"By, sekalian pake jaket jeans juga yak. Biar kita couple-an."

"Ogah!"

Tapi dua menit kemudian aku keluar dengan memakai jaket jeans berwarna sama dengannya.

Setelah itu kami pergi mencari sarapan di luar dan memutuskan untuk menyantap bubur ayam yang biasa mangkal di depan komplek. Tapi aku benar-benar dibuat bingung dengan sikapnya hari ini. Rafka selalu memandangiku entah dengan alasan apa. Saat aku tanya kenapa dia melakukan itu, dia hanya menggeleng sambil tersenyum.

"Abis ini kita mau kemana?" tanyaku pada Rafka yang baru selesai membayar bubur ayam kami.

"Kamu maunya kemana?" Dia malah balik bertanya sambil membenarkan bentuk jilbabku yang agak abstrak setelah makan. "Tapi jangan terserah," selanya sebelum aku membuka suara.

Aku berpikir sejenak. Sebagai anak rumahan yang sangat suka drakoran, aku sama sekali tidak memiliki destinasi impian untuk kudatangi di waktu senggang. "Oh ya, liptint favorit aku kebetulan abis, gimana kalau kita ke Guardian?"

Rafka mengernyit. "Bukannya minggu lalu kamu baru beli ya di Shopee?"

"Itu lip cream."

"Kalau yang kamu titip ke aku buat beli di mini market tempo hari?"

"Itu lip balm, By."

"Yang kamu minta beliin Via kemarin?"

"Itu lip matte."

"Yang kamu bilang beli di Instagram minggu lalu?"

"Itu mah lip gloss."

"Kalau yang kemarin kamu tangisin karena patah itu apa?"

"Itu lip liner."

Dia menatapku, kehabisan kata-kata. "Itu semuanya beda? Nggak ketuker?" tanyanya lagi dan aku menggelengkan kepala sebagai jawaban. "Pantes cewek susah dimengerti, soal lipstik aja mereka ribetnya minta ampun," gerutunya kemudian.

"Jadi mau antar aku atau nggak?" tanyaku kesal.

Rafka langsung menarik tanganku. "Iya, sayang. Ayo, kita beli semuanya."

Aku tersenyum riang.

• • •

Kami benar-benar menghabiskan setengah hari hanya untuk bersenang-senang dan menghamburkan uang. Usai membeli perlipstikan, kami berdua mendatangi tempat rekreasi terkenal di Bogor dan mencoba banyak wahana di sana. Awalnya kami mencoba bermain discovery atau wahana bandul raksasa dengan kemiringan 102 derajat lalu dilanjut dengan menaiki disk'o atau piring raksasa yang berputar dan berayun sampai 15 meter tingginya. Tapi keduanya bukan pilihan yang bagus karena itu sukses membuatku mual dan muntah. Gara-gara kondisiku kami jadi membatalkan niat untuk bermain mega drop. Itu lho wahana seperti di-ghosting gebetan yang awalnya dibawa terbang tinggi ke atas terus dijatuhkan gitu aja ke bawah pas kita sudah mulai merasa nyaman.

Sebagai gantinya kami bermain bumper car, menjadi pilot gadungan dengan masuk ke flight academy, melihat spesies Rafka di dino world, uji ketahanan jantung di haunted house, dan ditutup dengan menaiki ferrish wheel atau bianglala besar dengan view gunung dan pemandangan hijau yang memanjakan mata.

"Kamu bahagia, kan?" tanyanya sambil meraih kedua tanganku dan menggenggamnya erat.

Aku yang sedang melihat pemandangan langsung beralih menatapnya. "Jangan nanya kayak gitu, deh. Horor tau. Seakan ini hari terakhir kamu buat bahagiain aku."

Dia terkekeh. "Yaudah, ganti pertanyaannya. Kamu cinta sama aku, kan?"

"Lebih dari kamu cinta sama aku." Aku menatapnya heran. "Kenapa emang?"

IneffableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang