9. Menetap atau pergi

Mulai dari awal
                                    

Alora kembali menatap Hera dan dia menggeleng pelan, "saya buru-buru gaada waktu buat sarapan," ucapnya membuat Hera menurunkan bahunya.

"Tapi ma...,"

"Saya udah telat."

"Hera bekelin buat mama ya? Mau ya mau," ucapnya menarik tangan Lora yang hendak pergi seperti anak kecil yang tak ingin ditinggalkan ibunya.

"Saya ga sempat Hera!" Ucapnya menghempaskan genggaman Hera.

"Kamu tau kan saya sibuk." Hera menundukkan kepalanya dalam-dalam mencoba menahan rasa sakit ini lagi.

"Maafin Hera ma," lirih Hera.

"Kamu udah dewasa jadi harus paham," ucap Lora sebelum pergi dari rumah itu.

"Kapan aku dewasa ma..., "

Ucapan itu hanya mampu terucap didalam batin Hera, ketika melihat mama nya telah pergi meninggalkan luka untuk kesekian kalinya.

******

"Hera!!"

Hera melihat sosok Yura berlari kearahnya dengan napas tersengal-sengal. Hera ingin pergi dan menghindar tapi masih ada rasa ibah pada gadis itu karena mungkin saja ada suatu hal yang ingin Yura sampaikan padanya.

"Ra... Hahh capek gu.. ah," ucapnya membungkuk kan tubuhya dengan menepuk bagian dadanya.

Merasa lebih baik Yura menegakkan tubuhnya menghadap Hera dan menggapainya.

"Ra, terserah kamu maafin aku atau enggak. Terserah kamu mau berteman lagi sama aku atau enggak. Aku nyesel, nyesel banget...," Lirihnya pada Hera.

Hera diam mematung menatap Yura dengan matanya yang berkaca-kaca, Hera sendiri tidak ingin bersikap seperti ini pada Yura. Tapi Hera terlalu egois untuk bisa memaafkan Yura.

"Gue udah bilang kan, gue maafin Lo. Tapi enggak untuk temenan lagi," ucap Hera melepaskan tangan Yura darinya.

Beranjak menjauh dari sana dengan perasaan berkecamuk.

"Kenapa ga mau temanan sama gue lagi!" Teriaknya membuat langkah Hera terhenti dan sepasang mata menatap kearah keduanya.

"Hera, manusia itu ga luput dari kesalahan! Tuhan aja bisa maafin hambanya, dan Lo sebagai hambanya ga mau maafin? Lo egois Ra, lo--," teriakan kesal dari Yura terpotong ketika Hera membalikkan tubuhnya menghadap Yura dengan datar bahkan sangat datar dari biasanya.

"Teruskan, kenapa berhenti," ujarnya pelan.

Yura yang tak bisa menahan lagi kekesalannya menatap Hera dari jarak jauh dan menarik nafasnya dalam sebelum dia membuka mulutnya untuk berucap.

"Lo selalu pura-pura kuat untuk hidup sendiri padahal Lo tuh lemah Ra! Lo tuh tuh selalu bersikap sombong. Gue benci banget sama Lo ... Gue ... Gue benci Ra ...," tangisan Yura pecah dan pandangannya menunduk sebelum ia terjatuh dan terduduk kelantai koridor sekolah.

Semua pasang mata yang hendak pulang sekolah menatap kedua gadis itu, tidak tau apa permasalahan mereka sehingga menjadi ricuh seperti ini.

1. PASSING BYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang