Part 26 - "We're just a normal couple," -

Start from the beginning
                                    

"Im so sorry about Emily, Violin," kata Catlin.

"It's okay Catlin, and thanks." Aku mengusap kepalanya dan air mataku hampir terjatuh lagi dari mataku tapi aku segera mengelapnya.

Setelah itu kami segera keluar dan menuju ke mobil. Luke mengajakku untuk menuju ke pemakaman dengan mobilnya dan Ayahku berserta ibuku dan Catlin berada di mobilku. Kami segera menuju ke pemakaman.

Di dalam mobil suasana sangat sepi, kami tidak berbicara dan Luke tidak menyetel musik di radio. Suasananya sangat berbeda. Saat tiba di pemakaman, mungkin kami sedikit telat. Peti Emily sudah di kubur dan sekarang tinggal pidato-pidato dari kerabat dekat Emily. Termasuk aku.

Aku dan Luke segera turun dari mobil. Kami turun dengan bersama-sama sehingga Luke tidak membukakan pintu untukku seperti biasanya. Kami segera menuju ke makam Emily yabg masih ramai karena masih banyak keluarga dan kerabat yang masih tidak bisa melepas kepergian Emily selama-lamanya. Aku bertemu dengan keluarga Emily dan aku segera meminta maaf karena aku datangnya telat.

Aku tidak banyak melihat murid dari sekolah yang datang ke sini. Aku tidak tahu mengapa tapi aku hanya melihat 11-16 murid dari sekolah yang datang untung mengucapkan selamat tinggal kepada Emily untuk terakhir kalinya. Luke diberi izin untuk berpidato terlebih dahulu sebelumku. Jadi dia segera memulainya saat semuanya sudah terdiam.

"Hii semuanya, uh.. Aku Luke Hemmings teman dari Emily," dia terlihat sedikit gugup tapi dia berusaha untuk menenangkan dirinya dengan menarik napas dan mengeluarkannya. "Aku tahu ini sangat berat sekali untuk melepaskan Emily untuk selama-lamanya. Aku juga tidak menyangka ini akan terjadi kepadanya tapi.. Ini pasti akan terjadi kepada kita semua. Waktu tetap berjalan dan perlahan semua yang tidak kita inginkan pasti akan terjadi entah kapan itu. Bisa saja tahun depan, bulan depan, minggu depan, besok, satu jam kemudian atau satu menit dari sekarang. Walaupun begitu, kita juga harus optimis tentang semua yang akan terjadi dan jangan putus asa. Emily adalah hanya satu dari semua orang yang akan meninggalkan kalian semua, sehingga kalian masih mempunyai harapan besar untuk tetap melanjutkan hidup. Thank you." Semuanya bertepuk tangan kepada Luke saat dia menyudahi pidatonya walaupun air mata berlinang di mata mereka.

Selanjutnya adalah aku. Aku sudah menyiapkan pidatoku di kertas. Sebenarnya ibuku yang menyiapkan. Lalu aku maju dengan membawa kertas yang berisi pidato yang sudah di bikin oleh ibuku tapi aku punya pidatoku sendiri jadi aku tidak ingin menyontek dari kertas itu.

"Uh.. Good morning everyone. Im Violin and im Emily's best friend. Im so sad about the fact that Emily was gone forever. I was so surprise when i was hearing the news about Emily was dying at the hospital. It was late at night when my mum told me that news. So my mum asked me to go to hospital to see how's Emily. But we were too late. Emily was die when we were on the road to hospital. I couldnt believe it til we were arrive at the hospital. Shes nice girl and nice friend. She didnt tell me that she had alcohol allergic. If she did tell me i know that all of these wouldn't happen," air mataku jatuh membasahi kertas yang aku pegang. "I cant handle this anymore, im sorry and thank you."

Aku segera kembali ke tempat dudukku yang ada di dekat keluargaku dan keluarga Emily. Semua orang yang ada disini di banjiri air mata termasuk Luke. Setelah pemakaman aku, Luke dan keluarga ku pergi ke rumah Emily untuk mengobrol-ngobrol sebentar dan kenapa saat pemakaman aku tidak melihat Calum? Kemana dia? Aku rasa dialah yang paling perhatian dengan Emily setelah ku tapi, sekarang dia tidak ada untuk melihat Emily untuk terakhir kalinya.

Setelah pemakaman selesai, kami segera menuju ke mobil dan segera menuju ke rumah keluarga Emily. Aku masih canggung dengan Luke saat di mobil. Entah kenapa tapi rasanya seperti aku tidak bertemu dia lama sekali.

"I know you havent felt better, so can we go to my house after this? We can watch some movies if you want and maybe order some pizza for us," Luke tersenyum melihatku yang seharusnya dia melihat jalan. "What do you think?"

