Bab 17 >•< [ Mede Opah. ]

5 6 2
                                    

Hatiku Hancur ,Pa!

Matahari.
__________

###


Pulang dari sekolah Matahari menuju rumahnya. Lebih tepatnya rumah sang ayah. Rumah yabg dulunya hangat kini hanya menyisakan duka terlebih lagi untuk dirinya. Matahari menyeret malas kakinya menuju kamar pojok paling belakang lalu masuk dan berganti pakaian.

Tak lupa membawa tas punggung yang selalu ia bawa kemanapun ia pergi. Matahari akan berangkat kerja.

"DASAR ANAK KURANG AJAR! KEMANA KAMU SEMALAM! HAH! JADI ANAK TIDAK TAU DI UNTUNG! MAU NYA KAMU INI APA SIH! PAPA KERJA PAGI SAMPE PETANG DAN KAMU MALAH ENAK-ENAKAN KELUAR KELAYABAN TIDAK TAU UNTUNG!"

Plakkk! Plakkk! Papa matahari menampar keras pipi Matahari tanpa mempertanyakan kepada matahari.

"Papa tau? matahari sayang papa." ucapnya sentu menatap mata merah milik sang papa. "Matahari kangen papa yang hangat bahkan selalu menanyai kabar Matahari setiap harinya. Papa tau? Matahari sakitt, sakittttt , ha-hati matahari hancur Matahari rindu papa yang dulu yang tidak pernah kasar terhadap matahari . Matahari Rindu papa yang marah besar pada nyamuk yang menggigit matahari sampai-sampai besoknya papa memanggil pemadam kebakaran hanya untuk meng'asap rumah bahkan rutin." matahari tersenyum lalu terkekeh pelan. "Apa papa lupa? Dan sekarang Orang itu sudah tidak ada ..." ucap Matahari menatap lembut namun tersiratkan kekecewaan yang teramat sangat. "Dia yang paling menyakiti matahari saat ini." ucap Matahari lagi sambil berbalik meninggalkan sang Papa yang masih mematung menatap punggung sang putri yang terus bergetar sampai hilang dari hadapannya.

Sultan papa matahari. Kini ia menunduk melihat tangannya yang bergetar dari lubuk hatinya yabg terdalam ia tidak ada niatan untuk menyakiti sang putri. Ia dadanya naik turun menahan sesak. Ia juga tidak mau ini terjadi. Kaki yang ia buat untuk berdiri tiba-tiba lemas. Ia menggapai tembok untuk berjalan. Tak terasa ia sudah di depan kamar Matahri. Ia ingin membukanya, tapi , tidak bisa di buka. Ia merutuki perbuatannya. Dengan tergesa Sultan mengobrak abril laci yang ada di kamarnya. Ketemu! Ia menangis sejadi-jadinya. Hancurr! Ia menghancurkan anaknya sendiri. Lalu bagaimana hidup putrinya selama ini? Dari mana uang yang di dapatnya untuk sekolah dan kebutuhan lainnya.

Sultan berlari kencang menuju kamar pojok paling belakang. "SIALANN! AAGGGHHHH!" umpatnya berteriak mendapati hal yang begitu menyesakkan. Kasur kecil tipis tanpa ranjang menghiasi kamar kecil ini. Lalu meja yang tersusun rapi buku di atasnya. Lalu 1 kardus kecil untuk menaruh baju-baju yang terlihat kusam.

Satu isakan keluar lagi dari mulut Sultan dan di susul oleh isakan-isakan lainnya.

Begitu menyakitkan dan menyesakkan. Sultan lupa. Ia merampas semua hak yang harusnya ia berikan untuk Matahri. Kamar yang ia kunci lalu tabungan. Tabungan yang ia genggam erat di tangannya, padahal ia selalu mengisi tabungan milik sang putri setiap minggunya.

Dari mana Matahari mendapatkan uang selama ini? Pikir Sultan mengusap kasar air matanya ia meremas kuat dadanya yabg begitu sakit.

Dengan tertatih Sultan ingin mengejar Matahari. Tapi matahari sudah hilang ia tidak menemukan Matahari. Sultan mengejar Matahari menggunakan mobilnya, tapi sayang... Bahkan Sultan tidak tau apa saja yabg di lakukan oleh Matahari selama ini. Ia menjadi sosok ayah yabg tidak berguna. Sultan memukul-mukul kenjang setir kemudi. Lalu mendongakkan kepalanya. Sultan akan cari tahu tentang anaknya, "Aya macam apa aku ini . Mengurus satu putri saja tidak becuss!" umpatnya pada diri sendiri.

Kringg kringg Hp Sultan berbunyi Sultan mengangkatnya. "Iya?" jawabnya.

"Maaf ,Pak, Meeting yang di Amrik di percepat hari ini." ucap asisten pribadi sultan dari sana.

MATAHARI (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang