Three

97 16 45
                                    

Somehow I wonder, how much the pain I should go through so that it is okay to giving up.

===Bubbles Insides a Fishtank===

Di bayangan Cakra, Lana adalah orang yang kuat. Cerdas, keras kepala, dan Cakra pikir, lelaki itu mampu mengambil keputusan yang tepat di kehidupan sekolahnya. Cakra tidak pernah berpikir kalau di luar sana, Lana akan membiarkan dirinya kalah, menundukkan kepala, bahkan diam saat keadaan menyudutkannya.

Kalau Cakra diberikan pilihan, maka ia tak akan pernah memilih untuk berselisih dengan Lana. Karena Cakra berpikir bahwa lelaki itu tidak memiliki celah yang bisa ia lawan.

Namun, melihat wajah Lana yang berdiri di depannya tadi, dengan tubuh gemetar ketakutan, mata penuh keraguan, yang dalam tatapannya seakan berteriak untuk diselamatkan, membuat bayangan Cakra buyar.

Lana tidak pernah sekuat yang dia bayangkan. Tidak pernah sekeras kepala yang dia pikirkan. Bahkan tidak sesempurna yang dia perkirakan. Lelaki itu berdiri di ujung tebing curam yang mungkin akan roboh sewaktu-waktu, dengan kaki penuh luka yang akan semakin rapuh dan bisa membuatnya jatuh kapan saja.

Cakra merasa kembali ke saat itu lagi, saat di mana keluarganya berdiri di posisi yang sama, dan ketika ujung tebing itu roboh, lelaki itu tak sempat menyelamatkan mereka. Cakra hanya berdiri, memandang tubuh keluarganya yang terjatuh, sebelum menghilang, dan tak pernah melihatnya lagi.

Tangan Cakra bergerak untuk menyentuh pundak Lana, sebelum akhirnya menyadari sebuah minibus melaju ke arah mereka. Refleks, lelaki itu langsung mendorong tubuh Lana dengan kuat ke tempat yang aman, dan detik selanjutnya, ia merasakan tubuhnya terlempar.

Tidak ada hal lain yang menguasai pikiran Cakra saat itu. Dia hanya tidak ingin tebing itu roboh lagi. Dia hanya tidak ingin kaki yang rapuh itu kehilangan keseimbangannya. Detik itu, Cakra hanya ingin menyelamatkan Lana, apa pun konsekuensinya.

"Na ...."

Suara Cakra terdengar serak, bersamaan dengan matanya yang mulai terbuka perlahan. Cakra ingat jelas kejadian sebelum kecelakaan itu terjadi, dan sekarang, baru sempat terlintas di pikirannya cedera macam apa yang mungkin saja ia alami.

Namun, hal yang ditangkap saat pertama kali Cakra membuka mata benar-benar berbeda dari apa yang dia bayangkan. Kamar gelap dengan jendela yang dibiarkan terbuka, suara tetesan air yang terasa dekat dengan telinga, dan rak buku yang tersusun rapi menyambut pengelihatan Cakra.

Lelaki itu mencoba menerka kira-kira mengapa dia bisa terbangun di kamar asing alih-alih rumahnya atau rumah sakit seusai kecelakaan tadi. Cakra berusaha duduk, dan menurunkan kaki dari kasur perlahan. Ia mengernyit saat tidak merasakan nyeri sama sekali.

Lelaki itu memperhatikan telapak tangannya yang diperban seraya mengernyit, berpikir sejak kapan luka itu ada di sana. Lalu, dia mengentuh tulang pipi yang mulai terasa nyeri.

Cakra beranjak menghampiri cermin yang menempel pada lemari di sudut kamar. Lelaki itu ingin mengecek seberapa buruk luka di wajahnya hingga terasa nyeri seperti sekarang. Namun, sedetik kemudian, Cakra merasakan akal sehat tidak ada bersama dirinya lagi.

***

"Kak ... Ren boleh keluar?"

Lana bisa mendengar pintu di belakangnya diketuk pelan. Namun, lelaki itu malah memeluk kedua lutut lebih kuat. Sekujur tubuhnya gemetar, bahkan suaranya pun tidak keluar.

"Kak Lana ... nangis, ya?"

Isakan yang hampir keluar tertahan di bibir Lana. Anak itu mendongak, berusaha menghalau air mata agar tidak jatuh. Kemudian tangannya mengambil pecahan kaca yang tergeletak di sebelahnya lalu digenggam kuat-kuat.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 16 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Bubbles Inside a Fish TankWhere stories live. Discover now