"I dont know, Luke," jawabku sambil melihat ke jalan. "I just wanna take a rest and sleep maybe, all day long."

"You cant be sleeping beauty, Violin," Luke tertawa, dan senyumannya itu juga menghiburku lalu aku juga tertawa kecil. "I just wanna be with you today, all day long." Dia mengulang kata-kata terakhirku dengan nada yang sama.

"Luke, shut up!" Ucapku. Tapi aku masih sedikit tertawa.

Setelah kami tiba di ruamah Emily, aku segera turun dan Luke memarkirkan mobilnya di depan halaman. Aku berjalan pelan menuju ke Ibuku dan aku merangkul tangannya. Setelah Luke dan Ayahku selesai memarkirkan mobilnya, kami segera masuk ke dalam rumah Emily. Keluarga Emily duduk di sofa berwarna putih kapas itu dan Ibunya Emily menyuruh kami untuk duduk juga. Ibuku duduk di sofa panjang dengan Ayahku dan Catlin. Aku duduk di sofa yang sedang bersama Luke. It's really awkward.

"Im so sorry about your daughter, Mr.Franklin," Ayahku mengungkapkan bela sungkawanya kepada Ayahnya Emily. Aku merasa ingin menangis lagi saat mendengar itu. Aku merangkul tangan Luke yang ada di sampingku, agar aku bisa menahan air mataku turun.

"Yeah thank you," Balas Ayahnya Emily dengan tegar.

"Anakmu sangat baik, dan kami sangat sangat terpukul saat mendengar kejadian itu," Ungkap Ibuku memandang Ibunya Emily.

Sejujurnya, aku merasa sangat bersalah. Aku sudah mengajak Emily ke pesta. Saat itu, Luke hanya mengajakku tapi aku malah menolak kecuali aku mengajak Emily. Seandainya saat itu, aku pergi sendiri tanpa mengajak Emily. Semua ini tidak akan terjadi. Air mataku hampir menetes tapi aku menahannya, aku menempelkan kepalaku ke tangannya Luke sambil memegangnya erat. Aku dapat mencium bau parfumnya yang menyengat itu, tapi aku suka.

"Sudah sering sekali Emily terkena sesak napas pada malam hari, namun semua itu tertolong," Jelas Mrs.Franklin. Dia mengusap air matanya dengan jari tangannya. "Tapi tidak kemaren. Kita terlambat, Emily biasanya langsung bilang saat dia sesak napas di kamarnya." Mrs.Franklin akhirnya menangis dan Mr.Franklin mengambilkannya tisu di meja untuk mengelap air matanya.

"Omg i cant handle this," Bisikku dan dengan cepat mengusap setiap tetes air mata yang keluar dari mataku. Aku tidak bisa menahan diriku lagi untuk tidak menangis. Walaupun aku sudah merangkul tangan Luke dengan erat dan beberapa kali menarik napas dan membuangnya.

"It's okay," Bisik Luke, menggunakan satu tangannya untuk mengelap air mataku. "Everything's gonna be alright, it's just begining." Posisi kepala kami yang dekat membuat Luke berkesempatan untuk menciumku. Entah dimana tapi aku tidak mau, karena ada orang tuaku.

"No, Luke," Aku menjauhkan kepalanya dengan tanganku. "It's never gonna be alright, and dont fucking kiss me."

Untung saja Ibuku dan Ayahku sedang mengobrol dengan Mrs dan Mr.Franklin jadi mereka tidak melihatku. Catlin sedang bermain dengan sofa yang di dudukinya. Entah apa yang membuatnya merasa asyik dengan sofa ini.

"Violin?" Ayahku memanggil namaku.

"Iya?"

"Ada yang kau mau ceritakan tentang Emily?" Tanya Mr.Franklin.

"Um, yaa," Aku mengangguk. "Sejujurnya itu semua salahku, aku rasa." Aku masih memegang tanganku Luke dan aku mulai bermain dengan jari-jarinya itu dan Luke megizinkanku. "Saat itu sebelum pesta, Luke hanya mengajakku ke pesta namun aku tidak mau jika pergi tanpa Emily, karena Emily lah yang selalu ada untukku. Aku lupa saat itu kalau Emily punya alergi terhadap alkohol. Saat di pesta aku tidak bahkan meminum vodka yang disediakan oleh Calum," Aku berbohong sedikit karena aku tahu Ayah dan Ibuku tidak suka kalau aku meminum vodka atau semacamnya. Aku tahu Luke sudah mengertiku, jadi dia hanya sesekali melihatku berbicara dan mengangguk untuk memberi kepastian. "Tapi aku tidak sempat bertemu dengan Emily, tapi Luke bilang kalau Emily sedang berada bersama Calum, dan Luke bilang dia meminum vodka

Everything I Didn't SayWhere stories live. Discover now