03. Nathie Gemblung

61 18 17
                                    

Gwen berdecak sebal kala melihat jam di layar ponselnya menunjukkan pukul 06:50. Sepuluh menit lagi gerbang ditutup, tetapi Chen tak kunjung menjemputnya.

Jika tau seperti ini Gwen lebih memilih berangkat dengan Rafan saja, persetan dengan Chen yang melarangnya berboncengan dengan cowok lain. Sayangnya Rafan pasti sudah berangkat lebih dulu karena harus terpaksa ikut les pagi untuk olimpiade Fisika bersama Bu Jesi. Heran, padahal Rafan jurusan IPS, tetapi justru Rafan yang dipilih untuk mewakili sekolah.

Ingin membonceng Nathie, tetapi jarak rumah cowok itu lumayan jauh dengan rumah Gwen.

Yang membuat Gwen bingung adalah Chen seolah memiliki perasaan padanya, cowok itu mengekang, tapi tidak pernah mengungkapkan perasaannya sama sekali.

Memikirkan Chen terkadang membuat Gwen badmood, gadis dengan rambut terurai itu mengetik sesuatu di room chat Chen.

Gwen Akasha
Lo dimana, woi?! Udah mau bel ini

Chen Arthur
Bentarrr, lagi pup, wkwk.
Mau pap nggak?

Gwen Akasha
Najis
Cepetan njir, gue nggak mau telat ya

Chen Arthur
Sabar elah, gaya lo kayak murid teladan aja

Gwen Akasha
Gue bonceng Rafan nih

Chen Arthur
Awas aja lo berani bonceng Rafan.


Gwen menggeram kesal, rasanya ia ingin membanting ponselnya sendiri. Terkadang ada di satu sisi Gwen membenci Chen karena sifatnya yang brengsek dan suka seenaknya sendiri. Namun, di sisi lain Gwen cinta dengan laki-laki bodoh itu.

Ia menghela napas kesal lantas menjatuhkan tubuhnya di atas kasur, Gwen memejamkan mata, lebih baik kembali tidur bukan?

Lima belas menit kemudian, ponselnya berdering, Gwen yang mulai memasuki alam mimpi menghela napas kesal, ternyata panggilan telepon dari Chen.

"Cepetan turun gue di depan rumah lo, dipanggilin dari tadi juga."

***

Melihat gerbang depan sudah ditutup tidak membuat Chen dan Gwen terpaksa pulang ataupun meminta satpam untuk membukanya kemudian menerima hukuman.
Kedua orang itu justru memanjat pohon mangga di gerbang belakang setelah memarkirkan motornya di minimarket depan sekolahan.

Chen memanjat lebih dulu, disusul oleh Gwen. Meskipun perempuan bukan berarti Gwen tidak bisa memanjat, gadis itu dengan lincahnya berpindah dari satu dahan ke dahan lain.

Chen sudah melompat ke bawah. "Cepetan Gwen!"

Gwen langsung melompat tepat di samping Chen. "Bagus juga skill panjat memanjat lo, curiga gue lo mau jadi maling."

Gwen menoyor dahi Chen, "gue orang kaya kalo lo lupa." Chen hanya bisa tertawa mendengar itu, benar juga.

Mata mereka menyelusuri keadaan sekitar, sepi. Chen menganggukkan kepalanya pelan, mengkode bahwa mereka harus langsung berlari, Gwen mengangguk mengerti.

"Satu, dua, ti-"

"Ehem!"

Deheman itu membuat mereka meringis dan membalikkan badannya perlahan.

"Eh, ada Bu Pria. Nggak ngajar, Bu? Ini kan udah bel, ntar Ibu dihukum lho," tutur Gwen.

Padahal tadi mereka tidak melihat ada Bu Priatun di situ, tapi entah kenapa tiba-tiba muncul. Sepertinya Guru Ekonomi itu sehabis dari parkiran hingga Gwen dan Chen tidak melihat.

Circle Buronan (On Going)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora