lo?" Langit yang sejak tadi diam bertanya dan menatap aneh Gibran.

"Stress." Agus.

"Tunggu aja," ucap Gibran menjawab Langit tanpa perduli Agus.

Tak lama datanglah Diko dengan wajah yang Suram , aneh , sedih di campur masan yang campur aduk.

"Huwaaa!" tangisnya tanpa air mata.

"Anjing! Budek kuping Gue." Agus.

"Astagfirullah! Monyet gak boleh kasar." ujar Langit sok bijak.

"Lo juga pe'ak!" Agus.

Langit mengangkan bahunya lalu nyengir kuda. " Kenapa lo dateng dateng bikin ricuh?"

"Sahabat apaan sih lo! Kenapa lo gak bilang!" Diko sudah menaik turunkan dadanya menatap Gibrab tajam. Tanpa menjawab pertanyaan langit.

"Hahahahah, Lah lo gak tanya." jawab Gibran sambil mengusap air mata yang berada di sudut matanya. Akibat menertawakan Dito.

Tak perduli Gibran yang aneh Agus berkata "Mana kacangnya , Gue mintak. Gue juga mau kali."

Tokk tokkk

Tibalah Opah datang dengan membawa 2 toples di tangannya.

"Ternyata ada yang doyan kacang Omah, ini masih banyak. Gibran aja tuh yang sok-sok an gak mau." jawabnya Omah sambil terkekeh kecil.

Agus merebut cepat toples yang di pegang Omah. Takut keduluan Dito. Agus memeletkan lidah mengejek Dito karena dirinya lebih dulu dari dirinya.

Omah ikut duduk bergabung bersama teman-teman Gibran lalu duduk samping Agus. Setelahnya Omah membuka Coklat yang sejak tadi ada di sakunya. Sambil tersenyum Omah membuka coklat lalu mengemutnya bak permen setelahnya Omah mengeluarkan dari mulutnya sisa kacang mede yang ada di dalam coklat.

Shokkk! Kawan-kawan Gibran kaget di buatnya. Mata mereka Melebar sempurna sampai akan keluar melihat pemandangan yang cukup menjijikkan di mata mereka. Jadii.... Kacangnya ... !!

Agus menutup kembali toples akan ia buka. Lalu menggesernya pelan menjauh dari hadapannya.

Berbeda dengan Gibran yang santai saja melihat Omahnya. Tidak mengagetkan. Sudah terlalu biasa menurutnya.


°°°
____________________________________________________________________________________________________

°°°

🐬🐬🐬 Gimana gaissss!🌼🌼🌼

Lanjut gak nihh!

Vote ya!

Komen jangan lupa

MATAHARI (On Going)Where stories live. Discover now