Chapter 30

443 41 2
                                    

CHAPTER TIGA PULUH

"Sebent..." Erico tertegun mendapati Alexis sudah muncul di bar dengan muka tertekuk serius. "Kau kembali... aku."

"Apa? Terkejut?"

Setelahnya, Alexis cepat menutup pintu di belakangnya. Ada plester kecil di dahi dan sisi pipinya, satu pemandangan langka. Terlebih, pekerjaan Alexis yang adalah model jelas menuntut gadis tersebut agar berpenampilan menarik. Sekarang, muncul dengan wajah terluka?

"Tapi Dante tidak di sini," katanya kaku.

"Aku tahu. Tapi, siapa perempuan sialan itu?" Alexis bersunggut-sunggut kemudian melipat tangan di depan dada. Sejak kehadirannya, Alexis jadi serba tidak nyaman. Apalagi dengan perkelahian di restoran, seolah Alexis ingin terus marah-marah dan melampiaskan segala frustrasinya kepada siapa pun yang ditemui.

"Maaf?"

"Aku tahu dia bekerja untukmu."

Erico tercekat. "Maaf, Alexis. Tapi aku tidak ada urusan dengan mereka. Maksudku, di luar pekerjaan, aku dan Alicia hanya teman dan Dante.. maksudku, mereka sudah sama dewasa jadi aku tidak ingin dilibatkan atau apapun."

"Jangan berbelit-belit! Jawab saja, dia bekerja untukmu, kan? Siapa namanya? Alicia, huh? Dia sudah menikah, bukan?" pekik Alexis dengan geram. "Apakah dia hilang waras? Terdesak ekonomi?"

Dante jelas prospek sangat cerah. Apalagi dengan kekuasaan di tangan dan nama besar d'Alessi. Bahkan Alexis sendiri masih tidak percaya bagaimana kayaknya keluarga Dante sampai detik ini. Sekarang? Semua direnggut paksa darinya apalagi wanita biasa itu?!

"Hm, entahlah."

"Sialan kau!" pekik Alexis lantas mulai mendorong Erico keras. "Dengarkan aku, aku mau kau memecat dia dari sini dan jangan pernah biarkan dia muncul lagi!"

Erico menggeleng. "Tidak bisa. Ini tidak ada hubungannya."

"Aku bisa langsung memutus seluruh koneksi dengan klien VVIP-mu dan menyebarkan rumor buruk menyangkut barmu kalau kau tidak mau," pekik perempuan itu dengan tegas. "Aku tidak bercanda."

.

.

Setelah mengompres pelan sisi pipinya, Ally beralih menyusui Luca yang setelahnya jatuh terlelap. Pagi ini, Ally merasa bengkaknya agak kempes sedangkan Esme sudah berhenti mendesaknya agar cerita. "Perempuan jahat!" Itu komentar Esme waktu melihat Ally penuh luka di wajah apalagi rambut kakaknya rontok parah.

"Sudahlah, keadaannya memang kacau." Setelah menaruh Luca kembali ke boksnya, Ally mulai membereskan rumah dan membantu Esme untuk memasak pula di dapur. "Aku.. aku tidak terlalu memikirkannya."

"Kau selalu begitu, Ally. Jangan sering dipendam, kalau kesal ya katakan saja. Kalau aku jadi kau, aku pasti akan langsung menyeretnya ke polisi!"

Ally meringis. "Yah, seharusnya begitu tapi dia terlihat penting."

"Apa maksudmu?"

"Dia bukan dari kalangan biasa seperti kita. Kalau memang membawa polisi, aku takut justru kita yang akan dirugikan," ujarnya. Ally pikir, sudah seharusnya menyadari posisinya apalagi dengan persidangan yang berjalan. Satu urusan harus selesai, baru yang lainnya. Pokoknya, Ally belum mau merepotkan diri dengan banyak pemberitaan lebih lanjut atau menyeret nama keluarganya. Mom sudah terlanjur repot sepertinya dengan kabar perceraian Ally dan Jared, dan sekarang kalau sampai ada polisi juga, bisa bencana. Apalagi Dad Ally pun pasti merasa risih juga karena mau tak mau ikut dibicarakan oleh tetangga atau pun orang sekitar kantor polisi maupun dekat sini.

Breaking White (2017)Where stories live. Discover now